BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kegiatan kunjungan adalah salah satu kegiatan
sekolah yang diadakan tahunan. Kegiatan ini bersifat wajib bagi semua murid dan umumnya mengunjungi tempat-tempat yang berada di luar kota Surabaya. Tujuan dari diadakannya kegiatan ini adalah sebagai sarana bagi siswa-siswi
untuk belajar bersosialisasi dalam masyarakat secara langsung. Di samping itu, kegiatan ini juga sangat berperan dalam membentuk pola pikir dan semangat pelajar untuk
mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh di sekolah, sehingga diharapkan
siswa-siswi dapat membagikan ilmu yang telah diperoleh kepada masyarakat dan
memiliki rasa kepedulian terhadap sesama.
Pada tanggal 18-20 April 2018, diadakan kegiatan kunjungan ke warga yang tinggal di Pesanggrahan, Batu, Batu-Malang. Diharapkan
melalui diadakannya kegiatan kunjungan ke rumah warga,
siswa-siswi mendapat wawasan baru terkait perbedaan budaya dan
pola hidup dalam berbagai komunitas masyarakat yang berguna di kemudian hari yang mereka peroleh dari hasil pembelajaran
selama kunjungan berlangsung. Selain itu, kegiatan ini juga dapat menjalin
hubungan yang saling menguntungkan, baik bagi pihak sekolah maupun pihak warga Desa Pesanggrahan, Batu.
1.2 Tujuan
Tujuan dari diadakannya kegiatan kunjungan ke warga Pesanggrahan adalah
sebagai berikut :
1. Memenuhi beberapa tugas yang diberikan
pihak sekolah untuk berbagai mata pelajaran, yakni
biologi, sosiologi,
ekonometri, dan bahasa Indonesia.
2. Mengetahui pola hidup dan budaya yang
diterapkan oleh warga Pesanggrahan, khususnya keluarga
Ibu Masfufah.
3. Menambah wawasan siswa-siswi seputar
pembuatan ketan dan
pengolahan susu kambing etawa.
1.3 Manfaat
Manfaat yang didapat siswa-siswi
dari kegiatan kunjungan ke warga Pesanggrahan adalah sebagai berikut :
1. Mendapat pengetahuan seputar cara
pembuatan ketan bubuk dan
produk olahan susu kambing
etawa dari
awal (pengolahan bahan baku) hingga akhir (siap dijual).
2. Mendapat wawasan tentang disiplin ilmu
biologi dan ekonometri yang diterapkan oleh warga Desa
Pesanggrahan.
BAB
II
ISI
2.1 Jenis
Kegiatan
Kunjungan
siswa-siswi ke
rumah warga Pesanggrahan dan
peternakan kambing etawa termasuk ke dalam jenis kegiatan
kunjungan lapangan. Siswa-siswi dapat melihat secara langsung di lapangan
terkait keseharian yang
dilakukan oleh warga Pesanggrahan, khususnya pengolahan ketan menjadi olahan ketan bubuk, serta pengolahan susu kambing etawa menjadi es
krim dan kefir. Selain itu, siswa-siswi juga dapat mengamati
proses pembuatan produk dari awal hingga akhir di rumah warga Pesanggrahan dan mengaitkan
aspek teori yang didapatkan selama pembelajaran di sekolah dengan kondisi
secara riil yang terjadi di lingkungan
warga Pesanggrahan. Melalui kegiatan kunjungan lapangan,
diharapkan siswa-siswi tidak hanya menyerap teori secara mentah saja, namun
juga dapat menganalisanya dengan baik sesuai kondisi yang terjadi di lingkungan
masyarakat.
2.2.
Hasil Kegiatan
2.2.1.
Kunjungan di Rumah Ibu Masfufah
2.2.1.1. Profil
Singkat Keluarga Ibu Masfufah
Keluarga Ibu Masfufah beranggotakan tujuh orang dengan
lima orang anak. Suami Ibu Masfufah bekerja sebagai penjaga kebun, sedangkan
Ibu Masfufah membantu suami dengan berjualan ketan bubuk dan toko barang
kebutuhan kelontong, serta menjaga lahan yang ia pergunakan sebagai tempat
parkir motor berbayar. Empat tahun yang lalu, ia mulai berjualan ketan bubuk
karena, pada saat itu, ia mengandung anaknya yang kelima sembari bekerja
sebagai juru masak di Villa Holanda. Ia ingin bekerja sendiri di rumah karena
ketika ia lelah ia dapat berhenti untuk beristirahat kapan pun sehingga Ibu
Masfufah memutuskan untuk membuka pos ketan di rumahnya.
2.2.1.2. Kegiatan yang Dilakukan selama
Kunjungan
Pada saat kelompok kami mengunjungi tempat tinggal Ibu
Masfufah, pertama-tama kami membantu mengupas kelapa dan memarutnya. Setelah
itu, kami juga membantu memotong kertas minyak menjadi dua bagian yang sama
besar agar sesuai dengan porsi ketan yang diberikan. Semua hal tersebut dilakukan
sembari menunggu ketan matang. Setelah ketan matang, kami menakar porsi-porsi
ketan bubuk ke dalam kertas minyak yang dibentuk menjadi kerucut dan melipatnya
agar ketan tidak tumpah. Berikutnya, kami meletakkan semua ketan yang telah
dibungkus ke dalam keranjang dan berkeliling sekitar desa Pesanggrahan sambil
berteriak “ketan” dan menemui beberapa warga untuk menjualkan produk ketan
milik Ibu Masfufah. Kami berhasil menjual ketan sebanyak 26 bungkus dari 27
bungkus yang kami buat dan Ibu Masfufah merasa sangat senang karena telah
dibantu berjualan oleh kami.
2.2.1.3. Proses Produksi Produk Olahan
Ketan
Cara membuat produk olahan ketan sangatlah praktis dan
sederhana. Untuk membuat ketan bubuk, pertama-tama ketan dicuci hingga bersih
dan direndam semalaman untuk menghasilkan tekstur ketan yang kenyal dan lembut
sehingga saat temperaturnya menurun ketan tidak mengeras. Pada pagi harinya,
ketan tersebut dikukus menggunakan dandang. Selagi menunggu ketan matang,
dibuat bubuk sebagai penunjang rasa
ketan dengan cara kedelai disangrai dengan daun jeruk yang dibuang batang
daunnya, ditumbuk, dan dicampur dengan gula dan garam. Selanjutnya, kelapa
dikupas, dicuci, dan diparut sebagai penambah rasa gurih ketan. Setelah ketan
matang, ketan dimasukan ke dalam pincuk yang terbuat dari kertas minyak beserta
dengan bubuk dan kelapanya sebanyak 1 sendok makan. Kemudian, kertas minyak
dilipat dengan rapi agar ketan tidak tumpah dan dijual seharga Rp. 4.000 per
bungkusnya.
Penulisan
sistematis penentuan Harga Pokok Produksi (HPP) Ibu Masfufah adalah sebagai
berikut.
Diketahui :
Laba / 2 kg
: Rp 40.000
2 kg = 1
dandang = kurang lebih 13 bungkus per masak.
Sekali
masak = 1 dandang, 2 kg
Asumsi
masak 4x
8 kg / hari
= kurang lebih 60 bungkus*
*: Karena
tidak terdapat takaran atau ukuran yang akurat pada setiap porsi.
60 bungkus
x Rp 4.000 = Rp 240.000
Laba/2 kg x
4 = Rp 160.000
Rp 240.000
– Rp 160.000 = Rp 80.000
Rp 80.000 =
harga produksi 60 bungkus
Rp 80.000 :
60 = Rp 1.500 (modal per bungkus)
Harga jual
= Rp 4.000
Rp 4.000 –
Rp 1.500 = Rp 2.500 (laba per bungkus)
2.2.1.4. Proses Distribusi dan Pemasaran
Produk Olahan Ketan
Ibu Masfufah tidak berkeliling untuk menjual produknya
mengingat ia juga harus menjaga anaknya yang masih kecil, toko barang kebutuhan
sehari-hari, serta tempat parkir yang ia sewakan untuk pengendara roda dua yang
ingin mendaki gunung karena warga Desa Pesanggrahan melarang kendaraan roda dua
bertransmisi otomatis untuk naik terlalu jauh untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan. Ibu Masfufah hanya mengandalkan pelanggan-pelanggan setianya untuk
membeli ketan yang ia buat. Untuk menarik pelanggan lain, ia meletakkan plang
yang bertuliskan “Pos Ketan Cempaka 70” di depan rumahnya.
2.2.1.5. Kode Etik, Nilai-Nilai, dan
Tradisi yang Dipelajari
Ibu Masfufah selalu menjaga kebersihan dari produk
ketan yang ia buat. Ia juga tidak pernah mengurangi porsi produknya. Ia akan
menambahkan ketan jika ia rasa porsinya kurang meskipun harga yang ditetapkan
sama, yakni Rp. 4000. Hal ini tentu mengkhawatirkan bagi kami karena kami
merasa cemas jika Bu Masfufah tidak mendapatkan laba yang memadai untuk
menghidupi 7 orang anggota keluarga. Ibu Masfufah telah berkecimpung dalam
bisnis pembuatan ketan bubuk selama 4 tahun, sehingga dapat dikatakan beliau sudah
berpengalaman dalam bidangnya. Dengan begitu, beliau selalu berusaha untuk
menjaga kualitas dan sanitasi produk yang dibuat. Beliau termasuk seorang narasumber
yang inspiratif secara tidak langsung karena beliau mengajarkan kami beberapa
nilai-nilai positif. Kami meneladani sikapnya yang selalu berusaha bekerja
keras dan mencari solusi alternatif saat menghadapi kendala. Tidak hanya itu,
kami juga mempelajari nilai untuk selalu pantang menyerah dan bekerja keras
tanpa pamrih dalam setiap hal yang kita kerjakan. Saat kita bekerja keras,
hasil akhir tidak akan membohongi proses yang telah dilewati. Beliau juga
sempat menjelaskan tradisi yang pernah ada di kalangan masyarakat suku Jawa.
Beberapa puluh tahun yang lalu, saat masyarakat mengalami peristiwa yang
membanggakan, misalnya membuka bisnis, pihak yang hendak membuka bisnis
mengajak tetangga di sekitarnya untuk makan bersama. Menu yang disajikan
berbahan dasar ketan dengan filosofi bahwa ketan yang lengket melambangkan
hubungan antar masyarakat yang juga lengket.
2.2.1.6. Kendala selama Kunjungan
Selama
kunjungan berlangsung, kami menghadapi beberapa kendala. Kendala pertama yang kami alami adalah kesulitan saat mengupas
kulit kelapa dengan pisau sehingga ada salah satu anggota kelompok kami yang
tangannya terluka, dan pada saat memarut kelapa ada 3 orang yang tangannya
tergores parutan. Hal tersebut tidak mematahkan semangat kami dalam membantu
Ibu Masfufah dan kami tetap melakukan tugas kami sepenuh hati dengan tangan
yang sudah diobati. Kendala yang kedua adalah ketika hari menjelang siang kami
kesulitan untuk mencari pembeli karena ketan cenderung menjadi sarapan pagi bagi
penduduk Desa Pesaggrahan. Walaupun begitu, kami tetap berusaha menjual ketan
sampai ke tempat yang jauh dan akhirnya hanya tersisa 1 porsi ketan. Kendala
yang terakhir yang kami hadapi adalah ada beberapa anggota kami yang kelelahan
sehingga memutuskan untuk memesan taksi online
untuk kembali ke tempat tinggal Ibu Masfufah sehingga mereka dinasehati oleh
guru pendamping dan menulis refleksi diri terkait hal tersebut.
2.2.2. Kunjungan di Peternakan Kambing Etawa
2.2.2.1.
Profil Usaha Bapak Rozikin
Pak Rozikin sudah mulai berternak kambing sejak tahun 2004,
namun pada kala itu masih menggunakan kambing lokal dengan teknologi
tradisional dan baru mulai difokuskan untuk beternak kambing etawa yang berasal
dari India pada tahun 2012. Terdapat 4 bidang usaha yang dilakukan oleh Pak Rozikin,
yakni penjualan bibit, penjualan susu dari kambing etawa, penjualan daging kambing
etawa, dan juga kontes kambing. Kambing etawa memiliki harga yang lebih mahal
dibandingkan dengan jenis kambing lainnya karena jumlahnya yang langka. Kambing
etawa memiliki telinga, bentuk muka, dan corak warna yang berbeda dari kambing
lainnya yang membuatnya menjadi seni yang mahal. Pada awalnya, Presiden
Soekarno membawa kambing Jamnapari
ras dari Etawah, India, ke Indonesia untuk disilangkan dengan kambing lokal
Lumajang. Hasil persilangan inilah yang disebut dengan kambing etawa Ras Senduro. Kambing ini dikenal sebagai
penghasil susu kambing dari segala jenis kambing etawa yang ada. Manfaat susu kambing
ini pun bermacam-macam, seperti mencegah osteoporosis karena mengandung kalsium
yang tinggi, juga sangat baik untuk mengatasi sakit maag dan asma.
2.2.2.2. Proses
Produksi Produk Olahan Susu
Kambing Etawa
Pemerahan susu kambing
etawa dilakukan saat kambing betina tidak sedang mengandung dan diperah pada
pagi hari dan sore hari yang menghasilkan 1 sampai 1,5 liter susu per harinya. Susu kambing etawa dapat diolah menjadi berbagai
macam produk pangan, diantaranya adalah es krim dan kefir. Untuk membuat es krim
diperlukan sebanyak setengah liter susu kambing etawa dimana 1 liter susu bisa
menghasilkan sebanyak 100 cup es krim. Caranya adalah pertama, susu sebanyak
setengah liter, garam setengah sendok teh, dan gula sebanyak 190gr dituang ke
dalam wadah. Kemudian, ditambahkan air dan tepung yang sudah tercampur ke dalam
campuran susu, gula, dan garam. Lalu, dipanaskan adonan hingga mendidih dan
hasil adonan tadi ditunggu semalaman agar hasilnya lebih kental. Keesokan
harinya, diberi sedikit CMC (Carboxymethyl
cellulose) untuk mengentalkan adonan
dan juga diberi 1 sendok teh quick
agar adonan dapat mengembang. Penyampuran CMC harus dilakukan dengan air
terlebih dahulu baru dicampur dengan adonan agar CMC bisa larut di dalam air.
Setelah semua tercampur, adonan dimixer selama 15-20 menit (untuk hasil lebih
halus bisa dimasukkan kedalam freezer selama setengah jam lalu dimixer kedua
kalinya selama 15-20 menit). Setelah hasilnya halus, diberi tambahan perasa.
Perasa yang digunakan bermacam-macam, seperti moka, cokelat, dan leci. Selanjutnya,
adonan dimasukkan ke dalam cup dan disimpan dalam freezer hingga siap dikonsumsi. Harga 1 cup es krim yang dijual
sebesar Rp. 1.500.
Sedangkan untuk pembuatan kefir diperlukan grain kefir yang diperkirakan berharga Rp. 250.000 per 100 gram.
Pertama-tama, 1 liter susu diberikan 50 gram grain kefir ke dalamnya
dan diaduk hingga perlahan agar grain
kefir tidak mati. Selanjutnya, susu
tersebut disimpan ke dalam kotak styrofoam
agar suhunya stabil, yakni pada suhu 27 derajat celcius hingga 30 derajat
celcius selama 48 jam. Berikutnya, susu dikeluarkan dan disaring dengan
menggunakan penyaring dan diaduk perlahan hingga terlihat gumpalan grain kefir yang bisa disimpan lagi. Hasil dari penyaringan tersebutlah
yang dijual oleh pak Rozikin sebagai kefir susu kambing etawa.
Untuk penentuan HPP hasil produk olahan susu kambing etawa, awalnya
penjual membeli grain kefir yang saat itu terkenal dijual
dengan harga tinggi. Asumsinya, penjual membeli 150 gram grain kefir seharga Rp
300.000. Karena grain kefir merupakan makhluk hidup yang dapat
berkembang biak selama dirawat dengan benar, penjual tidak membeli grain kefir lagi karena grain kefir hanya memerlukan protein dari susu
kambing setiap 3 hari sekali. Dengan begitu, grain kefir dapat
dianggap sebagai asset awal bisnis dalam bentuk peralatan. Adanya grain kefir ini secara tidak langsung menekan biaya produksi kefir. Kefir
sendiri merupakan salah satu produk hasil olahan dari susu kambing yang di
fermentasikan. Sumber daya alam yang digunakan yaitu berupa kambing etawa
sebagai salah satu kearifan lokal di Kota Batu diternak sendiri tepat di
belakang tempat produksi es krim dan kefir. Peternakan kambing etawa sendiri
telah berjalan sejak tahun 2001 hingga pada 2008 kambing etawa akhirnya diternak
sendiri. Hal ini juga secara tidak langsung menekan hasil produksi dari produk
hasil olahan susu kambing etawa. Narasumber menyatakan, bahwa Harga Pokok
Produksi (HPP) diperoleh dari biaya produksi ditambahkan dengan margin. Margin
dapat bervariasi dan sifatnya subjektif karena tergantung dengan penjual itu
sendiri. Penjual dapat menetapkan berapa persen laba yang ingin di capai. Pada
umumnya, 20% merupakan margin yang sering di pakai oleh para penjual. Meski
begitu, kembali lagi, bahwa margin bersifat sangat subjektif.
2.2.2.3. Proses
Distribusi dan Pemasaran Produk Olahan Susu Kambing Etawa
Produk Olahan Susu kambing etawa Pak Rozikin
didistribusikan ke daerah Malang Raya karena tidak tahan lama. Es krim
didistribusikan ke sekolah-sekolah di sekitar Kota Batu, sedangkan kefir dijual
haya di sekitar Malang Raya karena tidak tahan lama. Pemasaran produk Pak
Rozikin dilakukan dengan metode penjualan secara langsung melalui tokonya dan
dikirim langsung ke konsumen.
2.2.2.4. Pengolahan
Limbah Kambing Etawa
Limbah yang dihasilkan oleh kambing etawa adalah
berupa feses. Pak Rozikin tidak membuang feses tersebut begitu saja, namun
limbah tersebut dibawa ke sawah untuk digunakan sebagai pupuk alami. Limbah
tersebut sebenarnya bisa diolah lebih lanjut sebagai pupuk organik yang
memiliki nilai ekonomis tinggi, namun karena kendala teknologi Pak Rozikin
belum mampu melakukannya.
2.2.2.5. Proses
Perawatan dan Pengembangbiakan Kambing Etawa
Kambing-kambing
etawa yang berada pada tempat tersebut jika menghasilkan susu yang bagus akan
diperah selama setahun sebelum dikawinkan dengan kambing lainnya. Hal ini
dikarenakan pada saat kambing etawa mengandung, susu yang diproduksi tidak
keluar dan dikonsumsi oleh janin kambing tersebut. Setelah dikawinkan dengan
cara menggabungkan 5 kambing betina dan 1 kambing jantan, salah satu kambing
tersebut akan mengandung dan melahirkan. kambing etawa yang sudah melahirkan
diatur produksi susunya dengan cara anak dari kambing tersebut mengonsumsi susu
induknya dua kali sehari. Awalnya, Pak
Rozikin memakai susu sapi agar susu kambing indulnya dapat diolah, namun karena
masalah harga maka Pak Rozikin memutuskan untuk meminumkan anak kambingnya
dengan susu induknya
2.2.2.6. Hal yang
Diperlukan untuk Merintis, Mempertahankan, dan Mengembangkan
Sebuah Usaha
Menurut
kami, hal-hal yang harus dimiliki untuk merintis sebuah usaha ialah keberanian
untuk membuat sesuatu yang baru. Karena memang pasar membutuhkan waktu untuk
beradaptasi terhadap suatu produk baru (terutama inovasi yang belum ada
sebelumnya),
seorang perintis usaha harus memiliki sifat berani untuk menabrak segala resiko
yang ada. Perintis harus berani untuk tetap bertahan dalam adaptasi sampai
melewati masa itu untuk dapat lanjut ke jenjang usaha yang lebih tinggi lagi.
Utnuk merintis usaha, seorang juga perlu memiliki kreativitas dalam membuat
produk. Hak ini sangat diperlukan karena jika produk sama persis menembak
produk lain yang ada di pasar, konsumen akan cenderung memilih untuk membeli
produk yang lebih lama ada di pasar karena lebih terpercaya. Oleh sebab itu,
seorang perintis usaha harus dapat membuat produk yang berbeda dengan yang
sudah ada di pasar bebas.
Untuk mempertahankan
sebuah usaha, seorang memperlukan beberapa hal penting yang harus diperhatikan.
Seperti yang telah tertulis di paragraf sebelumnya, seorang pengusaha harus melalui masa
adaptasi pasar. Sebagai hasil dari hal ini, seorang pengusaha harus memiliki
kecekatan dan semangat dalam bekerja. Ia harus kuat bila produk ditolak
konsumen di depannya atau dibilang tidak sesuai. Hal ini harus terus dilakukan
sampai pada akhirnya produk sudah berhasil diadaptasi pasar. Jika tidak kuat
mental, maka seorang pengusaha akan segera berhenti dari tujuan awalnya, yaitu
untuk terus bekerja. Tak hanya itu, produk yang dihasilkan harus juga
mengandung inovasi yang baru sesering mungkin. Dengan ini, pasar tidak akan bosan dengan
produk yang ada dan jika seorang pengusaha lain mencoba untuk menembak produk
sama persis, produk milik pengusaha awal akan selalu punya inovasi yang
berbeda.
Untuk mengembangkan
sebuah usaha, menurut kami, pengusaha harus dapat keluar dari zona nyamannya.
Jika ia biasa untuk berjualan hanya dalam lingkup kampung atau desa, ia harus
dapat memperluas wilayah cakupan. Jika ia biasa untuk menjual produknya dengan
rasa coklat misalnya, ia harus dapat berinovasi untuk menghasilkan rasa-rasa
baru supaya dapat diterima konsumen yang lebih luas (misalnya yang tidak suka coklat).
Sebuah usaha juga tidak akan dapat berhasil tanpa belajar dari yang lain. Untuk
berkembang, seorang pengusaha harus berani meniru lawannya, namun dengan
mengeliminasi kekurangan produk lawannya sebanyak mungkin. Seorang pengusaha
yang ingin berkembang juga tidak boleh mengerjakan segala sesuatunya sendiri.
Ia tidak boleh pelit untuk memberi keuntungan bagi pengusaha lain misalnya, reseller, distribusi, agen, ataupun
titip jual.
2.2.2.7. Nilai yang Dipelajari dari Bapak Rozikin
Nilai yang dapat dipelajari dari keluarga Pak Rozikin dalam
mengembangkan usahanya adalah semua usaha dapat menjadi besar apabila dijiwai
dengan ketekunan, kesabaran, dan kepahaman akan usaha yang dijalani. Pak Rozikin
juga mencari banyak cara alternatif untuk mengembangkan usahanya sebagai bentuk
nilai kreatif dan inovatif.
2.3 Opini
Menurut kami, kegiatan ini sangat
bermanfaat bagi kami karena kami dapat belajar untuk berusaha keras dalam keadaan
yang berat, misalnya dalam keadaan terik matahari yang menyengat dan jalanan
yang tidak rata dan curam. Kami juga belajar bagaimana warga Desa Pesanggrahan
mencukupi kebutuhan hidup mereka dengan mengolah dan berjualan produk unggulan
Kota Batu. Masukan yang dapat kami berikan bagi Ibu Masfufah terkait
meningkatkan pendapatannya adalah Ibu Masfufah hendaknya menambah jumlah tenaga
kerja yang digunakan sehingga dapat memproduksi ketan lebih banyak lagi dan
membuka lapangan kerja baru bagi warga Desa Pesanggrahan lainnya. Selain itu,
Ibu Masfufah hendaknya memperluas pangsa pasarnya dengan memasarkan barang
dagangannya setidaknya di daerah Malang Raya sehingga dagangannya dapat lebih dikenal
banyak orang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat dicapai dari kegiatan kunjungan di Desa Pesanggrahan adalah siswa-siswi dapat memenuhi
beberapa tugas yang diberikan pihak sekolah untuk berbagai mata pelajaran
(biologi, sosiologi, ekonometri, dan bahasa Indonesia), mengetahui pola hidup
dan budaya yang diterapkan oleh warga Pesanggrahan (khususnya keluarga Ibu
Masfufah), dan mendapat wawasan baru seputar pembuatan ketan dan pengolahan
susu kambing etawa.
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk
kegiatan kunjungan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
kegiatan kunjungan di peternakan kambing etawa, ada baiknya jangka waktu
praktik di
lapangan secara langsung diperbanyak dan jangka waktu penyampaian
teori dipersingkat agar tidak
membosankan.
2. Untuk
kegiatan kunjungan di rumah Ibu Masfufah, ada baiknya apabila Ibu Masfufah
memberi
siswa lebih banyak kesempatan untuk turun tangan dalam pembuatan ketan
karena kami hanya
diberi sedikit kesempatan untuk membuat ketan bubuk dan
kebanyakan waktu digunakan untuk
berjualan keliling Desa Pesanggrahan.
LAMPIRAN
Kambing-kambing etawa milik Pak Rozikin |
AJO_QQ poker
ReplyDeletekami dari agen poker terpercaya dan terbaik di tahun ini
Deposit dan Withdraw hanya 15.000 anda sudah dapat bermain
di sini kami menyediakan 7 permainan dalam 1 aplikasi
- play aduQ
- bandar poker
- play bandarQ
- capsa sunsun
- play domino
- play poker
- sakong
di sini tempat nya Player Vs Player ( 100% No Robot) Anda Menang berapapun Kami
Bayar tanpa Maksimal Withdraw dan Tidak ada batas maksimal
withdraw dalam 1 hari.Bisa bermain di Android dan IOS,Sistem pembagian Kartu
menggunakan teknologi yang mutakhir dengan sistem Random
Permanent (acak) | pin bb : 58cd292c "