KARYA
ILMIAH
PEMANFAATAN
LIMBAH KULIT KACANG PISTACHIO SEBAGAI BAHAN ALTERNATIF PEMBUATAN BATA
KONSTRUKSI
Disusun sebagai
Tugas Akhir Tahun Pelajaran
2017-2018
Oleh :
BRYAN
WINSTON
SETIONO
Kelas
:
11
IPA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan
kulit kacang pistachio menjadi produk yang bermanfaat, yakni sebagai solusi
bahan alternatif untuk membuat batu bata yang ramah lingkungan. Penelitian ini menggunakan
bantuan jamur tempe yang dapat ditemukan dengan mudah di pasaran dengan harga terjangkau
untuk meyakinkan masyarakat bahwa limbah dapat diubah menjadi barang yang
bermanfaat dengan harga terjangkau sehingga kelangsungan hidup manusia dapat
terjaga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan
melakukan beberapa percobaan untuk menemukan perbandingan komposisi bahan yang
optimal dalam pembuatan Organic Bricks
dan metode perkiraan, yakni dengan memperkirakan kekuatan Organic Bricks dengan cara memukul, melempar, atau menjatuhkannya.
Dari beberapa perbandingan yang dicoba antara kulit kacang
pistachio, jamur tempe, tepung maizena, dan air (1:1:1:1, 2:1:1:1, 1:1:1:2, dan
1:1:0:1), ditemukan bahwa perbandingan yang paling optimal untuk membuat Organic Bricks dengan sifat agak kaku
ialah 1:1:0:1. Dengan demikian, kulit kacang pistachio bisa digunakan sebagai
bahan alternatif pembuatan bata konstruksi dengan bantuan jamur tempe, namun
masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait kandungan pada kulit
kacang pistachio dan mencari substrat pemberi nutrisi jamur yang paling tepat
agar jamur tempe dapat bertumbuh dengan optimal sehingga mengikat kulit kacang pistachio
dengan kuat.
Kata
kunci : kulit kacang pistachio, batu bata, jamur tempe, perbandingan
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya penulis mampu
menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Pemanfaatan Limbah Kulit Kacang
Pistachio sebagai Bahan Alternatif Pembuatan Bata Konstruksi”.
Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis mendapatkan berbagai kendala,
mulai dari jadwal yang sangat padat hingga tuntutan guru pembimbing yang sangat
besar, namun penyelesaiannya dapat dikerjakan dengan baik. Selain itu, penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada guru pembimbing yang telah memberikan
tuntutan yang besar, dorongan dan motivasi sehingga karya ilmiah ini dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Melalui
karya ilmiah ini, penulis mengharapkan agar pembaca dapat mengetahui cara
membuat Organic Bricks dengan
perbandingan komposisi bahan yang optimal dan mengetahui daya tahan Organic Bricks sehingga pembaca dapat
lebih terinspirasi untuk peduli terhadap lingkungannya dengan membuat suatu
inovasi, serta dapat mengembangkannya guna meningkatkan kesejahteraan hidup
manusia.
Dalam penulisan karya ilmiah ini, apabila terdapat hal-hal yang kurang berkenan atau tidak sesuai dengan harapan, penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya dan dengan senang hati menerima segala
masukan, kritik, dan saran dari pembaca yang sifatnya positif demi kesempurnaan
karya ilmiah ini. Semoga apa yang diharapkan oleh penulis yang telah dijabarkan
sebelumnya dapat dicapai dengan sempurna.
Surabaya, 16 April 2018
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1.
Latar Belakang
Penulis
mengangkat judul “Pemanfaatan Limbah Kulit Kacang
Pistachio sebagai Bahan Alternatif Pembuatan Bata Konstruksi” dengan
pertimbangan permasalahan yang negara berkembang miliki, salah satunya adalah pembangunan. Pembangunan
merupakan kegiatan berkelanjutan yang akan terus dilakukan guna mecapai
kesejahteraan hidup. Salah satu bahan yang digunakan dalam pembangunan adalah
batu bata. Batu bata umumnya dibuat dari tanah liat, pasir, semen, batu kapur,
atau bahan lainnya yang diperoleh dengan cara mengikis bukit atau gunung
sedikit demi sedikit. Hal tersebut merusak lingkungan yang mengakibatkan
keindahan alam berkurang, rawan terjadi bencana tanah longsor, serta keberadaan
flora dan fauna berkurang. Selain itu, pembakaran batu bata untuk
mengeraskannya juga menghasilkan gas CO2 yang dapat mencemari udara
sehingga kesehatan manusia terganggu.
Oleh
sebab itu, penulis berusaha menghadirkan solusi bahan alternatif bagi pembuatan
batu bata yang ramah lingkungan, yakni dengan menggunakan limbah kulit kacang
pistachio sebagai bahan dasar, yang penulis beri nama sebagai Organic Bricks. Organic Bricks merupakan batu bata yang terbuat dari bahan organik
dengan menggunakan bantuan jamur tempe, yang dapat ditemukan dengan mudah di
pasaran dengan harga terjangkau, sebagai bahan pengikat kulit kacang pistachio
agar batu bata menjadi kuat dan keras. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan kulit kacang pistachio sebagai bahan dasar pembuatan Organic Bricks dengan pertimbangan sifat
kulit kacang pistachio yang kaku dan keras sehingga cukup kuat untuk menahan
beban.
Selain
itu, proses pembuatan Organic Bricks cukup
mudah karena membutuhkan alat dan bahan yang dapat kita temukan di sekitar kita
dan langkah kerjanya yang cukup praktis dan sederhana. Alat dan bahan yang dibutuhkan
diantaranya cetakan, kompor, lumpang dan alu, jamur tempe, kulit kacang
pistachio, air, bungkus plastik, aluminium foil, dan tepung maizena. Sementara
itu, cara pembuatannya ialah kulit kacang pistachio dicuci hingga bersih dan
ditumbuk hingga hancur, lalu dicampur dengan tepung dan jamur tempe hingga
merata dan dimasukkan ke dalam cetakan yang telah diberi alas aluminium foil,
kemudian cetakan disimpan di tempat yang lembab dan gelap hingga mengeras.
Setelah itu, Organic Bricks
dikeluarkan dari cetakan dan dipanaskan di atas kompor hingga jamur mati, lalu Organic Bricks didinginkan dan diuji
daya tahannya.
Melalui
penelitian ini, penulis berharap agar semakin banyak masyarakat yang
terinspirasi untuk berinovasi dalam memanfaatkan limbah yang
sudah tidak terpakai, misalnya limbah
kulit kacang pistachio.
Oleh karena pemanfaatan limbah kulit kacang pistachio di
Indonesia masih minim dan terbatas, juga ditambah dengan pembuatan batu bata
konvensional yang kurang ramah lingkungan, maka penulis berusaha mencoba memberikan
solusi bahan alternatif dalam pembuatan batu bata dengan memanfaatkan limbah
kulit kacang pistachio dan bantuan jamur tempe, sembari menguji kekuatannya.
I.2.
Rumusan Masalah
Beberapa permasalahan
yang diangkat sebagai dasar penulisan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
I.2.1. Bagaimanakah
cara membuat Organic Bricks?
I.2.2. Bagaimanakah daya tahan Organic Bricks?
I.2.3. Berapakah perbandingan komposisi yang optimal antara
tepung, kulit kacang pistachio,
dan ragi tempe dalam pembuatan Organic Bricks?
I.2.4. Berapakah takaran air yang optimal dalam
pembuatan Organic Bricks?
I.3.
Tujuan Penelitian
Beberapa tujuan yang hendak dicapai dari penelitian karya ilmiah ini adalah sebagai berikut.
Beberapa tujuan yang hendak dicapai dari penelitian karya ilmiah ini adalah sebagai berikut.
I.3.1. Mengetahui cara membuat Organic
Bricks.
I.3.2. Mengetahui daya tahan Organic Bricks.
I.3.3. Mengetahui perbandingan komposisi tepung dengan kulit
kacang pistachio yang optimal
dalam pembuatan Organic Bricks.
I.3.4. Mengetahui takaran air yang optimal
dalam pembuatan Organic Bricks.
I.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari
penelitian ini adalah pembaca, khusunya
masyarakat umum dan generasi muda (pelajar), mendapat wawasan baru seputar bahan
alternatif pembuatan batu bata agar lebih
terinspirasi untuk peduli terhadap lingkungannya
dengan berinovasi membuat sesuatu yang unik
dari pemanfaatan limbah. Sementara
itu, manfaat penelitian ini bagi penulis adalah menambah wawasan dan pengalaman dalam membuat batu bata dari limbah yang sudah tidak
terpakai. Penulis mengharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam penelitian sejenis yang
dapat dikembangkan lebih lanjut oleh generasi muda sehingga dapat menginspirasi masyarakat untuk lebih
berinovasi dalam pengolahan limbah
guna menjaga kelangsungan dan meningkatkan kesejahteraan hidup
manusia. Diharapkan melalui
penelitian ini, masyarakat mendapat solusi cara alternatif pembuatan batu bata
dengan memanfaatkan bantuan jamur tempe.
I.5. Hipotesa
Menurut
pandangan dan dugaan penulis, diperkirakan kulit kacang pistachio dapat
digunakan sebagai bahan alternatif pembuatan batu bata dengan daya tahan yang
setara atau bahkan melebihi batu bata konvensional apabila jamur tempe telah
mengikat keseluruhan limbah kulit kacang pistachio. Penulis juga memperkirakan
perbandingan komposisi bahan antara kulit kacang pistachio, ragi tempe, dan
tepung yang optimal adalah 1:1:1 agar jamur tempe dapat bertumbuh secara merata
tanpa adanya rongga dan juga diberi air secukupnya (tidak sampai menggenang)
agar kelembaban terjaga sehingga jamur tempe dapat bertumbuh dengan baik.
BAB
II
KAJIAN PUSTAKA
II.1. Kerangka
Pemikiran
II.1.1. Batu Bata
Pemakaian batu bata untuk konstruksi terus meningkat. Batu
bata lazim digunakan dalam konstruksi hampir di seluruh dunia, mulai dari
konstruksi dinding, bangunan, hingga jalan paving.
Peningkatan kebutuhan akan batu bata disebabkan oleh jumlah penduduk yang
semakin banyak dan perekonomian
negara yang semakin
baik sehingga kebutuhan sarana dan prasarana konstruksi, seperti
pembangunan gedung dan perumahan, semakin meningkat. Dengan meningkatnya
penggunaan batu bata, masyarakat akan berusaha membuat batu bata terus-menerus,
tak terkecuali mengeksploitasi alam dengan cara mengikis gunung dan bukit
sedikit demi sedikit agar memperoleh bahan dasar pembuatannya yang dapat mengganggu
lingkungan.
Oleh karena itu, penulis mencoba
mengembangkan metode alternatif dalam membuat batu bata yang ramah lingkungan,
yakni menggunakan limbah organik dengan bantuan jamur tempe (Rhizopus oligosporus). Penulis berusaha
membuat batu bata ramah lingkungan sesuai dengan persyaratan SNI
15-2094-2000 dimana sifat batu bata yang
baik meliputi beberapa aspek, seperti batu bata harus
mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku, bidang sisi harus datar, tidak
menunjukkan retak-retak dan perubahan bentuk yang berlebihan, tidak mudah
hancur atau patah, warna seragam, dan berbunyi nyaring bila dipukul. (Dikutip dari http://digilib.unila.ac.id/10791/15/BAB%20I.pdf,
p. 1 dan http://digilib.unila. ac.id/2133/8/BAB%20II.pdf)
II.1.2. Jamur Tempe
Sebenarnya,
segala jenis jamur yang berhifa atau memiliki miselium dapat digunakan dalam
pembuatan batu bata dari limbah organik karena struktur hifa yang membentuk
benang di sekitar substrat tempatnya bertumbuh mampu mengikat substrat tersebut
menjadi satu kesatuan yang kuat. Namun pada penelitian ini, penulis memilih
menggunakan jamur tempe dengan alasan dapat ditemukan secara mudah di pasaran (sudah
umum di kalangan masyarakat) dengan harga yang terjangkau dan kemampuan jamur
tempe yang dapat mengikat kacang kedelai dengan baik sehingga konsep tersebut
dapat dicoba pada pembuatan Organic
Bricks. Kemampuan jamur tempe dalam mengikat kacang kedelai berasal dari susunan
tubuh jamur tempe yang terdiri atas hifa berstruktur serupa benang yang becabang
membentuk miselium yang bersifat kuat dan fleksibel. Sifat tersebut membuat
kacang-kacang kedelai dapat menjadi satu balok tempe dengan struktur yang kuat
dan fleksibel. Hifa sendiri merupakan susunan tubuh jamur yang berstruktur
menyerupai benang yang terdiri atas satu atau banyak sel yang dikelilingi
dinding berbentuk pipa. Hifa akan bercabang-cabang membentuk jaringan miselium
yang berfungsi untuk memperluas permukaan bidang penyerapan jamur untuk
menyerap nutrisi. Miselium jamur tersebutlah yang dapat mengikat limbah organik
dengan kuat sehingga dapat dijadikan sebagai batu bata. (Irnaningtyas, 2014: 227)
II.1.3. Fermentasi Jamur Tempe
Terbentuknya miselium di atas limbah organik harus melalui proses fermentasi yang berlangsung dalam kondisi anaerob (membutuhkan oksigen dalam jumlah yang sangat sedikit) pada suhu 30-37°C (suhu optimum agar jamur tempe dapat tumbuh dengan cepat) karena oksigen tetap diperlukan agar miselium dapat bertumbuh walaupun dalam kadar yang rendah. Penurunan kadar oksigen dalam medium dapat meningkatkan pertumbuhan miselium; namun bila tidak ada oksigen sama sekali, maka miselium jamur tidak akan tumbuh. Hal tersebut membuat kadar oksigen menjadi salah satu faktor penting dalam fermentasi (penguraian limbah organik) yang dilakukan oleh jamur tempe. (H. M. Iyan Sofyan, 2003: 2, dan dilansir dari https://www.pertanianku.com/inilah-faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-miselium-jamur/)
Faktor lainnya yang
mempengaruhi fermentasi jamur tempe adalah air karena air juga memiliki peranan
penting dalam proses metabolisme jamur tempe. Medium harus mengandung cukup air
karena apabila kelembaban kurang dan terlalu kering, maka substrat medium akan
sulit ditembus dan dilapukkan oleh miselium jamur tempe. Sebaliknya, apabila
terlalu banyak mengandung air (basah), maka penyebaran oksigen akan terhambat
sehingga pertumbuhan miselium jamur tempe pun juga terhambat. Kadar air yang optimal
membantu bertumbuhnya jamur pada medium. (Dilansir dari https://journal.unnes.ac.id/sju/ index.php/UnnesJLifeSci/article/view/2981/2761,
p. 40)
Guna mendukung proses
fermentasi jamur tempe dalam pembuatan batu bata, diperlukan beberapa bahan,
diantaranya jamur tempe sebagai substansi pengikat limbah organik yang
membentuk struktur sangat kuat dan padat, kulit kacang pistachio (limbah
organik) sebagai medium tempat jamur tempe bertumbuh, air untuk menjaga
kelembapan selama proses fermentasi, tepung jagung sebagai substrat pemberi
nutrisi jamur karena mengandung protein dan kalori yang tinggi yang diperlukan
jamur untuk proses metabolisme, bungkus plastik untuk melembapkan cetakan
sehingga pertumbuhan jamur tempe dapat berjalan dengan baik, dan kompor sebagai
alat untuk menghentikan pertumbuhan jamur agar Organic Bricks dapat diuji kekuatannya dan digunakan.
II.1.4. Pembakaran Organic Bricks
Adapun beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu produk dapat dikatakan sebagai batu
bata, yaitu sisi batu bata harus datar; bersudut siku-siku dan tajam; tidak
mudah hancur atau patah; permukaan rata, kasar, dan tidak retak-retak; warnanya
merata; dan berbunyi nyaring bila diketok. Oleh sebab itu, jamur tempe yang
tumbuh harus dimatikan apabila Organic
Bricks sudah padat agar permukaannya tetap rata (jamur tidak terus-menerus
bertumbuh). Untuk mematikan jamur, Organic
Bricks dipanaskan pada suhu minimum 60°C selama 10 menit. Penulis memilih
untuk membakar Organic Bricks di atas
kompor dengan alasan kepraktisan karena mudah didapat, dan juga agar Organic Bricks tidak terkontaminasi oleh
zat lain. Apabila menggunakan oven, penulis memperkirakan Organic Bricks dapat terkontaminasi zat makanan yang tersisa di
dalam ruang oven sehingga kurang efektif. (Hiasinta A. Purnawijayanti, 2001:
57)
II.1.5. Standar
Batu Bata
Selain
persyaratan yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat persyaratan standar
ukuran batu bata secara universal agar dapat digunakan sebagai material
konstruksi. Standar tersebut antara lain sebagai berikut.
Ukuran
|
Jenis Besar
|
Jenis Kecil
|
Toleransi
|
Panjang
|
240 mm
|
230 mm
|
±3% (selisih ukuran terbesar dan terkecil maksimum 10 mm)
|
Lebar
|
115 mm
|
110 mm
|
±4% (selisih ukuran terbesar dan terkecil maksimum 5 mm)
|
Tinggi
|
52 mm
|
50 mm
|
±5% (selisih ukuran terbesar dan terkecil maksimum 4 mm)
|
Tabel 2.1.1. Ukuran Batu Bata
Sumber : Heinz
Frick. Ilmu Bahan Bangunan. Kanisius, 1999.
Selain
dari segi ukuran, terdapat juga standar kekuatan batu bata yang sangat
bervariasi sesuai dengan jenis batu bata. Batu bata dapat mencapai kekuatan 100
N/mm2, namun batu bata untuk konstruksi rumah biasanya hanya
mencapai kekuatan 20 hingga 40 N/mm2. Kekuatan batu bata dapat diuji
dengan cara uji kuat tekan dengan metode SNI (Standar Nasional Indonesia)
ataupun ASTM (American Society for
Testing and Material). Menurut metode SNI, batu bata akan ditekan dengan
memberikan beban hingga mencapai beban maksimum dengan kecepatan 2 kg/cm2/s;
sedangkan menurut metode ASTM, batu bata akan ditekan dengan memberi beban hingga
mencapai beban maksimum dengan kecepatan 907,125 kg/cm2/menit. Hasil
kuat tekan yang didapat dari metode SNI maupun ASTM diperoleh dari berat beban
tekan tertinggi dibagi bidang yang dibebani. (Hilman Aulia Rahman, Wisnumurti, dan
Achfas Zacoeb, 2016)
II.1.6.
Penelitian Terdahulu
Penelitian
mengenai pembuatan batu bata menggunakan bantuan miselium jamur pertama kali
dilakukan oleh Philip Ross pada tahun 2012. Ia mencoba memanfaatkan limbah
pertanian lokal dengan bantuan jamur. Setelah beberapa kali mencoba, ia
berhasil membuat batu bata yang menjadi sangat keras dan sangat ringan ketika
sudah mengering, yang ia beri nama Mycotecture.
Dalam pembuatan Mycotecture, Philip
menggunakan jamur Ganoderma lucidum (jamur
Lingzhi atau Reishi) yang ia tumbuhkan di perkebunan jamur Far West Fungi di Monterey, California. (Dikutip dari https://inhabitat.com/phillip-ross-molds-fast-growing-fungi-into-mushroom-building-bricks-that-are-stronger-than-concrete/)
Penelitian
serupa juga dilakukan di Indonesia oleh sekumpulan anak muda dari Bandung.
Mereka mencoba memanfaatkan jamur untuk mengubah limbah menjadi material
bermanfaat yang terinspirasi dari proses pembuatan tempe. Mereka beranggapan
proses pembuatan tempe menarik karena dapat menyatukan kedelai yang
terpisah-pisah sehingga muncul ide untuk material pengganti kayu untuk
furniture, pengganti styrofoam, pengganti batu bata, dan sebagainya, yang
mereka beri nama sebagai Mycotech.
Dengan prinsip yang sama seperti pembuatan tempe, mereka menggunakan limbah
sekam dan jerami yang dipotong-potong, kemudian direkatkan menggunakan jamur
pleorotus sebagai perekat alami dengan mengurangi air pada limbah dan
menambahkan dedak. Selanjutnya, material tersebut mereka keringkan pada suhu
matahari untuk menghilangkan kadar air yang tersisa dan membunuh jamurnya.
(Dikutip dari http://kabarkampus
.com/2015/03/lewat-jamur-anak-muda-bandung-sulap-limbah-pertanian-menjadi-bata/)
Dari penelitian-penelitian
terdahulu yang telah dijabarkan sebelumnya, penulis terinspirasi untuk mencoba
membuat Organic Bricks dengan mengubah
beberapa bahan yang digunakan pada penelitian sebelumnya. Penulis mencoba
mengganti limbah pertanian dengan limbah kulit kacang pistachio sebagai medium
tempat jamur tempe bertumbuh karena memiliki sifat yang kaku dan keras sehingga
cukup kuat untuk menahan beban berat. Kulit kacang pistachio termasuk kategori
limbah organik karena dihasilkan oleh tumbuhan, yakni pohon pistachio (Pistacia vera), sehingga dapat ditumbuhi
jamur tempe. Di samping itu, penulis juga memilih untuk mengganti dedak dengan
tepung karena lebih mudah ditemukan di pasaran. Fungsi dari tepung ialah
membantu jamur tempe mendapatkan nutrisi agar dapat merekatkan kulit kacang
pistachio dengan baik.
BAB
III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Ruang Laboratorium Sekolah
Menengah Atas, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Pengambilan tempat
di Ruang Laboratorium Sekolah Menengah Atas dilatarbelakangi oleh
beberapa hal yang menjadi pertimbangan penulis, yakni tempat tersebut terletak
di tempat penulis menempuh pendidikan, tempat tersebut dekat dengan tempat dimana
penulis tinggal, tempat tersebut sudah sangat familiar bagi penulis sehingga
diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi penelitian, serta adanya rasa keingintahuan
yang mendalam mengenai fenomena yang mungkin terjadi di lingkungan sekitar
penulis. Adapun waktu yang diperlukan dalam penelitian ini kurang lebih dua
bulan, yakni mulai bulan Maret hingga bulan April 2018.
III.2. Rancangan Penelitian
III.2.1. Variabel Penelitian
Beberapa variabel yang diangkat sebagai panduan penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
III.2.1.1. Variabel bebas :
perbedaan perbandingan antara tepung, kulit kacang pistachio,
dan air yang digunakan.
III.2.1.2. Variabel kontrol :
lama pembuatan Organic Bricks.
III.2.2. Metode Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
penelitian ini adalah sebagai berikut.
III.2.2.1. Eksperimen, yakni dengan melakukan percobaan untuk menemukan komposisi bahan yang optimal dalam
pembuatan Organic Bricks.
III.2.2.2. Metode perkiraan, yakni dengan memperkirakan kekuatan Organic Bricks
dengan cara memukul, melempar, atau menjatuhkannya.
III.3. Metode Penelitian
III.3.1. Alat
Alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
III.3.1.1. Cetakan plastik
III.3.1.2. Kompor
III.3.1.3. Lumpang dan alu
III.3.1.4. Timbangan
III.3.2. Bahan
Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
III.3.2.1. Jamur tempe (ragi tempe)
III.3.2.2. Kulit kacang pistachio
III.3.2.3. Air
III.3.2.4. Bungkus plastik
III.3.2.5. Aluminium foil
III.3.2.6. Tepung maizena (tepung jagung)
III.3.3. Langkah
Kerja
Langkah kerja yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
III.3.3.1. Kulit kacang pistachio dibersihkan dan dikeringkan.
III.3.3.2. Cetakan disiapkan dan diberi alas aluminium foil.
III.3.3.3. Kulit kacang pistachio dicampur dengan tepung maizena dan
jamur tempe hingga merata, kemudian dimasukkan ke dalam cetakan.
III.3.3.4. Cetakan ditutup dengan bungkus plastik dan disimpan di
tempat yang lembab dan gelap selama beberapa hari hingga mengeras.
III.3.3.5. Organic Bricks yang telah mengeras dikeluarkan dari cetakan, kemudian
dibakar di atas kompor selama kurang lebih 10 menit dengan suhu 100°C agar jamur mati (berhenti bertumbuh).
III.3.3.6. Organic Bricks diangkat dari kompor, lalu didinginkan dan diuji kekuatannya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Penelitian
Selama melakukan penelitian
pemanfaatan limbah kulit kacang pistachio sebagai bahan alternatif pembuatan
bata konstruksi, penulis mencoba beberapa perbandingan antara kulit kacang
pistachio, ragi tempe, tepung maizena, dan air yakni 1:1:1:1, 2:1:1:1, 1:1:1:2,
dan 1:1:0:1. Penulis juga mencoba 2 cara penyimpanan, yakni dengan memakai
bungkus plastik dan tidak. Dalam jangka waktu satu minggu tiap percobaan,
penulis menemukan bahwa perbandingan yang paling optimal untuk membuat Organic Bricks ialah 1:1:0:1 dengan
tidak memakai bungkus plastik. Hasil tersebut penulis dapatkan dengan melakukan
metode perkiraan dengan cara membandingkan tingkat kekerasan Organic Bricks terhadap seluruh
perbandingan yang dicoba berdasarkan pengamatan menggunakan penglihatan dan
penyentuhan sehingga didapati bahwa perbandingan 1:1:0:1 tanpa bungkus plastik
menghasilkan Organic Bricks dengan
sifat agak kaku. Data perbandingan hasil antara percobaan dengan perbandingan 1:1:1:1, 2:1:1:1, 1:1:1:2, dan 1:1:0:1
disajikan dalam tabel berikut.
Perbandingan
|
Kekerasan
|
Permukaan
|
Warna
|
Hasil Akhir
|
1:1:1:1
|
Lembek
|
Bergelombang
|
Putih
|
Menggumpal
|
2:1:1:1
|
Lembek
|
Datar
|
Putih
|
Berbelatung
|
1:1:1:2
|
Lembek
|
Datar
|
Putih
|
Berbelatung
|
1:1:0:1
|
Agak kaku
|
Datar
|
Krem Tua
|
Agak kaku
|
Tabel 4.1.1. Hasil Pengamatan Berbagai Perbandingan Organic Bricks
Penulis
juga mendapati bahwa penambahan tepung maizena dapat menghambat pertumbuhan
jamur tempe pada kulit kacang pistachio karena bersifat lengket sehingga adonan
tepung maizena merekat pada jamur tempe dan jamur tempe tidak dapat bertumbuh.
Penulis juga menemukan adanya belatung yang tumbuh pada perbandingan 2:1:1:1
dan 1:1:1:2 saat fermentasi jamur tempe sehingga pertumbuhan jamur tempe
terhenti.
IV.2. Pembahasan
Dari penelitian yang telah
dilakukan, penulis menemukan bahwa perbandingan antara kulit kacang pistachio,
ragi tempe, tepung maizena, dan air yang paling optimal dari semua perbandingan
yang penulis coba ialah 1:1:0:1. Hal tersebut dikarenakan penambahan tepung
maizena malah menghambat pertumbuhan jamur tempe yang disebabkan sifat
lengketnya sehingga merekat pada jamur tempe. Akibatnya, jamur tempe tidak
dapat bertumbuh optimal dan Organic
Bricks menggumpal ketika dibakar. Penambahan air yang terlalu banyak hingga
menggenang pada saat pencampuran bahan-bahan Organic Bricks juga mempengaruhi pertumbuhan jamur tempe, dimana
pertumbuhan jamur tempe menjadi lambat akibat penyebaran oksigen yang terhambat
air. Pada perbandingan 2:1:1:1 dan 1:1:1:2, penulis mendapati adanya belatung
yang tumbuh pada saat fermentasi jamur tempe. Penulis menduga hal tersebut
disebabkan oleh tepung maizena atau air yang digunakan terkontaminasi telur
lalat sehingga telur tersebut menetas ketika fermentasi jamur tempe pada suhu
30°C dan bertumbuh karena mendapat nutrisi dari tepung maizena. Penulis juga
mendapati pertumbuhan jamur tempe pada cetakan yang tidak diberi bungkus
plastik lebih optimal bila dibandingkan dengan cetakan yang diberi bungkus
plastik. Hal tersebut dapat disebabkan oleh tutup cetakan yang telah rapat
dimana apabila ditambah bungkus plastik, maka kadar oksigen dalam cetakan akan
menyusut lebih cepat sehingga jamur kekurangan oksigen. Kondisi tersebut
membuat terbentuknya miselium di atas kulit kacang pistachio menjadi terhenti
dan ragi tempe tidak mampu mengikat keseluruhan kulit kacang pistachio.
Selama melakukan penelitian, penulis
mengalami sejumlah kendala, diantaranya adalah kesulitan dalam menemukan bahan
dasar (limbah kulit kacang pistachio), menemukan kandungan kulit kacang
pistachio yang membuat jamur tempe dapat bertumbuh, dan menemukan substrat
nutrisi yang tepat bagi jamur tempe agar dapat bertumbuh di atas kulit kacang
pistachio dengan baik. Kesulitan yang penulis alami disebabkan oleh
keterbatasan waktu yang penulis miliki sehingga penulis belum mampu membuat Organic Bricks yang sesuai dengan
standar SNI dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menemukan solusi atas
kendala-kendala tersebut. Sebenarnya, jamur tempe dapat bertumbuh di atas kulit
kacang pistachio, namun penulis belum menemukan cara atau bahan yang dapat
membuat jamur tempe bertumbuh dengan subur dan mengikat kulit kacang pistachio
dengan kuat sehingga membentuk Organic
Bricks dengan daya tahan yang optimal sesuai uji kuat tekan.
BAB
V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Dari
hasil penelitian pemanfaatan limbah kulit kacang pistachio sebagai bahan
alternatif pembuatan bata konstruksi, penulis menyimpulkan bahwa kulit kacang
pistachio dapat digunakan sebagai bahan alternatif pembuatan bata konstruksi
dengan bantuan jamur tempe. Perbandingan antara kulit kacang pistachio, jamur
tempe, tepung maizena, dan air yang paling optimal untuk membuat Organic Bricks ialah 1:1:0:1 tanpa
menggunakan bungkus plastik dengan pertimbangan tingkat kekerasan Organic Bricks yang dihasilkan agak
keras yang didapat dari metode perkiraan berdasarkan pengamatan.
V.2. Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut,
maka penulis mencoba memberikan saran-saran terhadap penelitian sejenis
berdasarkan kendala yang penulis alami. Saran-saran yang dapat dikemukakan
dalam rangka membuat Organic Bricks
antara lain sebagai berikut.
V.2.1. Perlu adanya
pengganti bahan dasar pembuatan Organic
Bricks mengingat pohon pistachio (Pistacia vera) bukan komoditas pertanian
dan perkebunan Indonesia, dan
keberadaannya di Indonesia yang masih jarang sehingga
harganya relatif mahal.
V.2.2. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai
kandungan kulit kacang pistachio
untuk membantu pencarian pengganti bahan dasar Organic Bricks yang sesuai dengan
kondisi pertanian dan perkebunan di Indonesia.
V.2.3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk menemukan substrat
pemberi nutrisi jamur yang paling
tepat agar jamur tempe dapat bertumbuh dengan optimal
sehingga mengikat kulit kacang pistachio dengan kuat.
V.2.4. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut yang dapat
menguji kekuatan Organic Bricks secara akurat dengan metode uji kuat tekan agar
sesuai dengan standar yang berlaku.
DAFTAR
PUSTAKA
sipil.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jmts/article/view/415
(diunduh tanggal 17 November 2017, pk.
17.00)
journal.unnes.ac.id/sju/index.php/UnnesJLifeSci/article/view/2981/2761
(diunduh tanggal 17 November 2017, pk.
18.30)
www.pertanianku.com/inilah-faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-miselium-jamur/
(diunduh tanggal 17 November 2017, pk.
21.00)
digilib.unila.ac.id/10791/15/BAB%20I.pdf
(diunduh tanggal 15 Januari 2018, pk. 19.30)
repository.unpas.ac.id/29154/2/Copy%20of%20artikel%20oncom%20bungkil%2 0Iyaninfomatek%20edisi%20juni%20hal74%20sampai86.Doc
(diunduh tanggal 29 Januari 2018, pk.
18:00)
www3.pu.go.id/uploads/services/infopublik20120809160432.pdf
(diunduh tanggal 29 Januari 2018, pk.
19:00)
inhabitat.com/phillip-ross-molds-fast-growing-fungi-into-mushroom-building-bricks-that-are-stronger-than-concrete/
(diunduh tanggal 29 Januari 2018, pk. 20:00)
kabarkampus.com/2015/03/lewat-jamur-anak-muda-bandung-sulap-limbah-pertanian-menjadi-bata/
(diunduh
tanggal 29 Januari 2018, pk. 21:00)
digilib.unila.ac.id/2133/8/BAB%20II.pdf
(diunduh tanggal 11 April 2018, pk. 18:00)
Indriati, Etty,
dan Yasman. 2008. Ensiklopedia Sains dan
Teknologi Jilid 2. Jakarta
: PT. Lentera Abadi
Irnanigtyas. 2014. Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Purnawijayanti,
Hiasinta A. 2001. Sanitasi, Higiene, dan
Keselamatan Kerja dalam
Pengolahan Makanan. Cetakan VI. Yogyakarta : Penerbit Kanisius
Winoto, Yanthi
Dwi Agnes. 2014. Konstruksi Batu Bata dan
Beton Bertulang untuk Rumah dan
Bangunan Sederhana. Cetakan I. Yogyakarta : Taka Publisher
LAMPIRAN
Proses penimbangan bahan-bahan Organic Bricks sesuai perbandingan yang telah ditetapkan. |
Organic Bricks dengan perbandingan 1:1:1:1. |
AJO_QQ poker
ReplyDeletekami dari agen poker terpercaya dan terbaik di tahun ini
Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
di sini kami menyediakan 7 permainan dalam 1 aplikasi
- play aduQ
- bandar poker
- play bandarQ
- capsa sunsun
- play domino
- play poker
- sakong
di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
Permanent (acak) | pin bb : 58cd292c "