MAKALAH LEMPAR LEMBING



BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
           Lempar lembing merupakan salah satu cabang olahraga atletik yang membutuhkan kecekatan dan kekuatan dalam melempar. Media yang digunakan dalam lempar lembing ialah lembing, yakni sejenis tombak yang ringan dan kecil. Pada awal mulanya, lempar lembing identik dengan aktivitas berburu nenek moyang manusia, dimana lempar lembing diadopsi dari kebiasaan kaum laki-laki pada zaman tersebut. Aktivitas ini baru berkembang menjadi suatu olahraga ketika manusia memasuki masa bercocok tanam dan beternak yang ditandai dengan mulai munculnya perkampungan atau perkotaan.
           Seiring berubahnya zaman, perubahan gaya hidup pun juga terjadi. Aktivitas fisik seperti melempar lembing sudah tidak lagi digunakan untuk berburu dan dialihkan menjadi suatu olahraga yang dipertandingkan untuk memenuhi kebutuhan hiburan dan prestasi. Sebagian ahli meyakini lempar lembing telah berkembang sejak zaman Yunani Klasik, yang pada kala itu termasuk dalam olahraga yang populer.

1.2. Rumusan Masalah
           Adapun beberapa permasalahan berdasarkan latar belakang di atas yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1.      Sejarah lempar lembing
2.      Pengertian lempar lembing
3.      Peraturan dalam permainan lempar lembing
4.      Teknik-teknik dalam permainan lempar lembing
5.      Media dalam permainan lempar lembing
6.      Informasi lain seputar lempar lembing

1.3. Tujuan
           Adapun beberapa tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas yang hendak dicapai adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui sejarah lempar lembing
2.      Mengetahui pengertian lempar lembing
3.      Mengetahui peraturan dalam permainan lempar lembing
4.      Mengetahui teknik-teknik yang digunakan dalam permainan lempar lembing
5.      Mengetahui sarana dan prasarana yang digunakan dalam permainan lempar lembing
6.      Mengetahui informasi lain seputar lempar lembing


BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Lempar Lembing
          Lempar Lembing bermula dari aktivitas berburu nenek moyang manusia. Sebagaimana olahraga atletik lainnya, lempar lembing diadopsi dari kebiasaan para kaum laki-laki pada zaman tersebut. Aktivitas ini baru berkembang menjadi suatu olahraga ketika manusia memasuki masa bercocok tanam dan beternak, meninggalkan masa nomaden yang kental dengan aktivitas berburu. Manusia mulai menetap dengan membangun perkampungan atau perkotaan.
           Seiring berkembangnnya zaman, perubahan gaya hidup pun juga terjadi. Salah satunya adalah aktivitas fisik seperti melempar lembing yang sudah tidak digunakan lagi sebagai aktivitas berburu. Lempar lembing berubah menjadi suatu olahraga yang dipertandingkan dari yang sebelumnya untuk memperoleh makanan (dengan cara berburu) menjadi pemenuhan akan hiburan dan prestasi.
          Hingga sekarang belum dapat ditemukan catatan sejarah yang otentik mengenai lempar lembing, namun sebagian ahli meyakini lempar lembing telah berkembang sejak zaman Yunani klasik, yang pada kala itu termasuk salah satu olahraga yang tergolong populer, tak kalah dengan olahraga jenis atletik lainnya, seperti lari, lompat, dan lempar cakram. Olahraga lainnya yang bernuansa militer pun juga sama populernya, seperti gulat, tinju, memanah, dan balap kereta. Hal tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan militer Yunani juga turut berpengaruh pada perkembangan olahraga bangsa Yunani.
         Peradaban Yunani klasik merupakan tempat lahirnya olahraga atletik saat ini, dimana pertandingan olimpiade pada zaman modern meniru olimpiade yang pertama kali digagas oleh bangsa Yunani, termasuk masa dilangsungkannya, yakni tiap empat tahun sekali. Olimpiade pada masa Yunani klasik merupakan perayaan akbar bangsa Yunani yang tak hanya berisikan pertandingan olahraga, tetapi juga menjadi tempat diselenggarakannya berbagai acara seni dan budaya. Acara tersebut merupakan ekspresi masyarakat Yunani untuk bersyukur dan menyembah para dewa kepercayaannya. Nama olimpiade sendiri diambil dari Gunung Olympus, tempat hidupnya para dewa mereka, sehingga olimpiade memiliki nilai sakral. Karena hal tersebut, perayaan berlangsung damai sehingga para atlet yang bertanding dapat berkompetisi dalam suasana saling menghargai.
        Selain dalam peradaban Yunani klasik, lempar lembing juga tercatat dilakukan di beberapa peradaban klasik lainnya, seperti peradaban Cina dan Mesir klasik, namun tidak sepopuler seperti di Yunani. Olahraga yang populer dalam peradaban Cina klasik adalah senam atau akrobat; sedangkan dalam peradaban Mesir klasik adalah renang dan memancing karena sungai Nil adalah pusat peradaban bangsa Mesir, sehingga menjadikan kedua olahraga tersebut lebih sering dilakukan oleh mereka, termasuk untuk dipertandingkan.
          Berdasarkan hal-hal sebelumnya, cukup tepat jika banyak ahli lebih memilih peradaban Yunani klasik sebagai awal mulanya olahraga lempar lembing, mengingat ciri geografis daerahnya dan tradisi masyarakat pada peradaban tersebut, misalnya aktivitas berburu leluhur manusia pada zaman purba.

2.2. Pengertian Lempar Lembing
           Secara harfiah, lempar lembing berasal dari dua kata, yakni lempar dan lembing. Lempar berarti usaha membuang sejauh mungkin dan lembing artinya tongkat berujung runcing, maka jika digabungkan lempar lembing berarti membuang tongkat berujung runcing sejauh mungkin. Lempar lembing adalah olahraga atletik berjenis lintasan dan lapangan. Pada olahraga ini, atlet lempar lembing harus berlari pada lintasan untuk ancang-ancang, lalu atlet melemparkan lembing pada wilayah atau lapangan yang ukurannya sudah ditentukan. Ketentuan lintasan lempar lembing diatur oleh Federasi Atletik Amatir Internasional (IAAF).
           Olahraga lempar lembing membutuhkan kecepatan, sedangkan olahlaga lempar lainnya lebih mengutamakan kekuatan. Oleh karena itu, lempar lembing memiliki hubungan yang cukup erat dengan olahraga sprint. Lempar lembing dapat dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan. Lempar lembing juga merupakan salah satu bentuk olahraga dari banyak bentuk kompetisi yang dipertandingkan di berbagai peradaban kuno yang melibatkan aktivitas melempar. Lempar lembing juga termasuk salah satu bagian yang membentuk olimpiade kuno, termasuk olimpiade modern pada tahun 1896. Lempar lembing juga termasuk dalam bagian dari acara dua tahunan Atletik Dunia kejuaraan atletik dimana berbagai daerah bertemu untuk berkompetisi dan juga bagian dari National Collegiate Athletic Association (NCAA) tahunan kejuaraan trek dan lapangan.

2.3. Peraturan Lempar Lembing
2.3.1 Ketentuan Umum
           Ketentuan umum mengenai olahraga lembing adalah sebagai berikut.
1.     Lembing harus dipegang pada tempat pegangan yang sudah ditentukan.
2.     Lemparan sah bila lembing menancap atau menggores tanah.
3.   Lemparan tidak sah bila sewaktu melempar, lembing menyentuh tanah di depan lengkung lemparan.

2.3.2 Persyaratan Lemparan yang Sah
           Lemparan yang terhitung sah dalam olahraga lempar lembing ialah lemparan yang memenuhi persyaratan sebagai berikut.
1.    Lembing harus dipegang pada bagian pegangannya, dan harus dilempar lewat atas bahu atau bagian teratas dari lengan si pelempar, serta harus tidak dilempar secara membandul.
2.    Lemparan dianggap tidak sah apabila mata lembing tidak menggores tanah sebelum bagian lembing lainnya.
3.   Pelempar pada waktu membuat awalan lempar tidak boleh memotong salah satu garis atau jalur paralel.
4.  Lemparan dianggap tidak sah apabila si pelempar menyentuh dengan bagian tubuhnya atau anggota badan garis lempar, atau garis perpanjangan (garis lempar) yang siku-siku terhadap garis paralel, atau menyentuh tanah di depan garis lempar dan garis-garis itu semua.
5.  Sesudah membuat gerakan awalan lempar hingga lembingnya dilepaskan dan mengudara, pelempar tidak diperbolehkan memutar tubuhnya penuh sehingga punggungnya membelakangi sektor lemparan.
6.  Pelempar tidak boleh meninggalkan jalur lari awalan sebelum lembing yang dilemparkan jatuh ke tanah.
7.   Penilaian dalam lempar lembing dilakukan dengan menggunakan bendera putih untuk menandakan bahwa lemparan yang dilakukan benar, serta bendera merah untuk menandakan bahwa lemparan yang dilakukan salah. Suatu lemparan diukur dari tanda yang terdekat dengan kepala lembing sampai ke bagian dalam ujung lingkaran, lalu mengukur antara tanda tersebut. Cara memegang lembing dan pendaratan atau jatuhnya lembing juga turut mempengaruhi penilaian.

2.4. Teknik Lempar Lembing
           Tujuan utama dari lempar lembing ialah melempar lembing sejauh mungkin dimana teknik yang digunakan dipertimbangkan berbagai faktor fisik (aerodinamis), termasuk efek angin, sudut dimana objek dilepaskan, ketinggian dimana objek dilepaskan, dan kecepatan objek pada saat dilepas. Dalam olahraga lempar lembing terdapat beberapa teknik yang harus diperhatikan, diantaranya mengenai cara memegang lembing, cara membawa lembing, gaya melempar, dan sikap ketika melempar lembing.

2.4.1 Cara Memegang Lembing
           Untuk memegang lembing, terdapat ketentuan khusus yang perlu diperhatikan. Cara memegang lembing yang baik dan efektif merupakan salah satu kunci penentu hasil lemparan. Jika ditinjau dari struktur lembing, maka akan terlihat lilitan tali pada lembing sebagai tempat pegangan yang dianjurkan, karena terdapat titik berat lembing yang diprediksikan paling efektif untuk memegang lembing. Cara memegang lembing dapat dibagi mejadi tiga macam sebagai berikut.
1.      Cara Finlandia
Pertama, lembing diletakkan pada telapak tangan dengan ujung atau mata lembing serong hampir menuju ke arah badan. Kemudian, jari tengah memegang tepian atau pangkal ujung dari tali bagian belakang, dilingkarkan, serta dibantu dengan ibu jari yang diletakkan pada tepi belakang dari pegangan dan pada badan lembing. Jari telunjuk harus lemas ke belakang membantu menahan badan lembing, sedangkan jari-jari yang lainnya turut memegang lilitan pegangan di atasnya dalam keadaan lemas. Dengan cara Finlandia, jari tengah dan ibu jarilah yang memegang peranan penting untuk mendorong tali pegangan pada saat melempar, namun cara ini sudah jarang dipakai karena dianggap tidak menguntungkan.
2.      Cara Amerika
Pertama, lembing diletakkan pada telapak tangan dengan ujung atau mata lembing serong hampir menuju ke arah badan. Kemudian, jari telunjuk memegang tepian atau pangkal dari ujung tali bagian belakang lembing, dibantu dengan ibu jari diletakkan pada tepi belakang dari pegangan dan pada badan lembing, serta dalam keadaan lurus. Sedangkan ketiga jari lainnya, berimpit dan renggang dengan jari telunjuk turut membantu dan menutupi lilitan tali lembing. Dengan cara Amerika, jari telunjuk dan ibu jari memegang peranan mendorong tali pegangan lembing pada saat melempar.
3.      Cara Menjepit
Caranya dengan menjepitkan lembing di antara dua jari tengah dan jari telunjuk, sedangkan jari jari lainnya memegang biasa.

2.4.2 Cara Membawa Lembing
           Sebenarnya, cara apapun dapat dilakukan untuk membawa lembing, asalkan tidak mengganggu kecepatan berlari. Cara yang sering dilakukan adalah lembing berada di atas pundak maupun bahu dengan posisi mata lembing serong ke atas atau bawah agar otot-otot sekitar bahu dan tangan terasa rileks. Cara lainnya adalah membawa lembing dengan posisi lembing di samping badan, tangan lurus ke belakang sehingga tidak mendapat kesulitan untuk mengambil sikap-sikap selanjutnya, namun akan sedikit mendapat hambatan untuk mendapatkan kecepatan awalan yang optimal. Ada juga yang membawa lembing di bawah dengan lengan kanan lurus ke bawah, mata lembing menuju serong ke atas, dan ekornya menuju serong ke bawah hampir mendekati tanah.

2.4.3 Cara Awalan Lempar Lembing
           Awalan adalah gerakan permulaan dalam olahraga lempar lembing. Awalan dilakukan dengan cara langkah dan lari menuju ke batas tolakan. Awalan lari merupakan bagian yang pertama guna membangun kecepatan gerak yang diperlukan dalam lemparan. Pada awalan lari, pelempar berlari sambil membawa lembing di atas kepala dengan lengan ditekuk, siku menghadap ke depan dan telapak menghadap ke atas. Posisi lembing berada sejajar di atas garis paralel dengan tanah. Bagian terakhir awalan adalah langkah silang dengan beberapa cara, diantaranya dengan jingkat, langkah silang di depan, atau langkah silang di belakang.            Langkah silang, saat kaki kiri diturunkan, dilakukan dengan kedua bahu diputar berlahan-lahan ke arah kanan, lengan kanan mulai bergerak atau diluruskan ke arah belakang agar titik pusat gravitasi turun. Perputaran bahu dan pelurusan lengan yang membawa lembing ke arah belakang diteruskan tanpa terputus dan bergerak terus hingga melewati atas kaki kiri agar menghasilkan kecondongan tubuh bagian atas ke belakang. Perputaran kedua bahu ke kanan membuat pilinan di antara tubuh bagian atas dan bawah serta meninggalkan lembing dengan baik di belakang badan. Pandangan kedua mata selalu lurus kedepan.
           Ketika tungkai kanan mendarat dalam posisi setengah ditekuk di akhir langkah silang, tumit kanan diangkat saat lutut bergerak maju, dan kedua tungkai dibuka dengan cara melangkahkan kaki kiri selebar mungkin ke depan dan diinjakkan sedikit ke arah kiri. Kedua bahu tetap menghadap ke samping dan lembing wajib dipegang dengan baik di belakang dengan tangan yang membawa lembing tetap berada setinggi bahu. Pergelangan tangan dijaga agar tetap ditekuk dan telapak tangan menghadap atas agar ekor lembing tidak menyentuh tanah. Selama pergerakan ini lengan kiri dilipat menyilang dada.
           Ketika kaki kiri diturunkan di posisi akhir lemparan, pemutaran kedua pinggul ke depan dimulai yang ditandai dengan sebuah putaran ke dalam kaki kanan dan lutut yang dilanjutkan dengan pelurusan tungkai. Lalu bahu kiri dibuka, siku kanan diputar ke arah luar atas, dan lembing diluruskan di atas lengan dan bahu. Kaki kiri ditekan ke tanah, kemudian memutar kaki kanan ke dalam dan meluruskannya sambil lutut kanan turut diluruskan sehingga menghasilkan sebuah posisi membusur dari badan dan meregang kuat bagian otot depan.

2.4.4 Cara Melempar dan Melepaskan Lembing
           Pada saat lembing akan dilemparkan dari atas kepala, lembing dibawa ke belakang dengan tangan lurus diputar ke dalam, badan direbahkan ke belakang dengan lutut kaki kanan, lalu membengkokkan siku. Lembing dibawa secepat-cepatnya k eatas kepala, pinggul didorong ke depan dan lembing dilemparkan sekuat-kuatnya dari atas kepala ke depan sehingga tangan lurus dan dibantu dengan menolakkan kaki kanan sekuatnya dan melonjakkan badan ke depan, kemudian lembing dilepaskan pada saat lurus dan jari-jari tangan mendorong pangkal lilitan tali lembing.
           Gerakan pelepasan lembing adalah gerakan penting untuk suatu lemparan yang baik, dimana bahu, lengan atas, dan tangan bergerak berurutan. Mula-mula, bahu melempar secara aktif dibawa ke depan dan lengan pelempar diputar, sedangkan siku mendorong ke atas. Pelepasan lembing terjadi di atas kaki kiri dan pada sudut lemparan kira-kira 45º dengan  suatu gerakan seperti ketapel dari lengan bawah tangan kanan. Kaki kanan meluncur di tanah pada waktu lembing lepas terjadi pada suatu garis lurus dari pinggang ke tangan pelempar yang hanya sedikit keluar garis vertikal, sedangkan kepala dan tubuh condong ke kiri pada saat tahap pelepasan lembing. Lengan kiri ditekuk selama pelepasan lembing
           Saat melepas lembing, diperlukan keseimbangan badan agar tubuh tidak terbawa ke depan yang dapat mengakibatkan diskualifikasi. Tubuh berpusat pada satu kaki tumpuan. Setelah kaki kanan ditolakkan ke atas dan ke depan, kaki diangkat ke belakang dengan lemas, lalu badan agak miring dan condong ke depan kaki kiri dan ke belakang dengan lemas. Kemudian, tangan kanan dengan siku agak dibengkokkan berada di bawah dekat ke perut dan tangan kiri lemas ke belakang sehingga pandangan ke arah lembing sampai jatuh.

2.5. Sarana dan Prasarana Lempar Lembing
2.5.1 Lembing
           Lembing adalah sejenis tombak yang ringan dan kecil dengan ukuran panjang 2,6 – 2,7 m untuk putra dan 2,2 -2,3 m untuk putri. Berat lembing yang digunakan 800 gram untuk putra dan 600 gram untuk putri. Lembing terdiri dari tiga bagian yang berbeda, yakni kepala (mata lembing) yang terbuat dari logam ringan dan berbentuk runcing, batang (badan lembing) yang terbuat dari serat karbon atau komposit lain bahan sintetis, dan tali pegangan sepanjang 20 cm yang melilit badan lembing di titik pusat gravitasi dan tidak melibihi garis tengah badan lembing. Lilitan tali pegangan lembing harus sama tebal dan bergerigi, tanpa sabuk atau benjolan.



2.5.2 Lapangan Lempar Lembing
           Ukuran Lapangan Lempar lembing telah ditentukan secara internasional menurut standar IAAF (Federasi Atletik Amatir Internasional) atau PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia). Ketentuan lapangan lembing adalah sebagai berikut.
1.   Lintasan awal dibatasi oleh garis 5 cm dan terpisah 4 meter. Panjang lintasan minimal 30 m dan maksimal 36,5 m.
2.    Lengkung lemparan dengan lebar 7 cm dan panjang 75 cm dibuat dari kayu atau logam dan dicat berwarna putih. Lengkungan ini datar dengan tanah dan merupakan busur dari lingkaran yang berjari-jari 8 meter. Lengkungan ini diperpanjang ke arah kanan dan kiri dengan dibuat siku-siku atau tegak lurus dengan garis paralel 4 m dan dicat putih.
3.    Sudut lemparan dengan sudut 29º hingga 30º dibentuk dari dua garis yang dibuat dari titik pusat lengkung-lemparan memotong kedua ujung lengkung lemparan, dengan tebal garis sektor 5 cm.

2.6. Informasi Lain tentang Lempar Lembing
2.6.1 Hal-Hal yang Patut Diperhatikan dalam Bermain Lempar Lembing
           Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dan harus dihindari saat sedang bermain olahraga lempar lembing guna mempermudah permainan atau menghindari terdiskualifikasi. Hal-hal yang patut dilakukan adalah sebagai berikut.
1.     Memegang lembing sepanjang jalur lengan.
2.    Melebarkan langkah terakhir dan membengkokkan secara perlahan-lahan tungkai kanan.
3.     Berlari lurus selama melakukan awalan.
4.     Membawa berat badan melewati tungkai belakang.
5.     Meluruskan lengan lempar dan telapak tangan lempar dalam posisi menghadap ke atas.
6.     Melangkahkan tungkai kiri jauh ke depan.
7.   Membusungkan badan ketika dalam posisi lempar dan membawa sikut ke atas sewaktu melakukan lemparan.
           
            Sedangkan hal-hal yang harus dihindari adalah sebagai berikut.
1.      Memegang lembing dengan kepalan tangan penuh (menggenggam)
2.      Meloncat ke atas pada langkah terakhir
3.      Melakukan dua kali atau lebih langkah silang
4.      Membawa kedua bahu menghadap ke depan
5.      Pinggul ditekuk sehingga badan membungkuk ke depan
6.      Membengkokkan lengan lempar pada saat mulai melakukan lemparan
7.      Penempatan kaki depan di tanah terlalu jauh ke kiri
8.      Melempar berputar melalui samping kanan badan

            2.6.2 Perbedaan Lempar Lembing dengan Tolak Peluru dan Lempar Cakram
         Tolak peluru, lempar cakram, dan lempar lembing termasuk dalam cabang olahraga atletik. Perbedaan dari ketiga cabang olahraga tersebut terlihat jelas pada media yang digunakan dalam permainan, dimana tolak peluru menggunakan bola besi yang berat (peluru), lempar cakram menggunakan cakram, sedangkan lempar lembing menggunakan tombang yang ringan dan kecil (lembing). Selain itu, pada olahraga lempar lembing, gaya yang digunakan saat melempar lembing sudah ditentukan sehingga pemain tidak boleh menggunakan gaya lain. Dalam olahraga lempar lembing dibutuhkan kecepatan, sedangkan olahlaga lempar lainnya lebih mengutamakan kekuatan.

BAB III
PENUTUP
            3.1. Kesimpulan
          Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa lempar lembing merupakan olahraga melempar tongkat berujung runcing sejauh mungkin yang melibatkan tubuh bagian atas dan bawah, mulai dari otot, sendi, hingga sumbu dan bidang. Koordinasi dari bagian-bagian tubuh tersebut menghasilkan gerakan lempar lembing yang baik. Dalam olahraga lempar lembing, juga diperlukan penguasaan beragam teknik-teknik guna tercapainya hasil yang maksimal dan sesuai harapan (lemparan yang baik), serta terdapat beberapa peraturan yang harus dipatuhi dan hal-hal yang patut diperhatikan atau dihindari agar tidak terdiskualifikasi.

            3.2. Saran
             Olahraga lempar lembing harus diperkenalkan kepada anak didik untuk menghasilkan bibit-bibit atlet berpotensi. Saat ini, pengenalan akan olahraga lempar lembing kepada peserta didik di sekolah masih minim dikarenakan fasilitas yang kurang memadai. Oleh karena itu, pemerintah dan pihak sekolah perlu menambah fasilitas lapangan yang memadai agar peserta didik dapat mengenal sekaligus berlatih olahraga lempar lembing. Diharapkan akan muncul kader-kader baru dalam olahraga lempar lembing yang dapat mengangkat nama baik bangsa Indonesia dan membuat olahraga lempar lembing terus berkembang.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim (2011). Tolak Peluru, Lempar cakram ,dan Lempar Lembing
     Dari http://yukitamari.blogspot.co.id/2011/12/tolak-pelurulempar-cakramdan-lempar.html, 28 Juli
     2017
Musran (2013). Pengertian dan Teknik Lempar Lembing. Dari 
     http://musranaceh.blogspot.co.id/2013/01/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html, 27 Juli
     2017
Nur, Siti (2016). Ukuran Lapangan Lempar Lembing Standar Internasional
     Dari https://aturanpermainan.blogspot.co.id/2016/04/ukuran-lapangan-lempar-lembing-standar- 
     internasional.html, 28 Juli 2017
Padoe, Bayu (2013). Pengertian dan Teknik Lempar Lembing.
     Dari http://coretankuliahku.blogspot.co.id/2013/09/pengertian-dan-teknik-lempar-lembing.html,
     28 Juli 2017
Raika, Tika (2012). Contoh Makalah Olahraga : Lempar Lembing Olah Raga Atletik
     Dari http://inforingankita.blogspot.co.id/2012/03/makalah-lempar-lembing-olah-raga.html, 27 
     Juli 2017
Wibowo, Hermanto (2016). Contoh Makalah Lempar Lembing. Dari http://blog-contoh- 
     makalah.blogspot.co.id/2016/11/contoh-makalah-lempar-lembing.html, 27 Juli 2017
Share on Google Plus

About -

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Post a Comment