BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Lempar
lembing merupakan salah satu cabang olahraga atletik yang membutuhkan kecekatan
dan kekuatan dalam melempar. Media yang digunakan dalam lempar lembing ialah
lembing, yakni sejenis tombak yang ringan dan kecil. Pada awal mulanya, lempar
lembing identik dengan aktivitas berburu nenek moyang manusia, dimana lempar
lembing diadopsi dari kebiasaan kaum laki-laki pada zaman tersebut. Aktivitas
ini baru berkembang menjadi suatu olahraga ketika manusia memasuki masa
bercocok tanam dan beternak yang ditandai dengan mulai munculnya perkampungan
atau perkotaan.
Seiring
berubahnya zaman, perubahan gaya hidup pun juga terjadi. Aktivitas fisik
seperti melempar lembing sudah tidak lagi digunakan untuk berburu dan dialihkan
menjadi suatu olahraga yang dipertandingkan untuk memenuhi kebutuhan hiburan
dan prestasi. Sebagian ahli meyakini lempar lembing telah berkembang sejak
zaman Yunani Klasik, yang pada kala itu termasuk dalam olahraga yang populer.
1.2.
Rumusan Masalah
Adapun
beberapa permasalahan berdasarkan latar belakang di atas yang akan dibahas
adalah sebagai berikut :
1. Sejarah
lempar lembing
2. Pengertian
lempar lembing
3. Peraturan
dalam permainan lempar lembing
4. Teknik-teknik
dalam permainan lempar lembing
5. Media
dalam permainan lempar lembing
6. Informasi
lain seputar lempar lembing
1.3.
Tujuan
Adapun
beberapa tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas yang hendak dicapai adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui
sejarah lempar lembing
2. Mengetahui
pengertian lempar lembing
3. Mengetahui
peraturan dalam permainan lempar lembing
4. Mengetahui
teknik-teknik yang digunakan dalam permainan lempar lembing
5. Mengetahui
sarana dan prasarana yang digunakan dalam permainan lempar lembing
6. Mengetahui
informasi lain seputar lempar lembing
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Sejarah Lempar Lembing
Lempar
Lembing bermula dari aktivitas berburu nenek moyang manusia. Sebagaimana
olahraga atletik lainnya, lempar lembing diadopsi dari kebiasaan para kaum
laki-laki pada zaman tersebut. Aktivitas ini baru berkembang menjadi suatu
olahraga ketika manusia memasuki masa bercocok tanam dan beternak, meninggalkan
masa nomaden yang kental dengan aktivitas berburu. Manusia mulai menetap dengan
membangun perkampungan atau perkotaan.
Seiring
berkembangnnya zaman, perubahan gaya hidup pun juga terjadi. Salah satunya
adalah aktivitas fisik seperti melempar lembing yang sudah tidak digunakan lagi
sebagai aktivitas berburu. Lempar lembing berubah menjadi suatu olahraga yang
dipertandingkan dari yang sebelumnya untuk memperoleh makanan (dengan cara
berburu) menjadi pemenuhan akan hiburan dan prestasi.
Hingga
sekarang belum dapat ditemukan catatan sejarah yang otentik mengenai lempar
lembing, namun sebagian ahli meyakini lempar lembing telah berkembang sejak
zaman Yunani klasik, yang pada kala itu termasuk salah satu olahraga yang tergolong
populer, tak kalah dengan olahraga jenis atletik lainnya, seperti lari, lompat,
dan lempar cakram. Olahraga lainnya yang bernuansa militer pun juga sama
populernya, seperti gulat, tinju, memanah, dan balap kereta. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kebudayaan militer Yunani juga turut berpengaruh pada
perkembangan olahraga bangsa Yunani.
Peradaban
Yunani klasik merupakan tempat lahirnya olahraga atletik saat ini, dimana
pertandingan olimpiade pada zaman modern meniru olimpiade yang pertama kali
digagas oleh bangsa Yunani, termasuk masa dilangsungkannya, yakni tiap empat
tahun sekali. Olimpiade pada masa Yunani klasik merupakan perayaan akbar bangsa
Yunani yang tak hanya berisikan pertandingan olahraga, tetapi juga menjadi
tempat diselenggarakannya berbagai acara seni dan budaya. Acara tersebut
merupakan ekspresi masyarakat Yunani untuk bersyukur dan menyembah para dewa
kepercayaannya. Nama olimpiade sendiri diambil dari Gunung Olympus, tempat
hidupnya para dewa mereka, sehingga olimpiade memiliki nilai sakral. Karena hal
tersebut, perayaan berlangsung damai sehingga para atlet yang bertanding dapat
berkompetisi dalam suasana saling menghargai.
Selain
dalam peradaban Yunani klasik, lempar lembing juga tercatat dilakukan di
beberapa peradaban klasik lainnya, seperti peradaban Cina dan Mesir klasik,
namun tidak sepopuler seperti di Yunani. Olahraga yang populer dalam peradaban
Cina klasik adalah senam atau akrobat; sedangkan dalam peradaban Mesir klasik
adalah renang dan memancing karena sungai Nil adalah pusat peradaban bangsa
Mesir, sehingga menjadikan kedua olahraga tersebut lebih sering dilakukan oleh
mereka, termasuk untuk dipertandingkan.
Berdasarkan
hal-hal sebelumnya, cukup tepat jika banyak ahli lebih memilih peradaban Yunani
klasik sebagai awal mulanya olahraga lempar lembing, mengingat ciri geografis
daerahnya dan tradisi masyarakat pada peradaban tersebut, misalnya aktivitas
berburu leluhur manusia pada zaman purba.
2.2.
Pengertian Lempar Lembing
Secara
harfiah, lempar lembing berasal dari dua kata, yakni lempar dan lembing. Lempar
berarti usaha membuang sejauh mungkin dan lembing artinya tongkat berujung
runcing, maka jika digabungkan lempar lembing berarti membuang tongkat berujung
runcing sejauh mungkin. Lempar lembing adalah olahraga atletik berjenis lintasan
dan lapangan. Pada olahraga ini, atlet lempar lembing harus berlari pada
lintasan untuk ancang-ancang, lalu atlet melemparkan lembing pada wilayah atau
lapangan yang ukurannya sudah ditentukan. Ketentuan lintasan lempar lembing
diatur oleh Federasi Atletik Amatir Internasional (IAAF).
Olahraga
lempar lembing membutuhkan kecepatan, sedangkan olahlaga lempar lainnya lebih
mengutamakan kekuatan. Oleh karena itu, lempar lembing memiliki hubungan yang
cukup erat dengan olahraga sprint. Lempar lembing dapat dilakukan oleh laki-laki
maupun perempuan. Lempar lembing juga merupakan salah satu bentuk olahraga dari
banyak bentuk kompetisi yang dipertandingkan di berbagai peradaban kuno yang melibatkan
aktivitas melempar. Lempar lembing juga termasuk salah satu bagian yang
membentuk olimpiade kuno, termasuk olimpiade modern pada tahun 1896. Lempar
lembing juga termasuk dalam bagian dari acara dua tahunan Atletik Dunia
kejuaraan atletik dimana berbagai daerah bertemu untuk berkompetisi dan juga
bagian dari National Collegiate Athletic Association (NCAA) tahunan kejuaraan
trek dan lapangan.
2.3.
Peraturan Lempar Lembing
2.3.1
Ketentuan Umum
Ketentuan
umum mengenai olahraga lembing adalah sebagai berikut.
1. Lembing
harus dipegang pada tempat pegangan yang sudah ditentukan.
2. Lemparan
sah bila lembing menancap atau menggores tanah.
3. Lemparan
tidak sah bila sewaktu melempar, lembing menyentuh tanah di depan lengkung
lemparan.
2.3.2
Persyaratan Lemparan yang Sah
Lemparan
yang terhitung sah dalam olahraga lempar lembing ialah lemparan yang memenuhi
persyaratan sebagai berikut.
1. Lembing
harus dipegang pada bagian pegangannya, dan harus dilempar lewat atas bahu atau
bagian teratas dari lengan si pelempar, serta harus tidak dilempar secara membandul.
2. Lemparan
dianggap tidak sah apabila mata lembing tidak menggores tanah sebelum bagian
lembing lainnya.
3. Pelempar
pada waktu membuat awalan lempar tidak boleh memotong salah satu garis atau
jalur paralel.
4. Lemparan
dianggap tidak sah apabila si pelempar menyentuh dengan bagian tubuhnya atau
anggota badan garis lempar, atau garis perpanjangan (garis lempar) yang
siku-siku terhadap garis paralel, atau menyentuh tanah di depan garis lempar
dan garis-garis itu semua.
5. Sesudah
membuat gerakan awalan lempar hingga lembingnya dilepaskan dan mengudara, pelempar
tidak diperbolehkan memutar tubuhnya penuh sehingga punggungnya membelakangi
sektor lemparan.
6. Pelempar
tidak boleh meninggalkan jalur lari awalan sebelum lembing yang dilemparkan
jatuh ke tanah.
7. Penilaian
dalam lempar lembing dilakukan dengan menggunakan bendera putih untuk
menandakan bahwa lemparan yang dilakukan benar, serta bendera merah untuk
menandakan bahwa lemparan yang dilakukan salah. Suatu lemparan diukur dari
tanda yang terdekat dengan kepala lembing sampai ke bagian dalam ujung
lingkaran, lalu mengukur antara tanda tersebut. Cara memegang lembing dan
pendaratan atau jatuhnya lembing juga turut mempengaruhi penilaian.
2.4.
Teknik Lempar Lembing
Tujuan utama
dari lempar lembing ialah melempar lembing sejauh mungkin dimana teknik yang
digunakan dipertimbangkan berbagai faktor fisik (aerodinamis), termasuk efek
angin, sudut dimana objek dilepaskan, ketinggian dimana objek dilepaskan, dan
kecepatan objek pada saat dilepas. Dalam olahraga lempar lembing terdapat
beberapa teknik yang harus diperhatikan, diantaranya mengenai cara memegang
lembing, cara membawa lembing, gaya melempar, dan sikap ketika melempar
lembing.
2.4.1
Cara Memegang Lembing
Untuk
memegang lembing, terdapat ketentuan khusus yang perlu diperhatikan. Cara
memegang lembing yang baik dan efektif merupakan salah satu kunci penentu hasil
lemparan. Jika ditinjau dari struktur lembing, maka akan terlihat lilitan tali
pada lembing sebagai tempat pegangan yang dianjurkan, karena terdapat titik
berat lembing yang diprediksikan paling efektif untuk memegang lembing. Cara
memegang lembing dapat dibagi mejadi tiga macam sebagai berikut.
1. Cara
Finlandia
Pertama, lembing diletakkan pada
telapak tangan dengan ujung atau mata lembing serong hampir menuju ke arah
badan. Kemudian, jari tengah memegang tepian atau pangkal ujung dari tali
bagian belakang, dilingkarkan, serta dibantu dengan ibu jari yang diletakkan
pada tepi belakang dari pegangan dan pada badan lembing. Jari telunjuk harus
lemas ke belakang membantu menahan badan lembing, sedangkan jari-jari yang
lainnya turut memegang lilitan pegangan di atasnya dalam keadaan lemas. Dengan
cara Finlandia, jari tengah dan ibu jarilah yang memegang peranan penting untuk
mendorong tali pegangan pada saat melempar, namun cara ini sudah jarang dipakai
karena dianggap tidak menguntungkan.
2. Cara
Amerika
Pertama, lembing diletakkan pada
telapak tangan dengan ujung atau mata lembing serong hampir menuju ke arah
badan. Kemudian, jari telunjuk memegang tepian atau pangkal dari ujung tali
bagian belakang lembing, dibantu dengan ibu jari diletakkan pada tepi belakang
dari pegangan dan pada badan lembing, serta dalam keadaan lurus. Sedangkan
ketiga jari lainnya, berimpit dan renggang dengan jari telunjuk turut membantu
dan menutupi lilitan tali lembing. Dengan cara Amerika, jari telunjuk dan ibu
jari memegang peranan mendorong tali pegangan lembing pada saat melempar.
3. Cara
Menjepit
Caranya dengan menjepitkan lembing
di antara dua jari tengah dan jari telunjuk, sedangkan jari jari lainnya memegang
biasa.
2.4.2
Cara Membawa Lembing
Sebenarnya,
cara apapun dapat dilakukan untuk membawa lembing, asalkan tidak mengganggu
kecepatan berlari. Cara yang sering dilakukan adalah lembing berada di atas
pundak maupun bahu dengan posisi mata lembing serong ke atas atau bawah agar
otot-otot sekitar bahu dan tangan terasa rileks. Cara lainnya adalah membawa
lembing dengan posisi lembing di samping badan, tangan lurus ke belakang
sehingga tidak mendapat kesulitan untuk mengambil sikap-sikap selanjutnya, namun
akan sedikit mendapat hambatan untuk mendapatkan kecepatan awalan yang optimal.
Ada juga yang membawa lembing di bawah dengan lengan kanan lurus ke bawah, mata
lembing menuju serong ke atas, dan ekornya menuju serong ke bawah hampir mendekati
tanah.
2.4.3
Cara Awalan Lempar Lembing
Awalan
adalah gerakan permulaan dalam olahraga lempar lembing. Awalan dilakukan dengan
cara langkah dan lari menuju ke batas tolakan. Awalan lari merupakan bagian
yang pertama guna membangun kecepatan gerak yang diperlukan dalam lemparan. Pada
awalan lari, pelempar berlari sambil membawa lembing di atas kepala dengan
lengan ditekuk, siku menghadap ke depan dan telapak menghadap ke atas. Posisi
lembing berada sejajar di atas garis paralel dengan tanah. Bagian terakhir
awalan adalah langkah silang dengan beberapa cara, diantaranya dengan jingkat,
langkah silang di depan, atau langkah silang di belakang. Langkah silang, saat kaki kiri
diturunkan, dilakukan dengan kedua bahu diputar berlahan-lahan ke arah kanan,
lengan kanan mulai bergerak atau diluruskan ke arah belakang agar titik pusat
gravitasi turun. Perputaran bahu dan pelurusan lengan yang membawa lembing ke
arah belakang diteruskan tanpa terputus dan bergerak terus hingga melewati atas
kaki kiri agar menghasilkan kecondongan tubuh bagian atas ke belakang.
Perputaran kedua bahu ke kanan membuat pilinan di antara tubuh bagian atas dan bawah
serta meninggalkan lembing dengan baik di belakang badan. Pandangan kedua mata
selalu lurus kedepan.
Ketika
tungkai kanan mendarat dalam posisi setengah ditekuk di akhir langkah silang, tumit
kanan diangkat saat lutut bergerak maju, dan kedua tungkai dibuka dengan cara
melangkahkan kaki kiri selebar mungkin ke depan dan diinjakkan sedikit ke arah
kiri. Kedua bahu tetap menghadap ke samping dan lembing wajib dipegang dengan
baik di belakang dengan tangan yang membawa lembing tetap berada setinggi bahu.
Pergelangan tangan dijaga agar tetap ditekuk dan telapak tangan menghadap atas
agar ekor lembing tidak menyentuh tanah. Selama pergerakan ini lengan kiri
dilipat menyilang dada.
Ketika kaki kiri diturunkan
di posisi akhir lemparan, pemutaran kedua pinggul ke depan dimulai yang
ditandai dengan sebuah putaran ke dalam kaki kanan dan lutut yang dilanjutkan dengan
pelurusan tungkai. Lalu bahu kiri dibuka, siku kanan diputar ke arah luar atas,
dan lembing diluruskan di atas lengan dan bahu. Kaki kiri ditekan ke tanah,
kemudian memutar kaki kanan ke dalam dan meluruskannya sambil lutut kanan turut
diluruskan sehingga menghasilkan sebuah posisi membusur dari badan dan meregang
kuat bagian otot depan.
2.4.4
Cara Melempar dan Melepaskan Lembing
Pada
saat lembing akan dilemparkan dari atas kepala, lembing dibawa ke belakang
dengan tangan lurus diputar ke dalam, badan direbahkan ke belakang dengan lutut
kaki kanan, lalu membengkokkan siku. Lembing dibawa secepat-cepatnya k eatas
kepala, pinggul didorong ke depan dan lembing dilemparkan sekuat-kuatnya dari
atas kepala ke depan sehingga tangan lurus dan dibantu dengan menolakkan kaki
kanan sekuatnya dan melonjakkan badan ke depan, kemudian lembing dilepaskan
pada saat lurus dan jari-jari tangan mendorong pangkal lilitan tali lembing.
Gerakan
pelepasan lembing adalah gerakan penting untuk suatu lemparan yang baik, dimana
bahu, lengan atas, dan tangan bergerak berurutan. Mula-mula, bahu melempar secara
aktif dibawa ke depan dan lengan pelempar diputar, sedangkan siku mendorong ke
atas. Pelepasan lembing terjadi di atas kaki kiri dan pada sudut lemparan
kira-kira 45º dengan suatu gerakan
seperti ketapel dari lengan bawah tangan kanan. Kaki kanan meluncur di tanah
pada waktu lembing lepas terjadi pada suatu garis lurus dari pinggang ke tangan
pelempar yang hanya sedikit keluar garis vertikal, sedangkan kepala dan tubuh
condong ke kiri pada saat tahap pelepasan lembing. Lengan kiri ditekuk selama
pelepasan lembing
Saat
melepas lembing, diperlukan keseimbangan badan agar tubuh tidak terbawa ke depan
yang dapat mengakibatkan diskualifikasi. Tubuh berpusat pada satu kaki tumpuan.
Setelah kaki kanan ditolakkan ke atas dan ke depan, kaki diangkat ke belakang dengan
lemas, lalu badan agak miring dan condong ke depan kaki kiri dan ke belakang dengan
lemas. Kemudian, tangan kanan dengan siku agak dibengkokkan berada di bawah
dekat ke perut dan tangan kiri lemas ke belakang sehingga pandangan ke arah lembing
sampai jatuh.
2.5.
Sarana dan Prasarana Lempar Lembing
2.5.1
Lembing
Lembing
adalah sejenis tombak yang ringan dan kecil dengan ukuran panjang 2,6 – 2,7 m
untuk putra dan 2,2 -2,3 m untuk putri. Berat lembing yang digunakan 800 gram
untuk putra dan 600 gram untuk putri. Lembing terdiri dari tiga bagian yang
berbeda, yakni kepala (mata lembing) yang terbuat dari logam ringan dan berbentuk
runcing, batang (badan lembing) yang terbuat dari serat karbon atau komposit
lain bahan sintetis, dan tali pegangan sepanjang 20 cm yang melilit badan
lembing di titik pusat gravitasi dan tidak melibihi garis tengah badan lembing.
Lilitan tali pegangan lembing harus sama tebal dan bergerigi, tanpa sabuk atau
benjolan.
2.5.2
Lapangan Lempar Lembing
Ukuran
Lapangan Lempar lembing telah ditentukan secara internasional menurut standar IAAF
(Federasi Atletik Amatir Internasional) atau PASI (Persatuan Atletik Seluruh
Indonesia). Ketentuan lapangan lembing adalah sebagai berikut.
1. Lintasan
awal dibatasi oleh garis 5 cm dan terpisah 4 meter. Panjang lintasan minimal 30
m dan maksimal 36,5 m.
2. Lengkung
lemparan dengan lebar 7 cm dan panjang 75 cm dibuat dari kayu atau logam dan
dicat berwarna putih. Lengkungan ini datar dengan tanah dan merupakan busur
dari lingkaran yang berjari-jari 8 meter. Lengkungan ini diperpanjang ke arah
kanan dan kiri dengan dibuat siku-siku atau tegak lurus dengan garis paralel 4
m dan dicat putih.
3. Sudut
lemparan dengan sudut 29º hingga 30º dibentuk dari dua garis yang dibuat dari
titik pusat lengkung-lemparan memotong kedua ujung lengkung lemparan, dengan
tebal garis sektor 5 cm.
2.6.
Informasi Lain tentang Lempar Lembing
2.6.1
Hal-Hal yang Patut Diperhatikan dalam Bermain Lempar Lembing
Ada
beberapa hal yang dapat dilakukan dan harus dihindari saat sedang bermain
olahraga lempar lembing guna mempermudah permainan atau menghindari
terdiskualifikasi. Hal-hal yang patut dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Memegang
lembing sepanjang jalur lengan.
2. Melebarkan
langkah terakhir dan membengkokkan secara perlahan-lahan tungkai kanan.
3. Berlari
lurus selama melakukan awalan.
4. Membawa
berat badan melewati tungkai belakang.
5. Meluruskan
lengan lempar dan telapak tangan lempar dalam posisi menghadap ke atas.
6. Melangkahkan
tungkai kiri jauh ke depan.
7. Membusungkan
badan ketika dalam posisi lempar dan membawa sikut ke atas sewaktu melakukan
lemparan.
Sedangkan
hal-hal yang harus dihindari adalah sebagai berikut.
1. Memegang
lembing dengan kepalan tangan penuh (menggenggam)
2. Meloncat
ke atas pada langkah terakhir
3. Melakukan
dua kali atau lebih langkah silang
4. Membawa
kedua bahu menghadap ke depan
5. Pinggul
ditekuk sehingga badan membungkuk ke depan
6. Membengkokkan
lengan lempar pada saat mulai melakukan lemparan
7. Penempatan
kaki depan di tanah terlalu jauh ke kiri
8. Melempar
berputar melalui samping kanan badan
2.6.2 Perbedaan Lempar Lembing
dengan Tolak Peluru dan Lempar Cakram
Tolak peluru, lempar
cakram, dan lempar lembing termasuk dalam cabang olahraga atletik. Perbedaan
dari ketiga cabang olahraga tersebut terlihat jelas pada media yang digunakan
dalam permainan, dimana tolak peluru menggunakan bola besi yang berat (peluru),
lempar cakram menggunakan cakram, sedangkan lempar lembing menggunakan tombang
yang ringan dan kecil (lembing). Selain itu, pada olahraga lempar lembing, gaya
yang digunakan saat melempar lembing sudah ditentukan sehingga pemain tidak
boleh menggunakan gaya lain. Dalam olahraga lempar lembing dibutuhkan kecepatan,
sedangkan olahlaga lempar lainnya lebih mengutamakan kekuatan.
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa lempar lembing merupakan olahraga melempar tongkat berujung
runcing sejauh mungkin yang melibatkan tubuh bagian atas dan bawah, mulai dari
otot, sendi, hingga sumbu dan bidang. Koordinasi dari bagian-bagian tubuh
tersebut menghasilkan gerakan lempar lembing yang baik. Dalam olahraga lempar
lembing, juga diperlukan penguasaan beragam teknik-teknik guna tercapainya
hasil yang maksimal dan sesuai harapan (lemparan yang baik), serta terdapat
beberapa peraturan yang harus dipatuhi dan hal-hal yang patut diperhatikan atau
dihindari agar tidak terdiskualifikasi.
3.2. Saran
Olahraga lempar lembing harus
diperkenalkan kepada anak didik untuk menghasilkan bibit-bibit atlet
berpotensi. Saat ini, pengenalan akan olahraga lempar lembing kepada peserta
didik di sekolah masih minim dikarenakan fasilitas yang kurang memadai. Oleh
karena itu, pemerintah dan pihak sekolah perlu menambah fasilitas lapangan yang
memadai agar peserta didik dapat mengenal sekaligus berlatih olahraga lempar
lembing. Diharapkan akan muncul kader-kader baru dalam olahraga lempar lembing
yang dapat mengangkat nama baik bangsa Indonesia dan membuat olahraga lempar
lembing terus berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (2011). Tolak Peluru, Lempar cakram ,dan Lempar Lembing.
Dari http://yukitamari.blogspot.co.id/2011/12/tolak-pelurulempar-cakramdan-lempar.html,
28 Juli
2017
Musran (2013). Pengertian dan Teknik Lempar Lembing. Dari
http://musranaceh.blogspot.co.id/2013/01/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html,
27 Juli
2017
Nur, Siti (2016). Ukuran Lapangan Lempar Lembing Standar
Internasional.
Dari https://aturanpermainan.blogspot.co.id/2016/04/ukuran-lapangan-lempar-lembing-standar-
internasional.html, 28 Juli 2017
Padoe, Bayu (2013). Pengertian dan Teknik Lempar Lembing.
Dari http://coretankuliahku.blogspot.co.id/2013/09/pengertian-dan-teknik-lempar-lembing.html,
28 Juli 2017
Raika, Tika (2012). Contoh Makalah Olahraga : Lempar Lembing
Olah Raga Atletik.
Dari http://inforingankita.blogspot.co.id/2012/03/makalah-lempar-lembing-olah-raga.html,
27
Juli 2017
Wibowo, Hermanto (2016). Contoh Makalah Lempar Lembing. Dari http://blog-contoh-
makalah.blogspot.co.id/2016/11/contoh-makalah-lempar-lembing.html,
27 Juli 2017
0 komentar:
Post a Comment