BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Fieldtrip adalah salah satu kegiatan sekolah
yang diadakan hampir setiap semester. Fieldtrip merupakan
kegiatan yang bersifat wajib bagi
semua murid dan umumnya mengunjungi
tempat-tempat yang berada di dalam kota Surabaya maupun daerah sekitarnya. Tujuan dari diadakannya Fieldtrip adalah sebagai salah satu sarana
untuk memperkenalkan dunia kerja kepada siswa-siswi. Disamping untuk mengetahui
kondisi dunia kerja, Fieldtrip juga sangat berperan dalam membentuk pola pikir
dan semangat pelajar untuk berpikir lebih luas, sehingga diharapkan siswa-siswi
dapat lebih kreatif dan tidak awam dengan dunia kerja, serta mampu menciptakan
lapangan kerja sendiri.
Pada bulan Mei 2017, Sekolah mengadakan program Fieldtrip mengunjungi
Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) yang terletak di desa Seloliman,
kecamatan Trawas, kabupaten Mojokerto. Tujuan diadakannya program Fieldtrip mengunjungi PPLH adalah
memperkenalkan alam secara langsung dengan lebih dekat kepada siswa-siswi.
Diharapkan melalui program fieldtrip ini, siswa-siswi mendapat
informasi yang berguna di kemudian hari yang mereka peroleh dari hasil
pembelajaran selama kunjungan, yakni konsep pemanfaatan potensi alam yang ramah
lingkungan (tanpa mengganggu keseimbangan alam) sebagai perwujudan dari
kesadaran dan kepedulian akan lingkungan sebagai tempat tinggal yang patut
dijaga kelestariannya demi kesejahteraan manusia. Selain itu, program fieldtrip
ini juga dapat menjalin hubungan yang saling menguntungkan, baik bagi pihak
sekolah maupun pihak dari PPLH dan masyarakat di sekitarnya.
1.2 Tujuan
Tujuan dari diadakannya Fieldtrip
mengunjungi Pusat Pendidikan
Lingkungan Hidup (PPLH) adalah sebagai berikut.
1. Memenuhi
beberapa tugas yang diberikan pihak sekolah untuk beberapa mata pelajaran,
yakni fisika, biologi, dan kimia.
2. Mengetahui
informasi mengenai Pusat
Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH), misalnya sejarah PPLH,
fasilitas PPLH, fungsi PPLH, dan lainnya.
3. Memperkenalkan
alam dengan lebih dekat kepada siswa-siswi melalui praktik langsung di
lapangan.
4. Menambah
wawasan siswa-siswi seputar lingkungan, serta meningkatkan kesadaran dan
kepedulian siswa-siswi akan lingkungan yang harus selalu dijaga kelestariannya.
1.3 Manfaat
Manfaat yang didapat siswa-siswi
dari diadakannya Fieldtrip mengunjungi Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) adalah sebagai
berikut.
1. Mendapat
informasi seputar bio-indikator pencemaran dan pengolahan sampah organik maupun
anorganik.
2. Mendapat
wawasan tentang pentingnya kesadaran dan kepedulian akan lingkungan sebagai
bentuk pelestarian lingkungan guna kesejahteraan hidup manusia.
BAB
II
ISI
2.1 Teknis
Pelaksanaan
Pada hari bulan Mei
2017, sekolah mengadakan Fieldtrip mengunjungi Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) yang terletak di desa
Seloliman, kecamatan Trawas, kabupaten Mojokerto. Sebelum
memulai perjalanan, siswa-siswi terlebih dahulu melakukan absensi dan mengambil
konsumsi di kantin sekolah. Selanjutnya, siswa-siswi menuju bus dan perjalanan
dimulai pada pukul 07.00 WIB.
Sekitar pukul 09.00 WIB, bus tiba di
PPLH Seloliman. Kemudian, siswa-siswi
turun dari bus dan masuk ke dalam aula di tengah kawasan PPLH melalui pintu
utama. Di dalam aula, siswa-siswi mendengarkan sambutan dari pihak PPLH dan
aturan main selama di PPLH. Setelah itu, siswa-siswi diperkenalkan dengan
kakak-kakak pendamping yang akan mendampingi mereka selama kunjungan di PPLH.
Selanjutnya, siswa-siswi langsung dibagi sesuai kelas untuk mengikuti kegiatan
yang sudah ditentukan pihak sekolah dan PPLH.
Untuk
kelas dari penulis diarahkan untuk duduk di bawah pepohonan yang rindang. Di
sana, siswa-siswi mendengarkan penjelasan dari kakak pendamping mengenai
informasi umum seputar PPLH, materi tentang pengolahan sampah, dan materi
tentang pencemaran air. Siswa-siswi juga dapat menjawab pertanyaan dari LKS
yang dibagikan karena langsung dibahas oleh kakak pendamping satu per satu
sampai tuntas. Setelah itu, siswa-siswi melakukan praktik membuat kertas daur
ulang dari koran bekas, dimana koran bekas disobek dan direndam dalam air, lalu
ditumbuk sampai halus, dimasukkan ke dalam air dan diaduk sampai merata,
kemudian dicetak dengan screen dan
dikeringkan di atas kain.
Setelah
selesai mencoba membuat kertas daur ulang, siswa-siswi diajak mengunjungi
tempat pembuatan kompos. Di sana, siswa-siswi ditunjukkan kompos yang sedang difermentasikan oleh kakak
pendamping, dimana di dalamnya terdapat banyak sekali ulat yang membantu proses
pembusukkan kompos. Setelah itu, siswa-siswi diajak ke sungai kecil untuk
belajar bio-indikator pencemaran, dimana digunakan bentos (organisme yang hidup
di air) sebagai indikatornya. Siswa-siswi mengambil sampel hewan di sungai
dengan jaring, lalu mengidentifikasinya berdasarkan panduan yang dibawa oleh
kakak pendamping. Di dalam panduan tersebut, hewan yang ditemukan
diklasifikasikan berdasarkan poin. Semakin kecil poinnya, maka semakin tercemar
air tersebut.
Kemudian,
siswa-siswi kembali dikumpulkan untuk menyantap hidangan makan siang di Resto Alas dan kembali ke aula untuk
acara penutupan. Selama acara penutupan, siswa-siswi harus bercerita seputar
informasi yang mereka dapatkan selama berkegiatan di PPLH. Setelah bercerita
dan mengisi lembar evaluasi dari PPLH, siswa-siswi kembali
ke bus untuk pulang ke sekolah. Bus berangkat pada pukul 14.15 WIB dan tiba di sekolah
pada pukul 16:15 WIB. Setelah turun dari bus, siswa-siswi langsung kembali ke
rumah masing-masing
2.2
Hasil Kegiatan
Hasil kegiatan Fieldtrip
mengunjungi Pusat Pendidikan
Lingkungan Hidup (PPLH) adalah siswa-siswi mendapat
informasi/wawasan seputar PPLH dan ilmu biologi berupa pengolahan sampah dan
pencemaran air.
2.2.1 Informasi Singkat mengenai
PPLH
Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) merupakan lembaga swadaya
masyarakat (LSM) yang didirikan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat akan
pentingnya kesadaran dan kepedulian terhadap alam/lingkungan agar lestari dan
berkelanjutan. PPLH didirikan pada 15 Mei 1990 oleh Bapak Surya dengan bantuan
dari World Wildlife Fund (WWF) sebagai solusi permasalahan kerusakan
lingkungan. Pohon yang pertama kali ditanam di PPLH adalah pohon keben sebagai
lambang perdamaian. PPLH memiliki luas 4 hektar yang terdiri dari 120 jenis
tanaman, tempat pembibitan tanaman, tempat pertanian organik, kebun toga
(tanaman obat kelurga), karantina, dan penginapan.
PPLH
memiliki visi, yakni menciptakan petani yang mandiri dan organik. Selain itu,
logo PPLH berbentuk mirip seperti yin dan yang (kata kebanyakan orang) yang
sesungguhnya melambangkan keseimbangan. PPLH sendiri memiliki restoran yang tak
jauh dari gedung aula yang diberi nama Resto
Alas. Makanan yang disajikan di Resto
Alas merupakan makanan ekologis (tanpa menggunakan bahan penyedap rasa)
sehingga rasa yang dihasilkan murni dari bahan makanan dan sehat bagi
konsumennya.
2.2.2
Pengolahan Sampah
Sampah
adalah barang sisa aktivitas manusia, hewan, dan alam dalam bentuk padat, cair,
ataupun gas. Sampah sendiri bersumber dari manusia (misalnya manusia membuang
bungkus sabun & cairan sabun, dan melakukan defekasi), hewan (misalnya
hewan membuang tinja), dan alam (misalnya pohon menggugurkan daunnya). Sampah
sendiri dapat dikategorikan menjadi 2, yakni sampah organik dan sampah
anorganik. Sampah organik merupakan sampah yang mudah diuraikan, yakni membutuhkan
waktu yang singkat untuk didegradasikan (contohnya adalah daun); sedangkan
sampah anorganik merupakan sampah yang sukar diuraikan, yakni membutuhkan waktu
yang lama untuk didegradasikan (contohnya adalah kertas karena membuat 2 ½
bulan agar dapat diuraikan). Sampah organik dapat diolah menjadi souvenir dan
kompos, sedangkan sampah anorganik dapat dipisah/dipilah menurut waktu urai dan
diolah menjadi barang daur ulang (misalnya botol plastik bekas dapat dibuat
menjadi kapal).
Pengolahan
sampah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengubah sampah menjadi material
yang memiliki nilai ekonomis dan mengelola sampah menjadi material yang tidak
membahayakan lingkungan. Dalam metode pengolahan sampah, terdapat prinsip 4R,
yakni reduce, reuse, recycle, dan replace. Reduce berarti mengurangi pembuatan
sampah, reuse berarti menggunakan kembali barang yang masih dapat digunakan, recycle
berarti mendaur ulang barang agar dapat digunakan kembali, sedangkan replace
berarti memperbaiki barang yang rusak atau mengganti materi barang menjadi
lebih ramah lingkungan. Metode tersebut digunakan agar manusia dapat mengurangi
sampah sehingga lingkungan dapat terjaga.
Sampah dapat didaur ulang menjadi barang yang
memiliki nilai ekonomis, misalnya daur ulang kertas dan kompos. Kertas koran
yang sudah tidak digunakan dapat diubah menjadi kertas baru. Caranya, pertama, koran bekas disobek menjadi kecil-kecil. Kedua, kertas
koran yang telah dirobek direndam dalam air. Ketiga, kertas yang telah lunak
ditumbuk sampai halus. Keempat, kertas yang telah halus dimasukkan ke dalam bak
berisi air dan diaduk sampai merata. Apabila kertas masih belum halus, dapat
dilakukan perebusan hingga kertas benar-benar halus. Kelima, alat pencetak (screen) dimasukkan ke dalam bak dan
diangkat. Keenam, screen diletakkan
di atas kain dan ditiriskan, lalu dilap dengan spons hingga kandungan air
hilang. Terakhir, kertas yang telah dicetak diangin-anginkan hingga benar-benar
kering tanpa sinar matahari.
Kompos
adalah hasil organik bahan-bahan yang dihasilkan makhluk hidup yang
difermentasikan oleh bantuan bakteri berupa mikroorganisme lokal (mol) menjadi
pupuk bagi tanaman. Cara membuat kompos adalah, pertama-tama, semua bahan
dikumpulkan, lalu dipotong kecil-kecil. Kemudian, sampah yang telah halus
dicampur dengan kompos yang telah jadi ataupun pupun kandang untuk mempercepat
fermentasi. Terakhir, sampah yang telah dicampur diletakkan di dalam kotak
kompos dengan jangka waktu maksimal 1 bulan. Apabila melebihi 1 bulan, maka
kualitas kompos tidak baik dan pembuatannya harus diulang. Kompos yang melebihi
jangka waktu 1 bulan dapat diakibatkan oleh terlalu banyak atau sedikitnya kandungan
air sehingga mengganggu proses fermentasi.
Sampah
dapat mengganggu keseimbangan dan kelestarian lingkungan karena dapat
menimbulkan pencemaran. Beberapa dampak pencemaran sampah diantaranya adalah
menurunnya nilai kesuburan lingkungan, baik udara (bau tidak sedap), air
(menjadi keruh dan berbau), maupun tanah (mengurangi kandungan mineral dalam
tanah sehingga tanah menjadi tidak subur dan tumbuhan tidak dapat bertumbuh
dengan baik). Selain itu, sampah juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan, misalnya
banyaknya lalat dan tikus dalam sampah sehingga menyebabkan penyakit diare dan
tifus.
2.2.3
Pencemaran Air
Pencemaran air adalah perubahan kualitas air dalam aspek fisik
(kerjenihan air), kimia (susunan molekul air), dan biologi (keanekaragaman
organisme dalam air) di dalam tempat penampungan air (seperti sungai, danau,
dan laut) akibat aktivitas manusia dan alam (misalnya banjir dan gunung
meletus). Pencemaran air bersumber dari domestik, misalnya peternakan (limbah
feses hewan), pabrik (limbah kimia), pertanian (pupuk kimia/pestisida), dan
pelayaran (solar/bensin yang digunakan oleh kapal). Pencemaran air memiliki
dampak yang besar bagi lingkungan, yakni perubahan habitat air biotik &
abiotik (organisme di air menjadi mati), kerusakan ekosistem air sehingga
keseimbangan alam terganggu, dan gangguan kesehatan bagi manusia (misalnya
kanker kulit).
Pencemaran
air sendiri dapat diidentifikasi dengan pengamatan organisme air (bentos) dan
invertebrata, dimana semakin banyak bentos, semakin tinggi kualitas air
tersebut (sehat). Untuk dapat mengidentifikasi kualitas air, pengamat harus
terjun ke dalam sungai dan mengamati hewan-hewan yang ada di dalamnya
menggunakan jaring dan kaca pembesar. Selain itu, dalam mengidentifikasi
pencemaran air juga digunakan termometer untuk mengukur suhu air, pH meter
untuk mengukur asam dan basa air, dimana kualitas air yang ideal adalah air
yang netral, serta bola ping-pong untuk mengukur kecepatan aliran air.
Dalam
mengidentifikasi hewan di air, juga digunakan sistem poin yang ada di dalam
buku panduan, dimana hewan dikategorikan ke dalam poin menurut tingkat
kebersihan air. Apabila banyak ditemukan hewan berpoin kecil (mayoritas hidup
di air yang tercemar, misalnya got), maka kualitas air tersebut kotor. Semakin
tinggi poin yang didapat, semakin bersih kualitas air tersebut. Contoh hewan
yang dapat digunakan dalam sistem poin adalah capung ekor tunggal, nimpa lalat
sehari, larva ulat air, siput kolam, dan masih banyak lagi.
Solusi
yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran air adalah mengurangi
pemakaian air (hemat air), tidak membuang limbah berbahaya di sungai (bisa
diolah terlebih dahulu agar tidak membahayakan hewan di air), mengurangi
pemakaian pupuk kimia/pestisida (bisa diganti dengan pupuk alami, misalnya
kompos), dan mengurangi pemakaian bahan bakar solar/bensin oleh kapal (bisa
diganti dengan bahan bakar ramah lingkungan, misalnya bio solar).
Laporan
Praktikum Pengolahan Sampah Organik maupun Anorganik untuk Mata Pelajaran
Fisika, Biologi, dan Kimia
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Judul
Praktikum : Pengolahan Sampah Organik maupun Anorganik
I.2. Tujuan
Praktikum :
I.2.1.
Mengidentifikasi sampah organik dan anorganik
I.2.2. Mengolah sampah organik dan anorganik menjadi barang
yang berguna dan memiliki nilai
ekonomi
BAB II
LANDASAN TEORI
Sampah adalah barang sisa aktivitas manusia, hewan,
dan alam dalam bentuk padat, cair, ataupun gas. Sampah sendiri bersumber dari
manusia (misalnya manusia membuang bungkus sabun & cairan sabun, dan
melakukan defekasi), hewan (misalnya hewan membuang tinja), dan alam (misalnya
pohon menggugurkan daunnya). Sampah sendiri dapat dikategorikan menjadi 2,
yakni sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik merupakan sampah yang
mudah diuraikan, yakni membutuhkan waktu yang singkat untuk didegradasikan
(contohnya adalah daun); sedangkan sampah anorganik merupakan sampah yang sukar
diuraikan, yakni membutuhkan waktu yang lama untuk didegradasikan (contohnya
adalah kertas karena membuat 2 ½ bulan agar dapat diuraikan). Sampah organik
dapat diolah menjadi souvenir dan kompos, sedangkan sampah anorganik dapat
dipisah/dipilah menurut waktu urai dan diolah menjadi barang daur ulang
(misalnya botol plastik bekas dapat dibuat menjadi kapal).
Pengolahan
sampah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengubah sampah menjadi material
yang memiliki nilai ekonomis dan mengelola sampah menjadi material yang tidak
membahayakan lingkungan. Sampah dapat didaur ulang menjadi barang yang memiliki
nilai ekonomis, misalnya daur ulang kertas (sampah anorganik) dan kompos
(sampah organik). Kompos merupakan
hasil organik bahan-bahan yang dihasilkan makhluk hidup yang difermentasikan
oleh bantuan bakteri berupa mikroorganisme lokal (mol) menjadi pupuk bagi
tanaman. Pembuatan kompos membutuhkan waktu maksimal 1 bulan. (Jayanti, 2017,
sumber PPLH)
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1. Mengidentifikasi sampah
III.1.1. Alat dan
Bahan
1.
Alat
III.1.1.1.
Tempat sampah
III.1.1.2. Pensil
2.
Bahan
III.1.2.1.
Kertas
III.1.2.2. Sampah organik
III.1.2.3. Sampah
anorganik
III.1.2. Cara Kerja
III.1.2.1. Dikumpulkan
sampah yang ada di sekitar lingkungan PPLH
III.1.2.2. Sampah
dipisahkan antara sampah organik dan anorganik
III.1.2.3. Tempat sampah diberi
label dengan kertas yang ditulisi sampah organik
atau sampah anorganik
III.1.2.4. Dimasukkan sampah
organik ke dalam tempat sampah yang bertuliskan
sampah organik; sedangkan sampah anorganik dimasukkan
ke dalam tempat sampah yang bertuliskan sampah anorganik
III.2. Membuat kertas daur ulang
III.2.1. Alat dan Bahan
1.
Alat
III.2.1.1. Bak
air
III.2.1.2. Kain
III.2.1.3. Alat
penumbuk
III.2.1.4. Alat
cetak (screen)
III.2.1.5. Spons
2.
Bahan
III.2.2.1. Air
III.2.2.2. Kertas
koran bekas
III.2.2. Cara Kerja
III.2.2.1. Kertas
koran disobek menjadi kecil-kecil
III.2.2.2. Kertas koran yang telah dirobek direndam dalam air
III.2.2.3. Kertas yang telah lunak ditumbuk sampai halus dengan
alat penumbuk
III.2.2.4. Kertas yang telah halus dimasukkan ke dalam bak berisi
air dan diaduk sampai merata
III.2.2.5. Alat pencetak (screen)
dimasukkan ke dalam bak dan diangkat
III.2.2.6. Screen diletakkan di atas kain dan ditiriskan, lalu dilap
dengan spons hingga kandungan air
hilang
III.2.2.7. Kertas yang
telah dicetak diangin-anginkan hingga benar-benar kering tanpa sinar matahari
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan, maka didapatkan sampah organik dan anorganik dari sekitar lingkungan
dalam PPLH. Kedua sampah tersebut sebagian besar berasal dari sampah alam dan
manusia. Sampah organik yang ditemukan adalah daun, sedangkan sampah anorganik
yang ditemukan adalah gelas plastik, botol plastik, wadah plastik makanan, dan
kertas. Untuk pembuatan daur ulang kertas, didapatkan 4 buah kertas buram
dimana dua diantaranya sobek.
IV.2. Pembahasan
Masih banyak ditemukan sampah
organik dan anorganik di lingkungan kawasan PPLH yang belum dimanfaatkan dengan
baik. Hal tersebut terbukti dengan jumlah sampah yang banyak yang ditemukan
oleh penulis. Kesadaran dan kepedulian pengunjung PPLH akan lingkungan masih
kurang karena masih ditemukan sampah yang tidak dibuang pada tempatnya. Sebenarnya,
sampah organik dan anorganik di kawasan PPLH dapat didaur ulang. Contohnya
adalah sampah organik berupa dedaunan yang dapat didaur ulang menjadi pupuk
kompos. Sedangkan, sampah anorganik (misalnya botol plastik dan kertas bekas)
dapat diolah menjadi benda-benda yang memiliki nilai seni atau nilai guna
tinggi (misalnya menjadi kapal dan kertas buram). Kertas termasuk ke dalam
jenis sampah anorganik karena membutuhkan waktu 2 ½ bulan agar dapat diuraikan.
Dalam
pembuatan kertas daur ulang, didapatinya kertas yang sobek. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh kandungan air dalam kertas yang masih tinggi sehingga kertas
menjadi lengket pada screen dan
ketika screen diangkat kertas pun
sobek. Jumlah air yang terlalu banyak dapat membuat adonan kertas lembek
sehingga kertas mudah sobek dan membutuhkan waktu yang lama untuk proses
pengeringannya. Menurut percobaan yang penulis lakukan, kertas yang sobek
tersebut dapat ditambal dengan mengambil adonan kertas yang baru menggunakan screen yang dibentuk sesuai pola
sobekan, namun hal tersebut membutuhkan waktu yang lama untuk menepatkan pola
sobekan sehingga kertas dapat kembali menjadi utuh.
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum Pengolahan Sampah Organik
maupun Anorganik :
1.
Sampah dibagi menjadi
2 jenis, yakni sampah organik (mudah diuraikan, contohnya dedaunan) dan sampah anorganik
(sukar diuraikan, contohnya kertas)
2. Sampah organik maupun anorganik dapat diolah menjadi
barang yang berguna dan memiliki nilai ekonomi. Sampah organik dapat diolah
menjadi kompos, sedangkan sampah anorganik dapat didaur ulang menjadi barang
baru (misalnya kertas buram).
Laporan
Praktikum Bio-indikator Pencemaran untuk Mata Pelajaran Fisika, Biologi, dan
Kimia
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Judul
Praktikum : Bio-indikator Pencemaran
I.2. Tujuan
Praktikum :
I.2.1.
Mengetahui pengertian bio-indikator pencemaran
I.2.2. Mengidentifikasi kualitas air sungai di dalam
kawasan PPLH
BAB II
LANDASAN TEORI
Pencemaran
air adalah perubahan kualitas air dalam aspek fisik (kerjenihan air), kimia
(susunan molekul air), dan biologi (keanekaragaman organisme dalam air) di
dalam tempat penampungan air (seperti sungai, danau, dan laut) akibat aktivitas
manusia dan alam (misalnya banjir dan gunung meletus). Pencemaran air bersumber
dari domestik, misalnya peternakan (limbah feses hewan), pabrik (limbah kimia),
pertanian (pupuk kimia/pestisida), dan pelayaran (solar/bensin yang digunakan
oleh kapal). Pencemaran air memiliki dampak yang besar bagi lingkungan, yakni
perubahan habitat air biotik & abiotik (organisme di air menjadi mati),
kerusakan ekosistem air sehingga keseimbangan alam terganggu, dan gangguan
kesehatan bagi manusia (misalnya kanker kulit).
Pencemaran
air sendiri dapat diidentifikasi dengan bio-indikator pencemaran, Bio sendiri
berarti makhluk hidup, sedangkan indikator berarti variabel yang digunakan
untuk mengevaluasi keadaan. Jadi, bio-indikator pencemaran merupakan pengamatan
perairan dengan menggunakan organisme air (bentos) dan invertebrata, dimana
semakin banyak bentos, semakin tinggi kualitas air tersebut (sehat). Untuk
dapat mengidentifikasi kualitas air, pengamat harus terjun ke dalam sungai dan
mengamati hewan-hewan yang ada di dalamnya menggunakan jaring dan kaca
pembesar. Selain itu, dalam mengidentifikasi pencemaran air juga digunakan
termometer untuk mengukur suhu air, pH meter untuk mengukur asam dan basa air,
dimana kualitas air yang ideal adalah air yang netral, serta bola ping-pong
untuk mengukur kecepatan aliran air.
Dalam
mengidentifikasi hewan di air, juga digunakan sistem poin yang ada di dalam
buku panduan, dimana hewan dikategorikan ke dalam poin menurut tingkat
kebersihan air. Apabila banyak ditemukan hewan berpoin kecil (mayoritas hidup
di air yang tercemar, misalnya got), maka kualitas air tersebut kotor. Semakin
tinggi poin yang didapat, semakin bersih kualitas air tersebut. Contoh hewan
yang dapat digunakan dalam sistem poin adalah capung ekor tunggal, nimpa lalat
sehari, larva ulat air, siput kolam, dan masih banyak lagi. (Jayanti, 2017, sumber PPLH)
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1. Alat dan
Bahan
1.
Alat
III.1.1.
Jaring
III.1.2.
Kaca pembesar
III.1.3.
Termometer
III.1.4.
pH meter
III.1.5. Bola pingpong
III.1.6. Buku panduan sistem poin
2.
Bahan
III.2.1.
Air sungai
III.2. Cara Kerja
III.2.1. Diambil organisme air (bentos) yang ada di dalam
air sungai menggunakan jaring
III.2.2.
Diamati bentos dengan kaca pembesar dan
diidentifikasikan menurut sistem
poin di dalam buku panduan
III.2.3. Dimasukkan termometer
ke dalam aliran sungai dan diamati suhunya
III.2.4. Dicelupkan pH meter
ke dalam aliran sungai dan diamati hasilnya
III.2.5. Dilemparkan bola pingpong ke dalam aliran sungai
dan diukur waktu yang
diperlukan bola pingpong dari satu titik ke titik lainnya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan, didapatkan hasil bahwa sungai yang ada di dalam kawasan PPLH masih
tergolong tidak tercemar. Hal tersebut terbukti dengan aliran air sungai yang
jernih, suhu air yang ideal, pH air yang netral, dan kecepatan air sungai yang
normal. Organisme yang berhasil ditemukan penulis di sungai tersebut diantaranya
adalah lumut, keong, dan serangga air (laba-laba air).
IV.2. Pembahasan
Keadaan sungai di dalam kawasan PPLH
tergolong wajar (tidak tercemar). Dalam melakukan praktikum ini, penulis menemukan
lumut di sekitar dinding sungai yang menandakan bahwa kadar oksigen di sekitar
aliran air sungai masih tinggi sehingga kadar oksigen terlarut dalam air sungai
pun seharusnya tinggi. Oleh karena kadar oksigen yang tinggi, seharusnya banyak
ditemukan organisme air yang hidup di sekitar lokasi pengamatan, namun nyatanya
jumlahnya sangat sedikit. Hal tersebut dapat dikarenakan oleh lokasi pengamatan
yang sering dijangkau oleh manusia sehingga organisme air menjadi takut dan
menghindar dari lokasi tersebut.
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum Bio-indikator
Pencemaran :
- Bio-indikator pencemaran adalah pemanfaatan makhluk hidup berupa organisme air (bentos) dan invertebrata sebagai acuan dalam menentukan tingkat tercemarnya suatu perairan (kualitas air).
- Kualitas
air sungai di dalam kawasan PPLH tergolong wajar (tidak tercemar) yang
dibuktikan dengan ditemukannya lumut, aliran air sungai yang jernih, suhu air yang ideal, pH air yang
netral, dan kecepatan air sungai yang normal.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dicapai dari
kegiatan Fieldtrip mengunjungi Pusat
Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) adalah siswa-siswi
dapat memenuhi tugas yang diberikan pihak sekolah untuk mata pelajaran biologi,
mengetahui informasi lebih banyak mengenai Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) (misalnya
sejarah PPLH, fasilitas PPLH, fungsi PPLH, dan lainnya), menjadi lebih dekat
dengan alam melalui praktik langsung di lapangan, dan menambah wawasan seputar
lingkungan, serta meningkatkan kesadaran dan kepedulian siswa-siswi akan
lingkungan yang harus selalu dijaga kelestariannya.
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk Fieldtrip
ini adalah sebagai berikut.
1.
Mohon siswa-siswi dihimbau oleh pihak
sekolah agar memakai obat nyamuk sebagai bentuk pencegahan terhadap bahaya
gigitan nyamuk demam berdarah.
2.
Mohon pihak Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Seloliman
dapat melakukan fogging secara berkala sebagai bentuk antisipasi terhadap
perkembangbiakan nyamuk demam berdarah.
LAMPIRAN
Gedung Aula PPLH |
0 komentar:
Post a Comment