RUBAH YANG HILANG


Rubah yang Hilang
Setiap manusia pasti pernah mengalami pengalaman pahit dalam hidupnya. Namun, pengalaman pahit tersebut terkadang berakhir dengan kisah yang membahagiakan. Berikut ini kisah perjuangan seekor rubah dalam menemukan Ibunya hingga pada akhirnya dapat bertemu kembali dengan sang Ibu.
Dahulu kala, hiduplah seekor rubah bernama Rio. Ia tinggal di hutan bernama Hutan Rimba bersama Ibunya. Ayahnya telah tiada saat ia berumur 2 tahun karena tertembak oleh pemburu. Semenjak Ayahnya meninggal, Rio selalu merasa kesepian. Ibunya selalu berusaha menghibur Rio.
Suatu hari, badai besar melanda Hutan Rimba sehingga ia terpisah dengan Ibunya. Ibunya berkata,”Rio, kamu pergilah, jangan menunggu Ibu. Nanti kamu bisa celaka.” Rio pun menjawab, “Tapi Ibu, aku tidak mau terpisah denganmu.”
Namun beberapa lama setelah Ibunya berkata demikian, badai besar itu mulai mendekati Rio dan Ibunya. Mau tidak mau, Rio dan Ibunya harus berlari. Namun, Rio tidak sengaja tersandung sebuah batu dan terjatuh ke dalam sungai. Rio pun terseret arus sungai yang begitu besar. Ibunya tidak menyadari Rio telah terseret arus dan terus berlari ke dalam hutan untuk menyelamatkan diri.
“Ibu! Ibu! Tolong aku! Aku hampir tenggelam!” teriak Rio dengan sangat keras. Ibunya tidak bisa mendengarkannya karena kencangnya suara guntur dan pergi meninggalkannya sendirian dibawa aliran sungai yang deras.
Sementara itu, Rio terseret hingga ke hilir sungai. Selama Rio terserat aliran sungai yang deras, ia tidak sadarkan diri. Saat terbangun, ia mendapati dirinya terdampar di pinggir sungai dan melihat ke sekelilingnya, namun ia tidak bisa mengenali apapun.
Rio tidak bisa menemukan Ibunya di tempat ia terdampar. Ia mulai menangis dan berteriak, “Ibu, kau dimana? Aku merindukanmu. Cepatlah kemari!”
Tiba-tiba, seekor bebek dan seekor burung melintas di sungai. Rio mulai bertanya kepada mereka, “Siapakah kamu? Dimanakah aku sekarang berada?” Awalnya bebek dan burung itu tidak menjawab dan hanya memandangi satu sama lain. Kemudian, bebek tersebut mulai menjawab, “Kamu berada di Hutan Amazon. Namaku Bobi. Ini temanku Rudi.”
Rudi bertanya kepada Rio, “Rumahmu dimana? Orang tuamu dimana? Aku tidak pernah melihatmu di hutan ini.” Rio menjawab, “Rumahku ada di Hutan Rimba. Ayahku telah meninggal dan aku tidak tahu Ibuku sekarang ada dimana.” Bobi berkata, “Apa itu Hutan Rimba? Dimanakah Hutan Rimba itu? Aku tidak pernah mendengarnya.”
Rio bercerita kepada Bobi dan Rudi, “Hutan Rimba berada di hulu sungai ini. Tadi, ada badai besar melanda Hutan Rimba sehingga aku terseret arus sungai yang sangat deras dan terpisah dengan Ibuku pada saat itu.” Kemudian, Bobi dan Rudi mengajak Rio ke dalam Hutan Amazon. Sesampainya mereka di dalam hutan, Bobi memperkenalkan semua hewan yang tinggal kepada Rio. Rio pun mulai berkenalan dengan hewan-hewan tersebut. Kemudian, Bobi mengajak Rio pergi ke rumahnya.
Sesampainya di rumah Bobi, ia berkata kepada Rio, “Ini rumahku, Rio. Kamu boleh tinggal di rumahku untuk sementara waktu sampai kamu menemukan Ibumu. Besok kita akan cari Ibumu.” Rio pun menjawab, “Terima kasih, Bobi. Kamu sungguh baik.” Karena hari sudah malam, Rio memutuskan untuk menginap di rumah Bobi. 
Keesokan harinya, Bobi membantu Rio mencari Ibunya. Ia berkata, “ Rio, aku tahu orang yang dapat membantumu untuk mencari Ibumu. Dia adalah Lala, seekor laba-laba. Dia mempunyai banyak sekali koleksi buku, mulai dari buku cerita hingga peta. Mungkin ia tahu dimanakah letak Hutan Rimba.”
Kemudian, Bobi mengajak Rio ke rumah Lala. Sesampainya di rumah Lala, Bobi berkata, “Lala, apakah kamu punya peta terlengkap? Ini Rio, dia adalah anak rubah dari Hutan Rimba. Apa kamu tahu dimanakah letak Hutan Rimba itu?” Lala dengan sigap mengambil peta terlengkap yang ia miliki dan menunjukkannya kepada Bobi dan Rio. “Ini ada peta terlengkap yang aku miliki. Coba kamu cari sendiri dimana letak Hutan Rimba. Jika kamu butuh bantuan, aku ada di dapur menyiapkan makan siang untuk kalian.” Kemudian, Bobi membuka peta tersebut dan mencari Hutan Rimba. Tak lama kemudian, ia berkata, “Rio, aku telah menemukan letak Hutan Rimba, tetapi letaknya sangat jauh dari sini. Aku tidak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke Hutan Rimba dari sini.” Rio menjawab, “Tidak apa-apa Bobi, aku tidak peduli berapa lama waktu yang diperlukan. Aku hanya ingin bertemu dengan Ibuku. Maukah kamu membantuku, Bobi?” Bobi pun menjawab, “Aku pasti akan membantumu, Rio. Kamu tidak usah khawatir.”
Lalu, Lala kembali dari dapur sambil membawa makan siang untuk Bobi dan Rio. Lala berkata, “Ini makan siang buat kalian. Sebelum kalian memulai perjalanan yang sangat panjang, kalian harus makan terlebih dahulu agar tidak lapar di perjalanan nanti.”
Bobi dan Rio pun berterima kasih kepada Lala dan menyantap makan siang mereka dengan sangat lahap. Setelah mereka kenyang, Rio berkata, “Ini makan siang terenak yang pernah aku makan. Terima kasih, Lala. Tetapi sekarang aku harus pergi agar aku dapat kembali bertemu dengan Ibuku di Hutan Rimba.” Lala menjawab, “Syukurlah kalau begitu, Rio. Aku sangat senang bisa membuatkan makan siang terenak untukmu. Ini aku juga sudah siapkan bekal untuk kamu dan Bobi di perjalanan. Bawalah agar tidak kelaparan saat di perjalanan nanti. Bawalah juga buka petaku agar tidak tersesat di dalam hutan.” Setelah itu, Bobi dan Rio berpamitan dengan Lala dan seluruh penghuni Hutan Amazon untuk selamanya, lalu pergi untuk memulai perjalanan mereka yang sangat panjang.
Bobi dan Rio terus menyusuri jalan setapak di dalam hutan. Setelah beberapa hari mereka berjalan di dalam hutan, Rio merasa lelah, tetapi Bobi terus menyemangatinya agar cita-cita Rio dapat terwujud. Setiap kali Rio ingin menyerah, Bobi berkata, “Rio, kita harus meneruskan perjalanan ini agar kamu dapat segera bertemu kembali dengan Ibumu. Kamu tidak boleh mudah putus asa. Berusahalah dulu sekuat tenaga. Jika kamu lelah, kamu boleh istirahat, tetapi jangan putus asa dulu.”
Bobi dan Rio terus melanjutkan perjalanan mereka yang panjang, tetapi tiba-tiba masalah besar melanda mereka. Secara tidak sengaja, Rio menginjak jebakan yang dipasang oleh para pemburu dan terjebak di dalamnya. Bobi berusaha mengeluarkannya, tetapi ia tidak sanggup. Tidak lama kemudian, si pemburu datang dan membawa Rio pergi menggunakan mobil bak terbukanya. Bobi dengan sigap melompat ke dalam bak mobil tersebut dan ikut mobil tersebut pergi.
Setelah beberapa jam, mobil tersebut berhenti. Si pemburu menurunkan jebakan yang berisi Rio dan membawanya ke dalam rumahnya. Bobi hanya bisa memandang Rio yang dibawa pergi oleh pemburu dari atas bak mobil karena ia takut ketahuan.
Bobi pun tidak kehabisan akal. Ia menyelinap masuk ke dalam rumah si pemburu dan mengamati kelakuan pemburu tersebut. Si pemburu berkata kepada istrinya, “Sayang, tadi aku memasang jebakan di dalam hutan dan seekor rubah terjebak di dalamnya. Aku akan cari tahu dulu mau aku apakan rubah ini. Kamu jaga rubah ini agar tidak hilang sementara aku ada di kamar mencari informasi tentang rubah ini.”
Si pemburu masuk ke dalam kamarnya dan membuka koleksi bukunya yang berisi tentang hewan-hewan. Setelah ia menemukan buku tentang rubah, ia mulai membacanya. Ia menemukan informasi bahwa rubah adalah hewan yang sangat langka dan jika dijual harganya akan sangat mahal. Si pemburu memutuskan untuk menjual rubah yang ia tangkap. Dengan tergesa-gesa, si pemburu menghampiri istrinya dan berkata, “Sayang, rubah yang aku tangkap ini adalah hewan yang sangat langka karena ia memiliki bulu yang sangat halus dan warna merah yang berbeda dengan rubah-rubah lainnya. Jika aku jual, maka aku bisa menjadi kaya raya karena harga jualnya bisa sangat tinggi dengan keistimewaan yang rubah ini miliki. Apakah kamu setuju untuk menjual rubah ini, sayang?” Sang istri setuju untuk menjual rubah tersebut dan si pemburu tersebut sangat gembira.
Keesokan harinya, si pemburu membawa Rio ke kota untuk dijual. Si pemburu meletakkan Rio di dalam kandang rangka besi agar semua orang dapat melihat keunikan yang dimiliki oleh Rio. Bobi pun ikut dengan mobil si pemburu dengan cara melompat agar si pemburu tidak tahu bahwa ia juga ikut dengannya. Tiba-tiba di tengah jalan, mobil si pemburu mogok. Si pemburu mengambil peralatannya dan berusaha memperbaiki mobilnya. Pada waktu yang bersamaan, Bobi melepaskan Rio dari kandangnya yang tidak dikunci dengan gembok oleh si pemburu dan segera berlari menuju hutan yang berada tak jauh dari lokasi mobil si pemburu.
Setelah beberapa menit, si pemburu berhasil memperbaiki mobilnya dan kembali ke dalam mobilnya. Betapa terkejutnya ia mendapati rubahnya telah tiada. Kemudian, ia melihat ke arah hutan dan menemukan rubahnya bersama Bobi berlari menuju ke dalam hutan dan menghilang dengan sekejap. Ia hanya bisa merelakan rubahnya kabur ke dalam hutan dan kembali ke rumahnya dengan sangat sedih. Ia menyesal tidak mengunci kandangnya dengan gembok.
Sementara itu, Bobi dan Rio melanjutkan perjalanan mereka menuju Hutan Rimba. Di tengah jalan, mereka menemukan bahwa jalan menuju Hutan Rimba bercabang menjadi dua jalan. Jalan di sebelah kiri melewati beberapa sungai yang deras, banyak genangan lumpur, dan sebuah jurang yang sangat dalam; sementara jalan yang berada di sebelah kanan melewati rumah hewan-hewan buas tinggal, seperti singa, harimau, dan serigala, namun tidak perlu menyeberangi jurang yang sangat dalam.
Rio berkata, “Bobi, aku tidak ingin diriku dan kamu mati dimakan hewan-hewan buas. Jadi, aku memilih jalan di sebelah kiri meskipun jurang yang sangat dalam telah menanti kita.” Bobi pun sependapat Rio dan meneruskan perjalanan mereka melewati jalan di sebelah kiri. Menurut peta yang Bobi bawa dari rumah Lala, di depan mereka terdapat tiga buah sungai yang sangat lebar tetapi tidak terlalu dalam dan arusnya tidak terlalu deras. Setelah melewati tiga sungai tersebut, mereka harus melewati jurang yang sangat dalam. Terakhir, mereka harus melewati sungai yang terbesar, terdalam, dan arusnya yang sangat deras, yakni Sungai Amazon.
Bobi dan Rio melanjutkan perjalanan mereka menuju Hutan Rimba. Setelah beberapa jam, mereka menemukan sungai pertama dan harus melewatinya agar bisa melajutkan perjalanan. Bobi dan Rio berusaha menyeberangi sungai pertama dan berhasil karena sungai tersebut tidak terlalu dalam. Beberapa jam kemudian, mereka menemukan sungai kedua dan juga harus menyeberanginya. Mereka pun menyeberang dan kembali berhasil. Mereka terus melanjutkan perjalanan hingga mereka menemukan sungai ketiga. Sekali lagi mereka harus menyeberanginya dan juga berhasil.
Setelah beberapa hari berjalan, mereka pun menemukan jurang yang sangat dalam. Rio berkata, “Bobi, aku takut ketinggian. Bagaimana ini? Jembatannya pun juga terlihat kurang aman karena kayunya sudah lapuk.” Bobi menjawab, “Rio, kamu tidak perlu khawatir. Aku akan selalu mendampingimu. Jika kamu takut tergelincir ke dalam jurang yang sangat dalam itu, kamu pegang saja tanganku agar kamu tidak terjatuh ke dalam jurang.”
Setelah berdebat cukup lama dengan Bobi, Rio setuju untuk menyeberangi jurang tersebut dengan selalu memegang tangan Bobi selama ia berdiri di atas jembatan kayu yang sudah lapuk tersebut. Mereka pun mulai menyeberang. Setelah setengah jalan, karena tidak berhati-hati, Rio tergelincir dan berteriak, “Bobi, tolong aku! Aku tidak mau mati di sini! Tolong aku!” Bobi dengan segera mengangkat Rio ke atas kayu dan Rio berterima kasih kepada Bobi karena sudah menyelamatkannya. Mereka melanjutkan perjalanan mereka dengan menyeberangi jurang yang sangat dalam tersebut dan akhirnya berhasil. Rio berkata, “Bobi, aku tidak akan mau lagi menyeberangi jurang karena aku takut ketinggian.”
Setelah beberapa hari, mereka menemukan Sungai Amazon yang sangat besar, sangat dalam, dan arusnya yang sangat kuat. Karena pada saat itu badai kembali melanda, Bobi berkata, “Aku memutuskan kita berhenti sejenak menunggu Sungai Amazon surut agar kita dapat menyeberang dengan aman.” Mereka pun menunggu badai tersebut berhenti karena mereka tidak mau mengambil risiko.
Setelah beberapa jam, badai pun berhenti dan mereka dapat menyeberangi Sungai Amazon, tetapi arus Sungai Amazon masih sangat deras akibat kuatnya badai yang tadi melanda. Rio berkata, “Bobi, arus Sungai Amazon saat ini masih sangat deras, aku takut terseret arus seperti yang aku alami beberapa hari yang lalu.” Bobi menjawab, “Kita harus menyeberangi sungai ini karena cuaca di sini kurang baik dan mungkin bisa hujan lebih lebat lagi. Rio, kalau kamu takut terseret arus sungai, peganglah tanganku hingga kita sampai di seberang.”
Mereka pun mulai menyeberangi Sungai Amazon dengan sangat hati-hati agar mereka tidak terseret arus sungai yang begitu deras. Setelah berada di tengah-tengah Sungai Amazon, arus menjadi semakin deras sehingga mereka harus lebih memperlambat laju mereka agar tidak terseret arus. Tiba-tiba, pegangan tangan Rio terlepas dan ia terseret arus sungai serentak berteriak, “Tolong! Tolong! Bobi, aku terseret arus!” Menanggapi teriakan tersebut, Bobi langsung berlari menghampiri Rio walaupun arus Sungai Amazon pada saat itu sangat kuat dan nyaris menghanyutkan dirinya bersama Rio, tetapi ia berhasil bertahan dan menyelamatkan Rio. Rio sangat berterima kasih pada Bobi atas bantuan yang telah ia berikan kepada Rio selama melewati beberapa tantangan yang sangat berat dalam perjalanannya menuju Hutan Rimba, yakni tantangan menyeberangi Sungai Amazon dan jurang yang sangat dalam.
Bobi dan Rio terus melanjutkan perjalanan mereka menuju Hutan Rimba. Setelah beberapa hari, mereka akhirnya tiba di Hutan Rimba. Rio berkata, “Bobi, kita sudah sampai di Hutan Rimba. Di sinilah aku tinggal bersama dengan Ibuku.” Mereka pun langsung menuju ke rumah Rio dan menemukan Ibu Rio sedang terbaring lemas di atas kasur. Rio berkata, “Ibu, aku sudah pulang. Ini Bobi yang telah membantuku untuk pulang kemari. Ibu kenapa? Ibu sedang sakit?” Ibunya langsung mencium Rio dan menjawab, “Anakku, Ibu sangat bahagia akhirnya kamu bisa pulang. Ibu kira kamu telah tiada. Nak, Ibu sekarang kurang enak badan. Bisakah kamu panggilkan dokter untuk memeriksa Ibu?
Rio bersama dengan Bobi segera mencari dokter. Kemudian, mereka pulang dengan membawa dokter. Setelah memeriksa Ibu Rio, dokter berkata, “Rio, Ibumu sedang masuk angin, ia harus istirahat yang banyak agar bisa pulih. Saya beri Ibumu obat jamu agar cepat sembuh. Tolong diminum yang rutin.” Rio pun menuruti perkataan dokter tersebut dan menemani Ibunya bersama-sama dengan Bobi sampai Ibunya sembuh.
Setelah beberapa hari, Ibu Rio pun sembuh dan ia bertanya kepada Rio, “Nak, kenapa kamu bisa hilang saat badai besar melanda? Dan siapakah yang menolong kamu agar bisa kembali pulang ke sini?” Rio menjawab, “Pada saat itu, aku terseret arus sungai yang sangat deras, namun Ibu terus aja berlari ke dalam hutan meninggalkan aku sendirian. Kemudian, aku terdampar di pinggiran sungai dan aku bertemu dengan Bobi. Lalu, ia mengajakku mengunjungi hutannya yang bernama Hutan Amazon dan membantuku untuk kembali ke sini. Aku harus menghadapi si pemburu, lalu beberapa sungai yang besar dan jurang yang sangat dalam untuk dapat kembali ke sini. Jika aku tidak ditolong oleh Bobi, maka aku bisa saja sudah tiada dan tidak dapat bertemu kembali dengan Ibu untuk selamanya.”
Ibu Rio berkata kepada Bobi, “Terima kasih ya, Bobi. Kamu telah menyelamatkan anakku. Sebagai tanda ucapan terima kasihku, aku akan mengadakan pesta besar yang sangat meriah nanti malam untuk menyambut kedatanganmu di Hutan Rimba.” Kemudian, Ibu Rio memberitahu seluruh penghuni Hutan Rimba untuk mempersiapkan pestanya.
Setelah matahari benar-benar terbenam, pesta tersebut digelar dan seluruh penghuni Hutan Rimba sangat menikmatinya. Mereka berkenalan dengan Bobi dan menerima Bobi sebagai seorang saudara untuk tinggal di dalam Hutan Rimba. Selesainya pesta, Rio dan Ibunya, serta Bobi pulang ke rumah Rio. Setelah sampai di rumah, Ibu Rio bertanya, “Nak Bobi, kamu telah berjalan sangat jauh dari Hutan Amazon hingga sampai di Hutan Rimba. Oleh karena itu, jika kamu mau, kamu boleh tinggal di rumah ini sebagai anakku bersama dengan Rio. Tetapi apakah kamu punya keluarga di  Hutan Amazon?”
Bobi menjawab, “Karena perjalanan kembali ke Hutan Amazon sangat panjang dan susah, serta melelahkan, maka aku akan menetap di Hutan Rimba. Aku sudah berpamitan dengan seluruh teman-temanku di Hutan Amazon untuk selamanya. Orang tuaku juga telah tiada saat aku kecil sehingga selama ini aku tinggal bersama dengan teman-teman di Hutan Amazon. Aku ingin memulai hidup baru di Hutan Rimba dan aku berharap persahabatanku dengan Rio semakin erat. Terima kasih Ibu Rio karena sudah mau menerimaku sebagai anggota keluarga Rio. Aku berjanji akan selalu mendampingi Rio agar tidak kesepian lagi.
Mulai saat itu, Ibu Rio resmi mengadopsi Bobi sebagai anaknya. Bobi pun menetap di Hutan Rimba sembari memulai hidup barunya di sana bersama dengan Rio. Sementara itu, Rio telah kembali ke tangan Ibunya dan memulai kembali kehidupannya seperti sedia kala bersama dengan sang Ibu tercinta. Kini, Rio hidup bahagia karena ia sudah tidak kesepian lagi dan berjanji akan merawat Ibunya bersama Bobi dengan sepenuh hati. Rio mulai mengisi kehidupannya dengan hal-hal positif, seperti membantu Ibunya berjualan kue dan menjual berbagai kerajinan tangan yang ia buat bersama Bobi. Rio sadar bahwa hidup ini tidaklah mudah. Asal ada tekad untuk terus berusaha dan kemauan untuk menjalani hidup dengan positif dan sepenuh hati, niscaya akan ada harapan dan kebahagiaan di baliknya sehingga hidup ini tidak akan terasa sia-sia dan bisa berdampak positif bagi orang lain. Akhirnya, Rio, Ibu Rio, dan Bobi hidup bahagia selamanya.


Share on Google Plus

About -

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Post a Comment