Betapa
Indahnya Negeriku
Mentari
pagi bersinar terang. Burung-burung berkicau dengan suara merdu. Aku pun
terbangun dari mimpiku karena kilauan cahaya matahari yang menembus jendela
kamarku. Kemudian, aku bergegas beranjak dari tempat tidur dan pergi ke kamar
mandi untuk membasuh diri. Setelah membasuh diri dengan dinginnya air pagi, aku
lekas menuju ke meja makan untuk menyantap hidangan makan pagi yang telah
disiapkan Ibu. Menu makan pagi ialah makanan kesukaanku, yakni nasi goreng. Aku
pun sangat senang dan langsung menyantapnya hingga habis tak bersisa. Setelah
aku menghabiskan makan pagi, Ibu pun bertanya kepadaku bagaimana hariku dan aku
pun menjawab dengan riang bahwa hariku pada saat itu sungguh luar biasa sebab
liburan sekolahku masih panjang sehingga aku pun bebas melakukan apapun di
rumah.
Selama
sekolah, aku bekerja keras mempelajari setiap materi yang diajarkan bapak ibu
guru di kelas agar aku dapat mengerjakan ulangan dengan baik. Kini, aku pun
menikmati hasil jerih payahku selama sekolah, yakni bertamasya. Sudah lama aku
ingin bertamasya sebab setiap harinya aku selalu belajar di dalam kamarku dan
aku sangat ingin melepaskan segala hiruk pikuk yang menyelimutiku selama
bersekolah. Sudah lama aku ingin berpegian ke tempat yang belum pernah
kukunjungi sebelumnya dan tak disangka, pada hari itu, keinginanku terjawab.
Mendadak,
Ibu bertanya kepadaku, "Nak, apakah kamu ingin bertamasya?" Hatiku
serentak bersorak-sorai sebab keinginanku selama ini akhirnya terbayarkan.
Tanpa berpikir panjang, aku menjawab Ibu dengan hati gembira, "Iya,
Bu!" Perasaanku yang menganggap liburan kali ini akan biasa-biasa saja
seperti tahun-tahun sebelumnya langsung sirna seketika. Kemudian, aku bertanya
dengan gembira kepada Ibu, "Kita mau bertamasya kemana, Bu?" Ibu
menjawabku sambil tersenyum, "Terserah kamu, nak. Ibu tahu kamu sudah lama
sekali ingin bertamasya. Coba kamu pikiran enaknya kita kemana. Nanti kita
bicarakan sama-sama dengan Ayah". Aku pun mengangguk-anggukkan kepalaku
dan langsung bergegas ke kamar untuk mencari tempat yang hendak aku kunjungi.
Kuambil gawaiku yang berada di meja belajarku dan langsung kucari tempat-tempat
yang menarik untuk dikunjungi yang letaknya dekat dengan kota tempat rumahku
berada, yakni Surabaya.
Rumahku
berada di tengah kota sehingga aku pun belum pernah melihat keindahan alam
Indonesia. Oleh karena itu, pada liburan tahun ini, aku berniat untuk
mengunjungi gunung dan pantai sekaligus. Kuhabiskan beberapa jam di kamarku,
sibuk mencari kira-kira tempat-tempat yang hendak aku kunjungi. Muncul beberapa
tempat menarik di gawaiku, seperti Pantai Kuta di Bali, Goa Cina di Malang,
Gunung Panderman di Batu, Gili Labak di Sumenep, Gili Trawangan di Lombok, dan
masih banyak lagi. Aku pun mencatat tempat-tempat tersebut di secarik kertas
untuk didiskusikan pada malam harinya bersama Ayah dan Ibu.
Tak
terasa waktu berlalu dengan sangat cepat. Tiba-tiba, kudengar suara pintu
terbuka dan ternyata Ayah sudah pulang. Ayah pun menaruh tas kerjanya di meja
dan bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri setelah seharian penuh
bekerja di kantor. Aku membantu Ibu memasak hidangan makan malam di dapur
sembari menunggu Ayah selesai mandi. Menu makan malam yang kumasak ialah mi
goreng yang diberi ayam dan beberapa iris tempe. Setelah selesai memasak di
dapur, Ibu menyajikan makanannya di meja makan dan secara bersamaan Ayah
selesai mandi. Ayah masuk ke dalam kamar untuk mengambil dan memakai baju,
kemudian menuju meja makan untuk makan malam.
Di
ruang makan, aku bersama Ayah dan Ibu memakan mi goreng yang telah kumasak
bersama Ibu. Ayah pun kembali memuji masakan Ibu yang selalu enak dan tidak
pernah terasa hambar. Kami menghabiskan mi goreng tersebut hingga habis tak
bersisa. Setelah makan malam selesai, Ibu bertanya kepada Ayah, “Pi, besok hari
sabtu kan Papi libur, gimana kalau kita sekeluarga bertamasya?” Ayah menjawab,
“Ide bagus, mi. Tapi kita mau kemana?” Aku pun tanpa basa-basi langsung
menyodorkan catatan yang telah kubuat sebelumnya ke Ayah. Aku dengan riang
berkata, “Ini, pi. Aku tadi seharian coba menuliskan beberapa tempat yang bisa
dikunjungi esok hari. Ada Pantai Kuta di Bali, Goa Cina di Malang, Gunung
Panderman di Batu, Gili Labak di Sumenep, Gili ...” Ayah dengan sigap menyela
pembicaraaanku, “Loh nak, kamu ingin bertamasya ke gunung dan pantai ya?” Aku
pun menjawab, “Iya, pi. Aku belum pernah melihat keindahan alam Indonesia.”
Ayah melanjutkan membaca catatan yang telah kubuat, lalu berkata kepadaku, “Ini
tempat-tempat yang kamu tulis kok jauh semua, Papi kan cuma libur di hari
Sabtu. Kamu kan tahu, nak, kalau Papi senin harus bekerja kembali. Mana bisa
kita bertamasya ke tempat yang jauh. Papi tidak bisa meninggalkan pekerjaan.”
Aku membalas dengan sedih, “Terus bagaimana, Pi?” Kemudian, Ibu berkata,
“Bagaimana kalau kita bertamasya ke Trawas dan Wisata Bahari Lamongan? Kan dua
tempat itu dekat dengan Surabaya. Di Trawas ada Gunung Arjuno, sedangkan di
Wisata Bahari Lamongan ada Pantai Tanjung Kodok.” Ayah pun menjawab dengan
tersenyum, “Ide bagus itu, mi. Mami hebat. Kalau begitu besok kita berangkat ke
Trawas. Kita menginap di Trawas satu malam, kemudian kita mengunjungi Wisata
Bahari Lamongan, baru kita pulang ke Surabaya.” Mendengar itu, aku sangat
senang karena bisa bertamasya ke gunung dan pantai. Tanpa mengulur waktu, aku
bergegas masuk ke kamar dan menyiapkan barang-barang yang dibutuhkan saat aku
bertamasya. Ibu membantuku memasukkan beberapa barang ke dalam tas ransel yang
telah kusiapkan. Setelah memasukkan beberapa barang yang kurasa kubutuhkan, aku
pun kembali tidur karena tidak terasa hari sudah malam.
Keesokan
harinya, aku bangun dengan sangat gembira karena tak sabar untuk pergi
bertamasya ke gunung dan pantai. Setelah mandi, aku bergegas menuju ke ruang
makan untuk menyantap hidangan makan pagi yang telah Ibu buat. Aku bersama Ayah
dan Ibu memakan perkedel dan dadar jagung dengan lahap sampai habis. Setelah
membereskan piring, aku ambil tas ranselku dan kumasukkan ke dalam mobil
bersama barang-barang lainnya. Setelah itu, aku bersama Ayah dan Ibu berangkat
ke Trawas.
Di
tengah perjalanan, ternyata jalanan macet. Aku pun sedih karena tidak bisa
sampai di Trawas dengan cepat, namun aku terhibur karena aku dapat melihat
Gunung Arjuno tepat di depan mobilku. Itu adalah kali pertamaku melihat Gunung
Arjuno secara langsung dan ternyata sungguh cantik. Di lampu merah, Ayah
melihat pedagang asongan yang sedang berjualan risoles. Karena merasa lapar,
Ayah langsung memanggil pedagang tersebut. Pedagang tersebut dengan sigap
menghampiri mobilku dan berkata kepada Ayah, “Mau beli berapa, pak, risolesnya?
Satu lima ribu.” Ayah pun menjawab, “Beli tiga, pak.” Pedagang tersebut
memberikan tiga risoles ke Ayah dan Ayah menggantinya dengan uang. Setelah itu,
Ayah membagikan risolesnya ke Ibu dan aku, lalu kami melanjutkan perjalanan.
Aku mencoba risoles tersebut untuk menghilangkan rasa laparku dan ternyata
rasanya enak.
Setelah
menempuh perjalanan dengan mobil selama kurang lebih dua jam, kami tiba di
Trawas. Lalu, Ayah melihat petunjuk arah yang bertuliskan “Flying Fox terpanjang di Asia”. Ayah bertanya kepadaku, “Nak, kamu
mau main flying fox?” Aku langsung
menjawab, “Ya, pi!” Karena belum memiliki tujuan di Trawas, kami pun setuju
mengikuti petunjuk tersebut dan tiba di hutan pinus tempat permainan flying fox tersebut berada. Setelah
membayar karcis masuk, aku bersama Ayah dan Ibu mencoba bermain flying fox. Setelah bermain flying fox, aku sangat gembira karena
ternyata permainannya sangat seru dan aku merasa seakan-akan terbang di angkasa
sembari melihat keindahan alam Trawas, termasuk Gunung Arjuno. Tak lupa Ibu
memfotoku di hutan pinus tersebut untuk mengabadikan momen tersebut.
Setelah
asyik bermain flying fox, kami pun
menuju ke hotel. Saat memasuki area hotel, aku sangat takjub karena lingkungan
hotelnya sungguh asri dan sejuk. Banyak sekali pohon rindang di sekitar area
hotel. Tak terasa waktu berlalu sangat cepat, sudah waktunya makan malam
sehingga aku bersama Ayah dan Ibu memutuskan untuk makan sate di dalam area
hotel. Karena rasa keingintahuanku yang tinggi, aku bertanya kepada penjual
sate, “Bu, kenapa Ibu berjualan sate di Trawas? Kenapa kok tidak jual di kota
aja?” Penjual sate tersebut menjawabku, “Gini, dek. Kalau di kota itu udaranya
kotor, kalau di sini kan udaranya masih sejuk. Terus Ibu itu beternak ayam di
sini jadi daging ayamnya ini semua hasil peternakan Ibu. Kalau Ibu pindah ke
kota, nanti siapa yang akan mengurus peternakan Ibu di sini. Ibu tidak rela
meninggalkannya.” Aku pun berterima kasih kepada penjual sate tersebut karena
sudah mau menjawab rasa keingintahuanku dan menyantap sate yang sudah matang
dengan lahap. Setelah puas makan sate yang nikmat, aku bersama Ayah dan Ibu
kembali ke kamar hotel untuk beristirahat.
Keesokan
harinya, aku kembali bangun dengan sangat gembira. Udara pada pagi itu terasa dingin
sekali dan sejuk. Badanku terasa sangat segar. Setelah mandi dengan air hangat,
aku bersama Ayah dan Ibu menyantap hidangan makan pagi di hotel. Menu yang
disajikan hotel sungguh beragam, mulai dari nasi goreng, mi goreng, ayam asam
manis, cah sayur, tumis tauge, dan masih banyak lagi. Setelah makan hingga
kekenyangan, aku bersama Ayah dan Ibu kembali melanjutkan perjalanan menuju ke
Wisata Bahari Lamongan. Sebelum meninggalkan hotel, tak lupa Ibu mengambil
beberapa foto, terutama pemandangan dari kamar hotel yang sungguh indah karena
menghadap ke lereng Gunung Arjuna.
Setelah
beberapa jam berada di dalam mobil, kami pun tiba di Wisata Bahari Lamongan. Di
sana, aku mengunjungi kebun binatang, gua, dan asyik bermain air di dalam
wahana permainan. Setelah puas bermain, aku merasa haus dan lelah. Tiba-tiba,
aku melihat seorang pedagang minuman yang duduk di pinggir jalan. Aku bersama
Ayah dan Ibu mengunjungi pedagang tersebut untuk membeli minuman. Pedagang
tersebut tampak tua, namun masih setia menunggu pembeli yang akan membeli
minuman hasil buatannya. Aku bertanya kepada pedagang tersebut, “Kek, jualan
apa ini?” Kakek tersebut menjawab, “Jual legen, dek.” Kemudian, aku bertanya lagi,
“Legen itu apa, kek?” Kakek tersebut kembali menjawabku dengan sabar, “Legen
itu minuman khas daerah sini yang diambil dari buah siwalan. Khasiatnya untuk
menjaga kekebalan tubuh dan menghilangkan rasa haus.” Aku pun memesan segelas
legen dan segera meminumnya. Setelah habis, aku mengembalikan gelasnya dan
kembali bertanya ke kakek tersebut, “Kek, kenapa sih kakek masih mau berjualan
di sini? Kenapa kakek tidak pensiun atau bantu usaha anak kakek?” Kakek
tersebut menjawab dengan senyuman kecil, “Kakek itu orangnya tidak mau merepoti
siapapun, termasuk anak kakek sendiri. Sudah dua puluh lima tahun kakek
berjualan legen di tempat ini karena tempat ini satu-satunya tempat yang ramai
dikunjungi dan dekat dengan rumah kakek. Dek, kakek pesan ke kamu ya, kalau
kamu sudah besar nanti jadilah orang yang pantang menyerah seperti kakek yang
selalu berusaha tanpa meminta bantuan siapapun.” Aku pun menjawab, “Iya, kek.
Makasih atas nasihatnya. Sekarang saya pamit dulu ya.”
Setelah
itu, aku pergi meninggalkan kakek penjual legen tersebut dan bergegas menuju
Pantai Tanjung Kodok bersama Ayah dan Ibu untuk melihat matahari terbenam. Pada
saat itu, tidak ada awan di langit sehingga matahari terlihat dengan jelas. Ibu
pun tidak mau melewatkan pemandangan tersebut dan dengan sigap mengambil kamera
untuk mengabadikan beberapa gambar. Setelah matahari terbenam, aku bersama Ayah
dan Ibu memikirkan hidangan untuk makan malam. Tidak jauh dari Pantai Tanjung
Kodok, ternyata ada sebuah rumah makan yang menjual berbagai macam olahan
makanan laut, mulai dari ikan goreng, kepiting bakar, sup kepala ikan, dan
masih banyak lagi. Kami memutuskan untuk makan malam di sana dan memesan
kepiting bakar karena aku belum pernah makan kepiting laut sebelumnya. Setelah
puas menyantap hidangan makan malam, kami pulang ke Surabaya dengan hati
gembira.
Tak
terasa hari sudah larut malam. Badanku terasa letih sekali. Aku bergegas cuci
tangan dan kaki, lalu berganti pakaian dan berbaring di atas kasurku yang
empuk. Rasa letihku mendadak hilang setelah aku kembali memikirkan betapa
indahnya tamasyaku kali ini. Semua makanan yang belum pernah aku coba
sebelumnya terasa enak dan lezat, dan yang terutama sungguh indah negeriku
Indonesia. Aku pun bersyukur menjadi orang Indonesia karena kekayaan alam negeriku
yang sungguh indah; mulai dari gunung hingga pantai, semuanya elok dipandang
dan sungguh amat sayang jika rusak dan ditinggalkan begitu saja tanpa dirawat.
Aku berjanji akan tumbuh menjadi pribadi yang pantang menyerah dengan terus menjaga
dan melestarikan lingkunganku agar bangsa Indonesia bisa berjaya.
TAMAT
AJO_QQ poker
ReplyDeletekami dari agen poker terpercaya dan terbaik di tahun ini
Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
di sini kami menyediakan 7 permainan dalam 1 aplikasi
- play aduQ
- bandar poker
- play bandarQ
- capsa sunsun
- play domino
- play poker
- sakong
di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
Permanent (acak) | pin bb : 58cd292c "
Sini kubisikin1 Olahraga Lompat Jauh
ReplyDeleteSini kubisikin2 Warna Industri
ReplyDeleteSini kubisikin3 Seni Lukis Naturalisme
ReplyDeleteSini kubisikin4 Model Rambut Wanita KOrea
ReplyDeleteSini kubisikin5 Wisata Budaya Bali
ReplyDeleteSini kubisikin6 Sperma Untuk Kecantikan
ReplyDelete