Hadiah
Berujung Petaka
Sepuluh ribu rupiah. Itu semua yang Dewi punya dalam
celengannya. Lima kali Dewi menghitung dan jumlah uangnya tetaplah sama:
sepuluh ribu rupiah. Hari berikutnya ialah Natal. Sudah jelas tidak ada hal
yang dapat dilakukan selain duduk diam dan menangis. Oleh sebab itu, Dewi pun
menangis karena ia tahu bahwa ia gagal membuat suaminya bahagia. Hal ini
membuatnya berpikir bahwa hidup hanya terdiri atas kesedihan dan kebahagiaan,
dimana kesedihan lebih banyak daripada kebahagiaan.
Tak lama kemudian, Dewi selesai menangis dan ia pun
mengeringkan matanya dengan tisu. Dia duduk di sofa dan meratapi nasibnya.
Kemudian, dia berdiri di dekat jendela dan melihat keluar dengan sedih pada
anak-anak yang bermain dengan gembira di jalan di depan apartemennya. Besok ialah
hari Natal, dan dia hanya punya sepuluh ribu rupiah untuk membelikan suaminya,
Budi, sebuah hadiah. Dewi telah berusaha menyimpan uang selama berbulan-bulan,
namun hasilnya sungguh tidak sesuai harapannya.
Budi hanya mendapat
lima ratus ribu rupiah per bulannya, yang tidak pernah bertambah seiring
bertambahnya waktu. Pengeluaran sudah menjadi terlalu besar dari yang diperkirakan.
Banyak waktu yang telah Dewi habiskan untuk membuat rencana membeli sesuatu yang
terbaik untuk suaminya, sesuatu yang benar-benar Budi inginkan sejak setahun
yang lalu, namun harapannya masih belum bisa ia capai sebab ia tidak memiliki
uang yang cukup untuk membelinya.
Dewi masih berpikir
tentang bagaimanakah cara untuk membeli jam tangan yang suaminya benar-benar
ingin kenakan pada saat hari Natal. Dia menghabiskan sekitar satu jam berpikir
tentang hal itu, lalu secara mendadak muncul sebuah ide di benaknya. Dewi teringat
akan sebuah kasino yang ada di dekat apartemennya. Dia tahu bahwa pemilik
kasino tersebut adalah Bu Sinta, seorang wanita yang ramah, sopan, jujur, dan
rendah hati. Dia mungkin bisa melipat gandakan uangnya dengan memenangkan
permainan rolet di kasino milik Bu Sinta.
Dewi bergegas pergi
menuju kasino dengan mengenakan mantel dan topi cokelat tuanya. Dengan sigap
dan mata yang tampak berseri, dia melangkah keluar pintu dan berjalan dengan
cepat. Dia berhenti di sebuah tanda yang sudah kusam termakan usia. Tanda tersebut
hampir tidak dapat dibaca yang bertuliskan: "Kasino Bu Sinta. Surganya
Uang." Dewi berlari menaiki tangga kasino dengan napas yang hampir habis.
"Permisi Bu Sinta,
apakah Anda masih punya permainan rolet yang dapat menggandakan uang?"
Tanya Dewi.
"Ya, masih
ada," jawab Bu Sinta. "Lepas mantel dan topimu, dan nikmatilah
permainannya!"
Dewi bergegas menuju ke
meja rolet. Dia menyadari bahwa dirinya ternyata masih memiliki kesempatan
untuk membelikan Budi hadiah yang ia inginkan sejak tahun lalu. Dengan
kebahagiaan yang masih tampak di wajahnya, Dewi mendengarkan dengan teliti
instruksi permainan rolet yang disampaikan oleh Bu Sinta.
"Jika kamu memenangkan
permainan ini, uangmu akan saya lipat gandakan menjadi seratus ribu rupiah.
Namun jika kamu kalah, uangmu akan saya ambil dan kamu tidak akan mendapat
apa-apa. Apakah kamu masih ingin bermain?" Tanya Bu Sinta.
"Iya. Saya ingin
membuat suami saya bahagia pada saat Natal besok," jawab Dewi.
Dewi segera memutar
roda rolet, sayangnya dia mendapat Zonk
yang berarti bahwa ia kalah dan semua uang yang ia punya di tangannya telah raib
tak bersisa. Dewi termenung karena dia sudah tidak punya apa-apa sekarang. Dia
tidak bisa mengambil uangnya kembali. Apabila ia memaksa mengambil uangnya
kembali dari tangan Bu Sinta, Dewi bisa berakhir di kantor polisi karena sebenarnya
perjudian dilarang oleh hukum di Indonesia.
Dewi pun kembali ke
apartemennya, duduk di lantai, dan menangis dengan sangat keras di dalam
kamarnya. Semua orang di dalam gedung apartemen tidak bisa berbuat banyak.
Mereka hanya bisa merasa kasihan atas nasib Dewi akibat bencana yang menimpa
Dewi di kasino Bu Sinta. Kini, pupus sudah harapan Dewi membuat suaminya
bahagia saat hari Natal besok. Uang yang ia miliki semuanya telah lenyap di
tangan Bu Sinta. Dewi hanya bisa menangis dan meratapi nasib buruknya.
Di sisi lain, Budi
sangat senang. Dia baru saja menerima gaji dari atasannya. Dia punya lima ratus
ribu rupiah ditambah bonus seratus ribu rupiah untuk dibelanjakan pada malam
Natal. Dia tahu bahwa dia bisa membuat istrinya bahagia dengan membeli gaun
biru yang indah. Dia segera pergi menuju Toko Baju Matahari untuk membeli gaun
tersebut.
Budi pun menghabiskan
seratus ribu rupiahnya untuk gaun, dan sisa uang yang ada digunakannya untuk melunasi
biaya sewa apartemen dan membeli beberapa makanan untuk makan malam. Setelah
menghabiskan sekitar dua jam berada di dalam Toko Baju Matahari dan
supermarket, Budi pulang dengan gembira untuk menemui istrinya.
Sekitar pukul tujuh
malam, Dewi masih saja duduk di lantai dan menangis keras. Dewi sangat sedih
sebab ia telah kehilangan semua uang yang telah ia tabung selama berbulan-bulan
dengan penuh perjuangan dan ia juga tidak bisa mewujudkan impiannya untuk
membeli hadiah yang dapat membuat suaminya bahagia. Dewi belum pernah mengalami
kesedihan yang amat teramat dalam seperti ini sebelumnya. Dia tidak bisa
mengubah nasibnya sebab hal yang sudah terjadi tidak dapat diulang kembali. Sekarang,
satu-satunya hal yang dapat Dewi lakukan hanyalah duduk di lantai dan menangis
keras.
Tak lama kemudian, pintu
terbuka dan Budi melangkah masuk. Dia tampak kurus dan sangat serius. Nasibnya
sungguh malang. Ia masih berumur dua puluh enam tahun dan ia harus mengurus
istrinya sembari menjadi pencari nafkah utama. Dia masih membutuhkan jaket dan
sarung tangan baru untuk menjaga tangannya tetap hangat ketika sedang
mengendarai sepeda motornya karena sarung tangannya yang lama sudah banyak
berlubang dan tidak layak untuk dipakai.
Tiba-tiba langkah Budi
terhenti tepat setelah pintu ditutup. Ia tidak bergerak sedikitpun seperti
anjing yang sedang mencium bau mangsanya. Matanya tertuju pada Dewi sambil
menjatuhkan barang bawaannya ke lantai. Dirinya sangat terkejut mendapati
istrinya sangat sedih pada malam Natal. Budi telah melakukan usahanya yang
terbaik untuk menyenangkan hati istrinya, namun dia sadar bahwa usahanya
sia-sia ketika ia pulang ke apartemennya. Dewi mulai bercerita tentang kejadian
yang ia alami di kasino tadi siang sambil menangis tersedu-sedu.
Budi terkejut mendengar
cerita Dewi. Dia terkejut bahwa semua tabungan uang yang mereka miliki selama
ini telah hilang hanya untuk berusaha membeli sebuah hadiah Natal. Tak lama
setelah itu, tiba-tiba Budi mengalami serangan jantung. Tubuhnya mulai
kejang-kejang, terkapar tak berdaya di lantai.
Dewi pun menjadi panik
dan dengan sigap mengambil teleponnya. Ia langsung menghubungi 108 untuk
memanggil ambulans, namun tidak ada ambulans yang datang karena ia salah
menekan nomor. Setelah menekan banyak nomor yang keliru, akhirnya Dewi
menemukan nomor yang tepat untuk memanggil ambulans. Tim paramedis pun bergegas
menuju ke apartemen Dewi, namun ketika mereka tiba, semuanya sudah terlambat. Nyawa
Budi sudah tidak terselamatkan. Seluruh tim paramedis dan orang-orang yang
tinggal di dalam gedung apartemen Dewi merasa iba dan menyampaikan belasungkawa
mereka untuk Dewi yang tertimpa kemalangan hebat. Dewi merasa sangat tertekan
akibat kematian suaminya yang terjadi secara mendadak. Akhirnya, Dewi pun
meninggal bersama suaminya, masih memegang hadiah yang dibeli suaminya. Mereka
meninggal dengan tenang dalam pelukan.
Tim paramedis segera
mengangkat dan membawa jenazah Budi dan Dewi ke dalam ambulans. Mereka
mengirimnya ke rumah sakit terbesar yang ada, yakni Rumah Sakit Kesehatan. Di
dalam kamar jenazah, ahli forensik, Teddy, mengautopsi jenazah tersebut. Dia
mengungkapkan bahwa Budi meninggal akibat gagal jantung kronis yang disebabkan
oleh lemak yang berasal dari kadar kolesterol tinggi di dalam tubuhnya yang
menyumbat pembuluh darahnya. Kolesterol tersebut diakibatkan oleh makanan
berlemak yang Budi sering konsumsi. Ia sering kali ditraktir oleh atasannya
makan siang di restoran enak seberang kantornya dan ia jarang sekali
berolahraga. Teddy juga mengungkapkan bahwa Dewi meninggal akibat depresi
tingkat tinggi yang disebabkan oleh pikirannya yang sungguh-sungguh tertekan
sehingga otaknya berhenti bekerja. Setelah mengetahui tentang kematian Budi dan
Dewi, Teddy pun dengan cepat mengirim laporan hasil autopsinya ke keluarga
korban.
Keluarga Budi dan Dewi
menerima dua puluh juta rupiah sebagai uang santunan dari pemerintah, bersama
dengan laporan hasil autopsi. Setelah membaca laporan tersebut, mereka ingin
tahu lebih dalam terkait kematian anak mereka. Teddy ingin membantu keluarga
korban sehingga ia memutuskan untuk bekerja sebagai penyidik tanpa memungut
biaya sepeserpun dari mereka. Teddy, bekerjasama dengan ahli pelacak data yang
juga merupakan temannya, dengan sigap melacak beberapa rekaman CCTV penting
yang berpotensi mengungkap beberapa petunjuk penting. Kemudian, Teddy menemukan
beberapa rekaman CCTV yang merekam aktivitas Dewi sebelum meninggal. Pagi-pagi sekali
pada hari itu, Dewi pergi ke kasino dan bermain rolet di sana. Ketika Dewi
pulang, ia menangis dengan keras karena dia mendapat Zonk.
Teddy juga melihat
beberapa rekaman CCTV dari kantor tempat Budi bekerja. Dia mengamati bahwa Budi
sangat senang pada saat itu. Budi terpantau pergi berbelanja di Toko Baju
Matahari dan supermarket yang terletak tak jauh dari kantornya. Budi kembali ke
apartemennya dengan membawa banyak barang di tangannya. Ketika Budi dan Dewi
bertemu di dalam kamar mereka, kebahagiaan langsung berubah menjadi kesedihan.
Setelah Dewi menceritakan kepada Budi semua yang telah terjadi padanya, mereka
pun meninggal satu demi satu.
Teddy memutuskan untuk pergi
ke kasino dan mewawancarai pemiliknya. Bu Sinta mengatakan bahwa Dewi sangat
terkejut dan berubah dari senang menjadi sedih dalam sekejap setelah mendapat Zonk. Bu Sinta tidak tahu bahwa Dewi
telah meninggal akibat permainan rolet di kasinonya. Dia merasa bersalah
terhadap kematian Dewi dan suaminya, Budi. Berikutnya, Teddy mewawancarai
karyawan Toko Baju Matahari dan supermarket, namun ia tidak menemukan informasi
apapun terkait dengan kematian Budi.
Setelah dua hari, Teddy
membuat laporan akhirnya. Dia menulis bahwa penyebab utama kematian Budi dan
Dewi hanyalah satu hal: Zonk di
kasino milik Bu Sinta. Teddy menyarankan agar pemerintah segera menutup semua
kasino yang masih buka untuk mencegah hal ini terulang kembali. Pemerintah
menerima saran Teddy dan langsung menutup semua kasino yang ada. Pemerintah
juga berjanji untuk memberantas pemilik kasino yang masih nekat membuka
kasinonya kembali.
Keluarga Budi dan Dewi
sangat senang setelah membaca laporan akhir tersebut dan berterima kasih kepada
pemerintah atas perhatiannya terhadap kematian anak-anak mereka. Mereka juga
berterima kasih kepada Teddy yang sudah menolong mereka menuntaskan penyebab
kematian anak-anak mereka. Kini, kedua keluarga mengerti tentang kematian
anak-anak mereka dan merasa nyaman karena keraguan mereka telah terjawab.
Teddy juga sangat
senang karena ia telah berhasil membantu keluarga korban dan membuat mereka
sangat bahagia. Pemerintah memberi Teddy hadiah karena tindakannya yang sangat
murah hati dalam menyelidiki kasus ini hingga tuntas. Teddy pun dipromosikan
sebagai kepala ahli forensik di Rumah Sakit Kesehatan dan terus bekerja sampai
akhir hidupnya. Dari kasus kematian Budi dan Dewi, Teddy belajar bahwa kebahagiaan
tidak harus dicari dengan cara yang bermuluk-muluk, cukup dengan kesederhanaan
dan kasih sayang yang tulus niscaya kebahagiaan dapat diraih.
Di sisi lain, polisi
langsung berusaha menangkap Bu Sinta yang diduga bersalah dalam kasus ini. Bu
Sinta terus melarikan diri, namun pada akhirnya berhasil di tangkap di kampung
halamannya yang jauh dari kota. Bu Sinta segera dibawa ke kantor polisi untuk
dimintai keterangan. Setelah beberapa jam diinterogasi oleh tim penyidik, Bu
Sinta mengaku bersalah karena telah membuka kasino yang sebenarnya dilarang
oleh hukum. Dia megungkapkan rasa bersalahnya kepada tim penyidik, namun nasi
telah menjadi bubur, Dewi dan Budi telah meninggal. Tidak ada yang dapat Bu
Sinta lakukan untuk menebus kesalahannya.
Setelah beberapa kali
menjalani proses persidangan, Bu Sinta ditetapkan bersalah atas pembunuhan
orang secara tidak disengaja akibat Zonk
dalam permainan roletnya yang menjadi penyebab utama kematian Dewi. Dia dijatuhi
hukuman seumur hidup. Bu Sinta yang telah menjadi tua dan sebatang kara akibat
ditinggal suaminya pergi saat dirinya masih muda tidak bisa berbuat banyak
selain pasrah kepada pihak yang berwajib. Ia pun dijebloskan ke dalam penjara
dan harus merasakan dinginnya jeruji besi sendiri sepanjang sisa hidupnya.
Namun, Bu Sinta tidak
mau mengakhiri hidupnya di balik jeruji besi. Dia mengusahakan segala cara untuk
terbebas dari jerat hukum, tak terkecuali mencoba melarikan diri dari penjara.
Hari demi hari ia tunggu hingga waktu yang tepat datang. Kala itu, seorang
opsir penjara tak sengaja menjatuhkan kunci sel-sel penjara di depan sel Bu
Sinta. Dengan sigap, Bu Sinta tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut dan
langsung mengambil kunci tersebut. Ia mencoba-coba kunci yang ada dan akhirnya
berhasil membuka pintu selnya. Ia mengendap-endap keluar dari penjara.
Beruntungnya, ia berhasil keluar tanpa ketahuan karena penjagaan penjara pada
saat itu tidak ketat akibat banyak opsir yang mengantuk karena hari sudah larut
malam. Bu Sinta langsung meninggalkan penjara secepat mungkin dan menumpang
sebuah taksi untuk pergi ke bandara. Sebelum fajar terbit, Bu Sinta telah
meninggalkan Indonesia dan melarikan diri ke luar negeri. Hingga kini, polisi
masih belum bisa menemukannya. Diyakini bahwa Bu Sinta telah meninggal di luar
negeri akibat hukum karma.
AJO_QQ poker
ReplyDeletekami dari agen poker terpercaya dan terbaik di tahun ini
Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
di sini kami menyediakan 7 permainan dalam 1 aplikasi
- play aduQ
- bandar poker
- play bandarQ
- capsa sunsun
- play domino
- play poker
- sakong
di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
Permanent (acak) | pin bb : 58cd292c "
Sini kubisikin1 Olahraga Bola Basket
ReplyDeleteSini kubisikin2 Warna Baju Dan Hijab
ReplyDeleteSini kubisikin3 Lukisan Ekspresionisme
ReplyDeleteSini kubisikin4 Warna Rambut Wanita 2022
ReplyDeleteSini kubisikin5 Taman MIni Indonesia Indah
ReplyDeleteSini kubisikin6 Yoga Untuk Kecantikan
ReplyDelete