PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Edutrip adalah salah
satu kegiatan sekolah yang diadakan hampir setiap bulan. Edutrip
merupakan kegiatan yang bersifat wajib dan biasanya mengunjungi tempat-tempat
yang berada di dalam kota Surabaya maupun yang berada di sekitarnya.
Pada bulan Maret 2015, sekolah mengadakan program Edutrip mengunjungi Tugu Pahlawan (terletak di Jl.
Pahlawan) dan Monumen Kapal Selam atau yang biasa disingkat dan dikenal dengan
nama Monkasel (terletak di Jl. Pemuda No. 39) yang berada di tengah kota Surabaya.
Tugu Pahlawan dan Monumen Kapal Selam dipilih karena memiliki hubungan dengan
pelajaran matematika dan IPS sebagai mata pelajaran yang mengadakan program
Edutrip kali ini, yaitu berhubungan dengan pelajaran sejarah dan penggunaan
rumus matematika (mengukur volume Museum 10 November, dan mengukur tinggi Tugu
Pahlawan dan Monumen Kapal Selam dengan menggunakan alat klinometer).
1.2 Tujuan
Tujuan dari program Edutip kali ini adalah untuk
memperluas pengetahuan siswa dalam mengenal sejarah kota Surabaya (Pertempuran
10 November 1945), mengenang para pahlawan yang berjasa dalam Pertempuran 10
November, mengenal alat-alat dalam kapal selam (KRI Pasopati), dan mengetahui
jenis-jenis kapal selam yang ada maupun dimiliki oleh TNI AL, serta penggunaan
rumus matematika dalam kehidupan sehari-hari (mengukur tinggi Tugu Pahlawan,
KRI Pasopati, dan tiang di depan KRI Pasopati dengan alat Klinometer, dan menghitung volume limas
Museum 10 November)
PEMBAHASAN
Pada tanggal 11 Maret 2015, kami mengikuti program
Edutrip Matematika dan IPS yang mengunjungi Tugu Pahlawan dan Monumen Kapal
Selam. Berikut informasi yang kami dapatkan saat berkunjung ke kedua tempat
tersebut.
I. Tugu Pahlawan
Tugu Pahlawan adalah sebuah monumen yang terletak di
tengah kota Surabaya. Tugu pahlawan
berbentuk paku terbalik, yaitu diameter bawah tugu lebih besar dari diameter
atas, karena memiliki filosofi yang berarti sudah lepas dari tangan penjajah
dan tidak terpaku lagi. Dulu, Tugu Pahlawan adalah Markas Utama Jepang
(Kempetai). Menurut penjelasan dari Bapak pendamping, Tugu Pahlawan memiliki
tinggi sekitar 40,51 meter, diameter atas 1,3 meter, dan diameter bawah 3,1
meter. Selain ada Tugu Pahlawan itu sendiri, di dalam kompleks Tugu Pahlawan
Surabaya terdapat banyak patung dan bangunan lain yang menggambarkan perjuangan
bangsa Indonesia, khususnya untuk mengenang jasa para pahlawan yang bertempur
di Surabaya pada tanggal 10 Nopember 1945.
Berikut penjelasan mengenai patung dan bangunan tersebut.
A) Pilar Calaude
Pada salah satu sisi dari
Tugu Pahlawan, terdapat patung mantan presiden Ir. Soekarno dan wakilnya Drs.
Mohammad Hatta ketika sedang membaca proklamasi kemerdekaan yang terletak
diantara pilar-pilar tinggi yang menyerupai reruntuhan suatu bangunan, yakni Pilar
Calaude, yang merupakan lambang kebebasan bangsa Indonesia dari para penjajah.
Pilar tersebut berdiri kokoh di belakang patung proklamator Soekarno-Hatta yang
berada di dalam kompleks Tugu Pahlawan Surabaya, lebih tepatnya berada di pintu
masuk utama Tugu Pahlawan. Pada pilar-pilar tersebut, juga terdapat
tulisan-tulisan pembangkit semangat kemerdekaan yang menyerupai coretan-coretan.
Pilar
Calaude memiliki 10 pilar sebagai pengingat tanggal dimulainya perang melawan
Sekutu di Surabaya
yang kemudian dikenang sampai sekarang sebagai Hari Pahlawan, yakni tanggal 10
November.
Di samping hal tersebut, juga mengingatkan adanya 10
Pilar Demokrasi, yaitu : (1) Demokrasi berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa, (2)
Demokrasi dengan Kecerdasan, (3) Demokrasi yang berkedaulatan Rakyat, (4)
Demokrasi dengan Rule of Law, (5) Demokrasi dengan Pembagian Kekuasaan Negara,
(6) Demokrasi dengan Hak Asasi Manusia, (7) Demokrasi dengan Pengadilan yang
Merdeka, (8) Demokrasi dengan Otonomi Daerah, (9) Demokrasi dengan Kemakmuran,
(10) Demokrasi yang Berkeadilan Sosial.
Pilar Calaude juga mengingatkan adanya 10 Indikator
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam lingkungan keluarga, yaitu : (1)
Persalinan ditolong tenaga kesehatan, (2) Memberi bayi ASI Ekslusif, (3)
Menimbang Balita setiap bulan, (4) Menggunakan air bersih, (5) Mencuci tangan
pakai sabun, (6) Gunakan jamban sehat, (7) Memberantas jentik di rumah sekali
seminggu, (8) Makan buah dan sayur setiap hari, (9) Melakukan aktifitas fisik
setiap hari, (10) Tidak merokok di dalam rumah karena dalam satu batang rokok
yang dihisap akan dikeluarkan lebih dari 4.000 bahan kimia berbahaya.
B) Patung Gubernur Suryo
Gubernur Suryo (Raden Mas
Tumenggung Ario Soerjo) adalah Gubernur pertama Jawa Timur pada tahun
1945-1948. Beliau lahir pada tanggal 9 Juli 1898 di Magetan (Jawa Timur) dan
meninggal pada tanggal 10 September 1948 di Ngawi (Jawa Timur) akibat dibunuh
oleh orang tak dikenal saat berkendara melewati Ngawi. Sebelum menjabat sebagai
Gubernur Jawa Timur, beliau menjabat sebagai Bupati Magetan dan Residen
Bojonegoro. Beliau merupakan salah satu pejuang Surabaya yang menolak kedatangan Sekutu dan
menolak ultimatum Sekutu. Pada tanggal 9 November 1945 jam 21:00, beliau melalui
pidatonya, yang dibacakan di Radio Nirom (Jl. Embong Malang, Surabaya), menyampaikan agar Rakyat Surabaya
berperang sampai titik darah penghabisan. Maka, tercipta pertempuran besar
antara Rakyat Surabaya
melawan Inggris di Surabaya yang dimulai pada tanggal 10 November 1945.
C) Patung Doel Arnowo
Doel Arnowo (Abdoel
Adhiem) lahir pada tanggal 30 Oktober 1904 di Surabaya dan meninggal pada
tanggal 18 Januari 1985 (umur 80 tahun) di Surabaya. Beliau adalah ketua KNI
(Komite Nasional Indonesia) untuk Surabaya.
KNI dibentuk untuk menentang keberadaan sekutu di Surabaya. Pada tahun 1950, beliau menjabat
sebagai Walikota Surabaya selama 2 tahun. Pada masa jabatannya dibangun monumen
Tugu Pahlawan yang diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 10 November
1952. Pada tahun 1963 sampai 1966, beliau menjadi presiden (rektor) Universitas
Brawijaya.
D) Mobil Bung Tomo
Soetomo, atau lebih
dikenal dengan sapaan akrab oleh rakyat sebagai Bung Tomo, lahir pada tanggal 3
Oktober 1920 di Surabaya dan meninggal pada tanggal 7 Oktober 1981 (umur 61
tahun) di Arab Saudi. Beliau adalah penerus BPRI (Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia)
yang kemudian mendirikan sebuah radio pemberontakan di Jalan Mawar Surabaya. Beliau juga
merupakan seorang tokoh menonjol sebagai pahlawan yang
terkenal karena peranannya dalam membangkitkan semangat rakyat untuk melawan
kembalinya penjajah Belanda melalui tentara NICA, yang berakhir dengan
pertempuran 10 November 1945 yang hingga kini
diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Mobil milik Bung
Tomo merupakan mobil jenis Opel Kapitan. Mobil tersebut berwarna hitam dan
menjadi koleksi Museum 10 November Surabaya. Mobil Opel tersebut
merupakan produksi Jerman pada tahun 1956 yang bermesin 2,5
liter dengan enam silinder. Tenaga yang dihasilkan 75 PS. Mobil tiga transmisi
ini bisa mencapai kecepatan 140 km per jam. Dalam perjalanan 100 km, mobil ini
akan menghabiskan bahan bakar 13 liter.
Sebelum ditempatkan di dalam kompleks Tugu Pahlawan
Surabaya, mobil tersebut dititipkan pada seorang warga yang tinggal di Jl.
Gatot Subroto, Malang.
Di tempat tersebut, mobil Bung Tomo dibiarkan begitu saja di dalam garasi
selama bertahun-tahun. Pada saat itu, kondisi mobil Bung Tomo yang berplat
nomor N 1708 A dengan nomor mesin K25L55-23585K sangat memprihatinkan.
Karat banyak mewarnai bagian mobil. Keempat rodanya juga sudah rusak. Cat mobil
yang sebelumnya berwarna biru kehitaman banyak yang mengelupas termakan zaman.
Begitu juga beberapa aksesoris penghias dan penanda mobil juga tidak lengkap
karena banyak yang sudah hilang. Akhirnya putra Bung Tomo, Bambang Sulistomo,
pada bulan Oktober 2010 memberikan mobil tersebut untuk koleksi Museum 10
November. Mobil tersebut mungkin tampak sederhana dan biasa saja, namun pada
masa itu, mobil tersebut termasuk dalam deretan mobil yang cukup berkelas.
Mobil Bung Tomo menjadi benda koleksi yang ditempatkan
di halaman terbuka pada sisi barat kawasan Tugu Pahlawan. Jaraknya sekitar 30
meter di depan Museum 10 November. Sebuah bangunan semacam pendopo melindungi
mobil tersebut dari terik panas matahari dan air hujan. Beberapa tanaman hijau
dan pohon sawo kecil berada di sekitarnya.
E) Batu Prasasti
Batu prasasti tersebut terletak di bagian barat Tugu
Pahlawan dan didatangkan langsung dari Malang,
Jawa Timur . Batu tersebut dipahat dan terdapat tulisan yang berbunyi : “Padamu
generasi, tanpa pertempuran Surabaya, sejarah
bangsa dan Negara Indonesia
akan menjadi lain.” Sebuah
penegasan bahwa pertempuran Surabaya memiliki
peran penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Batu
tersebut dibuat saat soft opening dari Tugu Pahlawan yang dibuka oleh Bapak
Sunarto.
F) Patung Pahlawan Tak
Dikenal
Patung Pahlawan Tak Dikenal terletak persis di belakang
Tugu Pahlawan. Patung tersebut dikelilingi kolam dan di bawahnya terkubur
tulang belulang para pejuang yang gugur dan ditemukan di dalam kawasan Tugu
Pahlawan. Patung tersebut dibuat dan diwarnai merah untuk mengenang perjuangan
para pejuang yang gugur saat pertempuran 10 November.
II. Museum 10 November
Museum 10 November
berada di dalam kompleks Tugu Pahlawan Surabaya, tepatnya di sebelah utara Tugu
Pahlawan. Gedung museum tersebut memiliki 3 atap bangunan berbentuk prisma segi
empat atau tumpeng segi empat yang berjajar. Bangunan atap yang terbesar berada
di tengah. Bentuk ketiga bangunan prisma
tersebut tersusun atas 3 bagian yang bertingkat ke atas yang masing-masing
berbentuk prisma juga. Bagian paling bawah terbesar, bagian tengah lebih kecil,
dan puncaknya paling kecil. Dua tingkat paling atas terbuat dari susunan kaca.
Di dalam prisma tersebut, terdapat
Museum 10 November.
Letak Museum 10 November
cukup unik. Ketiga bangunan prisma tampak tertanam dan menyembul dari bawah
tanah karena museum tersebut lantai dasarnya dibuat turun di bawah tanah
sehingga lantai dua dan atapnya tampak berada di permukaan tanah.
Pintu masuk museum mengarah
turun ke bawah tanah. Di pintu masuk, pengunjung membeli tiket. Kemudian, di dalam ruang pintu masuk terdapat prasasti peresmian museum yang
tertulis bahwa Museum 10 November baru diresmikan pada tanggal 19 Februari 2000
oleh Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Padahal, museum tersebut dibangun
mulai 10 November 1991 dan baru difungsikan pada 10 November 1998.
Memasuki museum,
terdapat gambar pertempuran di Viaduct yang berada di belakang kawasan Tugu
Pahlawan. Gambar tersebut terpampang di tembok sepanjang jalan masuk yang turun
ke bawah. Di lantai dasar, terdapat foto-foto pertempuran 10 November di
Surabaya. Memasuki gedung utama museum, terdapat maket Tugu Pahlawan dengan
skala 1:400 yang diletakkan di depan pintu masuk ke gedung utama museum. Di
tengah-tengah gedung utama museum, terdapat patung Gugur Bunga Bangsa untuk
menghormati para pejuang yang telah gugur untuk merebut kebebasan kota Surabaya
dari tangan Sekutu. Di dalam patung tersebut, ada 10 patung para pejuang.
Selanjutnya di
sekeliling patung tersebut, terdapat replika pembacaan pidato Bung Tomo beserta
rekamannya, koleksi mata uang Indonesia Kuno mulai mata uang Rp. 1 sampai Rp.
25 dengan tahun pembuatan berkisar antara tahun 1951 sampai 1963, senjata
(pistol) Mauser Parabellum milik Hario Kecik yang dibuat di Jerman, 3 buah
bambu runcing dengan tinggi kurang lebih 1,5 meter, peninggalan Mayjend
Sungkono (Komandan BKR divisi Surabaya) yang berupa mulai dari baju seragam, senjata, hingga piagam dan
penghargaan yang pernah diraih oleh Mayjend Sungkono. Di lantai dasar gedung
tersebut, juga terdapat koleksi foto Surabaya Tempo Dulu, ruang pemutaran film
(Film tentang pertempuran 10 November di Surabaya), dan barang-barang menarik
lainnya.
Selanjutnya naik ke lantai 2, terdapat barang-barang peninggalan
Batalion Untung Suropati. Di ruang utama banyak dipajang barang-barang pribadi
milik Bung Tomo seperti bendera Iboe Tentara Pemberontakan Poesat Jawa Timur,
pisau belati dan senapan Bung Tomo, radio Bung Tomo, bahkan tulisan tangan Bung
Tomo dengan pensil yang masih tampak jelas
Di sisi lain tampak
berbagai macam senapan laras pendek dan laras panjang yang digunakan para
pejuang. Senapan itu ada juga yang merupakan hasil rampasan dari penjajah. Di salah satu sudut ruangan, terdapat diorama statis
yang disertai suara musik dan pidato perjuangan serta lampu berwarna yang
membuat suasana diorama menjadi tampak hidup. Diorama yang terdapat di dalam
Museum 10 November, diantaranya adalah gedung markas Kempetai yang diserbu
tanggal 1 Oktober 1945, Hotel Yamato (sekarang dikenal dengan nama Hotel
Majapahit), Gedung Nasional Indonesia, dan masih banyak lagi.
III. Monumen Kapal Selam
(Monkasel)
Monumen Kapal Selam (Monkasel) adalah
sebuah monumen Kapal Selam terbesar di kawasan Asia, yang dibangun di sisi
sungai Kalimas, Surabaya.
Monumen ini dibangun dengan ide para sesepuh Kapal Selam dari Angkatan Laut. Monumen
Kapal Selam KRI
Pasopati 410 merupakan monumen berskala penuh (bukan replika),
kapal selam ini adalah salah satu dari Armada Divisi Timur. Konstruksi monumen
dimulai pada bulan Juli 1995, pertama ditandai dengan Gubernur Jawa Timur,
Bapak Basofi Soedirman melakukan peletakan batu pertama untuk pondasi. Pada
saat yang sama, KRI Pasopati 410 telah dipotong menjadi 16 bagian oleh
PT. PAL Indonesia.
Kemudian bagian per bagian diciptakan kembali dan diletakkan di atas pondasi
monumen. Monkasel
resmi dibuka pada 15 Juli 1998 dan telah beroperasi sebagai salah satu objek wisata
di Surabaya. Konsep utama dalam membuat
Monkasel adalah (1) untuk membuat objek wisata baru di Jawa
Timur, (2) sebagai warisan nilai sejarah yang mencerminkan Indonesia sebagai
Negara Maritim, (3) sebagai obyek konservasi, (4) sebagai kenangan yang didedikasikan
untuk para pejuang pemberani yang berjuang gigih.
Monumen Kapal Selam memiliki beberapa
fasilitas pendukung seperti Video Rama, live
music, kolam renang untuk anak-anak,
rekreasi air
di sungai Kalimas, sebuah toko souvenir, dan area parkir yang luas. Di dalam
kompleks Monumen Kapal Selam juga berdiri panggung besar untuk acara tertentu.
Video Rama menyajikan film sinematik dan dilengkapi sistem suara stereo akan
membawa imajinasi anda menyatu dengan film mengenai Kapal Selam KRI Pasopati
410 saat kapal tersebut masih aktif menjalankan tugasnya.
KRI Pasopati dengan nomor lambung 410
merupakan kapal selam yang dipajang di dalam kawasan Monumen Kapal Selam
Surabaya. Panjang dari kapal selam tersebut adalah 76 meter dengan lebar 6,3
meter. Kapal selam KRI Pasopati merupakan kapal selam berjenis SS Whiskey
Class. Kapal selam KRI Pasopati dibuat di Vladi Wostok Rusia pada tahun 1952,
dan mulai digunakan di TNI AL Indonesia sejak tanggal 29 Januari 1962. Tugas
utamanya adalah untuk menghancurkan garis musuh (anti-shipping), pengawasan dan
melakukan penggerebekan secara diam-diam.
Dengan penggerak diesel, kapal selam KRI Pasopati dapat
menempuh kecepatan maksimum hingga 18,3 Knot dengan berat antara 1.300 sampai
1.350 ton di atas permukaan air laut, dan 13,6 Knot dengan berat 1.050 ton
ketika menyelam. Jika di atas permukaan air laut, kapal selam ini menggunakan
penggerak diesel. Sedangkan jika sedang menyelam, kapal ini menggunakan
penggerak baterai yang berjumlah 224 unit (kekuatan menyelam antara 7 sampai 8
hari).
Kapal selam ini dilengkapi dengan 10 tangki air (agar
bisa menyelam), 4 buah peluncur torpedo di depan, dan 2 buah peluncur torpedo
di belakang. Kapal ini mengangkut 12 buah torpedo dengan panjang 7 meter. Kapal
ini juga mampu megangkut 63 awak kapal (52 tentara dan 11 perwira). Selain itu,
kapal tersebut mampu menyelam hingga kedalaman 250 meter di bawah permukaan
laut. Sedangkan kedalaman normal adalah 170 meter. Dengan kemampuan tersebut,
kekuatan laut Indonesia
menjadi begitu kuat pada saat itu. Di dalam KRI Pasopati terdapat 7 ruangan,
yakni :
- Ruang untuk haluan torpedo (Dipersenjatai dengan 4 torpedo propeller dan bertindak sebagai ruang penyimpanan untuk torpedo)
- Ruang perwira dan komandan, ruang makan, dan ruang kerja. (Di bawah dek terdapat ruang untuk baterai I)
- Jembatan utama dan Pusat Komando/Ruang pengendali dan informasi tempur (periskop, kemudi, kompas, radar, sonar, kamar mandi). (Di bawah dek terdapat ruang penyimpanan makanan)
- Ruang awak kapal dan dapur. (Di bawah dek terdapat ruang penyimpanan untuk Baterai II)
- Ruang mesin/motor diesel
- Ruang mesin/motor listrik (terdapat generator/genset)
- Ruang torpedo untuk bagian buritan (Berisi dengan 2 buah Torpedo)
KRI
Pasopati bertugas pertama kali dalam Operasi Alugoro ke Irian Jaya pada tanggal
28 Juli 1962. Operasi Alugoro merupakan bagian dari Operasi Trikora untuk
mengembalikan wilayah Irian Barat ke NKRI. KRI Pasopati bersama lima kapal
selam Indonesia lainnya yaitu KRI Widjayadanu, KRI Hendradjala, KRI Bramasta,
KRI Tjudamani dan KRI Alugoro ditugaskan untuk menenggelamkan kapal-kapal
perang dan niaga musuh sepanjang pantai utara Irian Barat khususnya kapal
perang Belanda.
Operasi lainnya adalah operasi di Timor Timur, Selat Malaka, Laut
Cina Selatan, dan Samudera Hindia. KRI Pasopati sering berada di garis depan
ketika konflik terjadi. Pada tanggal 25 Januari 1990, KRI Pasopati berhenti
bertugas di TNI AL.
Saat melakukan operasi, para awak kapal selam ini harus mampu
menahan suhu udara yang cukup panas di dalam kapal. Meski mendapat pasokan
oksigen yang cukup, namun kapal ini tidak dilengkapi pendingin udara.
PEMBAHASAN TUGAS
MATEMATIKA
Saat mengikuti program Edutrip kali ini, kami diberi tugas untuk
mengukur volume limas Museum 10 November, tinggi Tugu Pahlawan, tinggi KRI
Pasopati, dan tinggi tiang di depan KRI Pasopati dengan menggunakan alat
klinometer.
Klinometer adalah alat sederhana untuk mengukur sudut elevasi antara
garis datar dan sebuah garis yang menghubungkan sebuah titik pada garis datar
tersebut dengan titik puncak (ujung) sebuah objek. Aplikasinya digunakan untuk
mengukur tinggi ( panjang ) suatu objek dengan memanfaatkan sudut elevasi.
Klinometer ditemukan di Finlandia.
Klinometer juga dikenal sebagai inklinometer adalah perangkat yang digunakan untuk menentukan pengukuran yang akurat yang berkaitan dengan landai, ketinggian, jarak dan kemiringan suatu gedung. Klinometer ini sering digunakan dalam meteorologi, serta kehutanan dan survei serta juga dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengukur ketinggian pohon
Salah satu penggunaan dari klinometer harus dilakukan dengan mengukur sudut yang berkaitan dengan kemiringan formasi alam atau bangunan dan proyek-proyek konstruksi manusia lainnya yaitu dengan mengukur sudut dengan mata ke arah agar dapat mengidentifikasi setiap jumlah lereng, sehubungan dengan gravitasi. Klinometer tersebut dapat digunakan untuk mengukur tanjakan dan penurunan, berdasarkan perspektif individu dalam menghitung pengukuran tersebut.
Klinometer ini juga membantu untuk bidang meteorologi yang ingin mengukur ketinggian awan di malam hari. Dengan memanfaatkan sinar cahaya yang dipancarkan oleh perangkat ini maka tujuan balok di sebuah tempat di awan dan mengukur seberapa jauh dari permukaan bumi pembentukan awan saat ini. Hal ini dapat membantu ahli meteorologi secara akurat memprediksi beberapa kondisi cuaca yang berbeda.
Klinometer juga dikenal sebagai inklinometer adalah perangkat yang digunakan untuk menentukan pengukuran yang akurat yang berkaitan dengan landai, ketinggian, jarak dan kemiringan suatu gedung. Klinometer ini sering digunakan dalam meteorologi, serta kehutanan dan survei serta juga dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengukur ketinggian pohon
Salah satu penggunaan dari klinometer harus dilakukan dengan mengukur sudut yang berkaitan dengan kemiringan formasi alam atau bangunan dan proyek-proyek konstruksi manusia lainnya yaitu dengan mengukur sudut dengan mata ke arah agar dapat mengidentifikasi setiap jumlah lereng, sehubungan dengan gravitasi. Klinometer tersebut dapat digunakan untuk mengukur tanjakan dan penurunan, berdasarkan perspektif individu dalam menghitung pengukuran tersebut.
Klinometer ini juga membantu untuk bidang meteorologi yang ingin mengukur ketinggian awan di malam hari. Dengan memanfaatkan sinar cahaya yang dipancarkan oleh perangkat ini maka tujuan balok di sebuah tempat di awan dan mengukur seberapa jauh dari permukaan bumi pembentukan awan saat ini. Hal ini dapat membantu ahli meteorologi secara akurat memprediksi beberapa kondisi cuaca yang berbeda.
Berikut ini
merupakan hasil penghitungan kami :
1. Volume
Limas Museum
10 November
- Diketahui
(setelah mengukur menggunakan meteran) :
Panjang : 10.850
cm
Lebar : 925 cm
Tinggi : 1.700 cm
- Ditanya : Volume
Limas…?
- Jawab : Volume
Limas = 1/3 x
L. alas x tinggi = 1/3 x 10.850 x 925 x 1.700 = 17.061.625.000 : 3 =
5.687.208.333 cm3
: 1.000.000 = 5.687 m3
Jadi, volume limas
Museum 10 November sekitar 5.687 m3.
2. Tinggi KRI Pasopati
Jadi, tinggi KRI
Pasopati sekitar 6,98 m.
3. Tinggi Tiang di depan KRI Pasopati
Jadi, tinggi tiang
di depan KRI Pasopati sekitar 11,3 m.
Jadi, tinggi Tugu
Pahlawan sekitar 40,51 m.
*NOTE : Gambar-gambar di atas hanya sebagai ilustrasi
saja. (Tidak menggunakan ukuran dan skala yang sesungguhnya)
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat kami capai dalam program Edutrip
kali ini adalah Tugu Pahlawan merupakan sebuah monumen yang terletak di tengah kota Surabaya
dengan bentuk paku terbalik karena memiliki filosofi yang berarti sudah lepas
dari tangan penjajah dan tidak terpaku lagi. Di dalam kompleks Tugu Pahlawan
Surabaya, terdapat Museum 10 November yang menyajikan berbagai barang
peninggalan yang berhubungan dengan pertempuran 10 November di Surabaya. Monumen Kapal Selam
(Monkasel) adalah sebuah monumen Kapal Selam terbesar di
kawasan Asia yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang, seperti Video Rama, live music, kolam renang untuk anak-anak, rekreasi air
di sungai Kalimas, sebuah toko souvenir, dan area parkir yang luas. Monumen
Kapal Selam menggunakan kapal selam KRI Pasopati 410 berskala penuh
(bukan replika) sebagai monumen. Berdasarkan hasil penghitungan kami dengan
menggunakan alat Klinometer, kami dapat menemukan perkiraan tinggi dari Tugu
Pahlawan sekitar 40,51 meter, tinggi dari KRI Pasopati sekitar 6,98 meter,
tinggi dari tiang di depan KRI Pasopati sekitar 11,3 meter, dan volume limas
Museum 10 November sekitar 5.687 m3.
infomenarik mengenai induk organisasi bola basket
ReplyDeletekembangkan ide dengan membuat kerajinan anyaman
ReplyDeletemain game seru game google
ReplyDeletejauh disana ada anak rantau
ReplyDeleteinformasi mengenai travel agent
ReplyDeletemau tau tentang kebun teh
ReplyDelete