PRINSIP DESIGN



Ada banyak konsep dasar yang mendasari pembelajaran studi desain yang seringkali dikategorikan berbeda-beda tergantung pada dasar filosofi ataupun metode pembelajaran yang digunakan, salah satunya adalah prinsip desain. Prinsip ini merupakan asumsi dasar yang menjadi acuan dalam proses desain dan mempengaruhi pengaturan objek desain dalam sebuah kerangka komposisi.Ada lima prinsip-prinsip dalam desain, yaitu :

1.      Proporsi (Proportion)
Merupakan perbandingan antara bentuk elemen besar dan kecil. Proporsi menyangkut suatu hubungan bagian dengan bagian yang lain atau bagian dengan keseluruhan, atau antara satu obyek dan obyek yang lainnya. Proporsi juga berkaitan erat dengan hubungan antara bagian-bagian di dalam suatu komposisi, hubungan ini dapat berbentuk suatu besaran, kuantitas atau tingkatan.
Proporsi Agung (The Golden Mean) adalah proporsi yang paling populer dan dipakai hingga saat ini dalam karya seni rupa hingga karya arsitektur. Proporsi ini menggunakan deret bilangan Fibonacci yang mempunyai perbandingan 1:1,618, sering juga dipakai 8 : 13.
Membedakan proporsi pada sebuah komposisi dapat membentuk pada berbagai macam keseimbangan atau simetri, serta dapat menentukan bobot visual dan kedalaman benda.Pada gambar dapat dilihat bahwa elemen/objek yang lebih kecil menyurut ke belakang sedangkan elemen yang lebih besar tampak menonjol ke depan.
Dalam prinsip desain juga terdapat beberapa skala yang lazim dipakai dalam desain yaitu skala mekanik dan skala visual. Skala mekanik adalah perhitungan sesuatu fisik berdasarkan sistem ukuran standar, bisa dengan cm, mm, inci, kaki dan lain sebagainya. Sedangkan skala visual merujuk pada besarnya sesuatu yang tampak karena diukur terhadap benda-benda lain disekitarnya.Suatu benda dapat dikatakan berskala kecil jika kita mengukurnya dengan membandingkan terhadap benda-benda lain yang umumnya jauh lebih besar ukurannya, dan begitu pula sebaliknya.

2.      Irama (Rhythm)
Merupakan pengulangan gerak yang teratur dan terus-menerus, dan memiliki jarak atau interval pada tiap pengulangan.Irama dapat menciptakan nuansa pergerakan (movement), serta dapat membentuk sebuah pola ataupun tekstur tertentu. Irama dapat kita rasakan dan terjadi karena adanya pengulangan pada bidang/ruang yang menyebabkan kita dapat merasakan adanya gerakan, getaran, atau perpindahan dari unsur satu ke unsur lain. Gerak dan pengulangan tersebut mengajak mata mengikuti arah gerakan yang terjadi pada sebuah karya. Ada beberapa macam irama yang seringkali didefinisikan berdasar perasaan yang timbul ketika kita melihat perulangan tersebut, yaitu sebagai berikut.

1)      Regular rhythm
Terjadi ketika jarak antar elemen atau elemen itu sendiri memiliki kesamaan dalam ukuran atau panjang.
2)      Flowing rhythm
Ketika perulangan yang terjadi memberikan nuansa pergerakan, lebih sering berkaitan dengan benda-benda di alam semisal ombak, dll.
3)      Progressive rhythm
Ketika perulangan yang terjadi merupakan rangkaian bentuk yang melalui perkembangan langkah atau tingkatan.

3.      Keseimbangan (Balance)
Merupakan titik ekuilibrium yang dihasilkan ketika mengamati dan menilai sebuah objek berdasarkan ide maupun struktur fisiknya, seperti masa, gravitasi, ataupun sisi sebuah halaman, yang memiliki pengaturan sedemikian rupa berkaitan dengan titik beban visual objek tersebut dalam sebuah komposisi. Tujuan utamanya adalah menarik dilihat, mentransfer informasi secara jelas sekaligus estetis memerlukan keadaan keseimbangan pada unsur-unsur yang ada di dalamnya.
Bentuk keseimbangan yang sederhana adalah keseimbangan simetris yang terkesan resmi atau formal, sedangkan keseimbangan asimetris terkesan informal dan lebih dinamis.Keseimbangan dipengaruhi berbagai faktor, antara lain faktor tempat posisi suatu elemen, perpaduan antar elemen, besar kecilnya elemen, dan kehadiran lemen pada luasnya bidang.Keseimbangan akan terjadi bila elemen-elemen ditempatkan dan disusun dengan rasa serasi atau sepadan. Dengan kata lain, bila bobot elemen-elemen itu setelah disusun memberi kesan mantap dan tepat pada tempatnya.Keseimbangan sering dibagi dalam dua jenis yaitu simetris dan asimetris. Berikut ini penjelasan secara lengkapnya.
1)      Simetris
Keseimbangan simetris muncul ketika titik beban dari sebuah komposisi terbagi merata di seputar sumbu vertikal maupun horizontal. Biasanya keseimbangan simetri memiliki bentuk yang sama persis pada kedua bagian sumbu pembaginya. Keseimbangan simetris juga dikenal sebagai keseimbangan formal (formal balance).
2)      Asimetris
Keseimbangan asimetris muncul ketika titik beban dari sebuah komposisi tidak dibagi secara merata pada sumbu tengah pembaginya. Asimetris merupakan pengaturan objek dengan bentuk dan ukuran yang berbeda dalam sebuah komposisi yang tetap memberikan keseimbangan beban visual satu sama lain. Seringkali berupa satu objek dominan yang diimbangi oleh bentukan kecil yang lebih banyak dalam satu komposisi. Keseimbangan asimetri juga dikenal sebagai keseimbangan informal (informal balance).

4.      Keselarasan (Harmoni) dan Kesatuan (Unity)
Keselarasan merupakan prinsip desain yang diartikan sebagai keteraturan tatanan diantara bagian-bagian suatu karya. Keselarasan dalam desain merupakan pembentukan unsur-unsur keseimbangan, keteraturan, kesatuan, dan perpaduan yang masing-masing saling mengisi dan menimbang. Keselarasan (harmoni) bertindak sebagai faktor pengaman untuk mencapai keserasian seluruh rancangan penyajian.
Sedangkan konsep kesatuan merupakan penggambaran hubungan antara satu bagian individual (objek) terhadap keseluruhan komposisi. Hal ini digunakan untuk mengetahui aspek-aspek desain yang diperlukan untuk mengikat komposisi objek bersama-sama. baik dalam pembentukan kesan kebersamaan, keutuhan, atau membongkarnya dan menciptakan nuansa keragaman dalam komposisi tersebut. Kesatuan dalam desain berasal dari beberapa teori Gestalt mengenai persepsi visual dan psikologi, terutama yang berhubungan dengan bagaimana cara kerja otak manusia dalam mengorganisasikan informasi ke dalam kategori-kategori maupun grup.
Berdasarkan kesamaan, kedekatan, dan keselarasan, objek yang memiliki kesamaan pada ukuran, bentuk, dan warna akan cenderung di kelompokkan pada satu grup yang sama oleh otak kita, dan sebuah hubungan semantik antar objek pun telah terbentuk. Sebagai tambahan, objek dengan kedekatan atau selaras dengan yang lainnya akan mengalami hal yang serupa.

5.      Penekanan (Emphasis) dan Variety
Tujuan utama dalam pemberian penekanan (emphasis) adalah untuk mengarahkan pandangan pembaca pada suatu yang ditonjolkan. Emphasis dapat dicapai misalnya dengan mengganti ukuran, bentuk, irama dan arah dari unsur-unsur karya desain.
Dalam penciptaan desain tidak seharusnya elemen yang ada menonjol semuanya, dalam artian sama kuatnya, sehingga terlihat ramai dan informasi atau apa yang akan disampaikan/dikomunikasikan akan menjadi tidak jelas.
Dominasi berkaitan erat dengan berbagai macam derajat penekanan (emphasis) dalam desain. Hal ini dibutuhkan dalam menentukan beban visual dari sebuah komposisi, menetapkan ruang dan perspektif, serta seringkali menunjukkan kemana mata menuju ketika pertama kali melihat sebuah desain atau komposisi. Ada tiga tahapan dominasi, masing-masingnya berkaitan dengan beban objek tertentu dalam sebuah komposisi, yakni sebagai berikut.
1)      Dominan
Objek memiliki beban visual terbanyak. Objek utama penekanan yang diletakkan paling depan dalam sebuah komposisi.
2)      Sub-dominan
Objek dari penekanan sekunder. Objek berada pada level tengah dalam sebuah komposisi.
3)      Subordinat
Objek yang memiliki beban visual paling ringan. Objek berada pada level tersier yang tersedot ke bagian belakang komposisi.
Variety (keanekaragaman) merupakan prinsip yang menghindari kesan monoton atau membosankan. Contohnya seperti penggunaan dari elemen yang tidak sama dapat memberikan sesuatu yang lebih menarik atau unik.


Share on Google Plus

About -

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Post a Comment