NASKAH FILM PENDEK



Indahnya Berbagi


BABAK I
Adegan I
Budi sedang berbincang dengan Sinta di kamar.
BUDI : Ma, paskah kan sudah dekat, kenapa kita tidak merayakan paskah tahun ini dengan hal yang berbeda?
SINTA : Boleh, pa. Apa kira-kira?
BUDI : Papa ingin kita merayakan paskah tahun ini dengan beramal.
SINTA : Beramal? Sungguan, pa? Bukannya biasanya kita merayakan paskah dengan makan bersama di rumah?
BUDI : Iya ma, papa serius. Papa ingin kita melakukan hal yang berbeda di tahun ini.
SINTA : Baiklah, pa. Tapi bagaimana cara kita beramal?
BUDI : Rencananya sih papa mau mengadakan acara bakti sosial di panti asuhan belakang rumah.
SINTA : Ide bagus itu, pa. Sekali-kali kita harus peduli dengan sesama kita di sekitar kita. Pa, mama ngantuk ini. Ayo kita tidur. Besok kita pikirkan lagi.
BUDI : Iya, ma.

BABAK II
Adegan II
Pagi hari, Budi menyantap sarapan bersama Sinta di ruang makan.
SINTA : Gimana pa acara bakti sosialnya? Kira-kira mau diadakan kapan?
BUDI : Papa pinginnya sih sehari sebelum paskah. Mama setuju tidak?
SINTA : Apa tidak lebih baik diadakan tepat di hari paskah, pa? Sekalian kita merayakan paskah bersama anak-anak panti.
BUDI : Ide bagus itu, ma. Nanti papa undang tim pelayanan di gereja papa untuk menghibur anak-anak panti.
SINTA : Ok, pa. Sampai ketemu nanti.
Budi bergegas berangkat menuju ke kantor. Sore harinya, setelah pekerjaan di kantor selesai, Budi pergi ke gereja untuk mendiskusikan rencana bakti sosialnya dengan tim pelayanannya.

BABAK III
Adegan III
Budi sedang berdiskusi dengan tim pelayanannya di dalam aula gereja.
BUDI : Teman-Teman, paskah kan sebentar lagi tiba. Gimana kalau paskah tahun ini kita adakan pelayanan di Panti Asuhan Terang Cemerlang. Kebetulan kan kita selama ini belum pernah mengadakan pelayanan di panti asuhan.
RINI : Tapi Bud, kita kan sibuk tahun ini. Perayaan paskah di gereja kita diperbanyak. Apa kalau tidak kita adakan perayaan paskah khusus anak-anak kecil saja?
ANDI : Betul, Rin. Kita pasti tidak sempat mengatur acara bakti sosial. Daripada acaranya batal mending kita ganti saja dengan perayaan paskah khusus anak-anak di gereja kita. Nanti, kita bisa buat beberapa acara menarik yang berhubungan dengan paskah.
GILANG : Tapi kan selama ini kita juga mengadakan acara yang sama setiap tahunnya. Kenapa kita tidak mengadakan acara yang berbeda di tahun ini?
RINI : Tidak bisa, Gil. Ngadakan acara yang berbeda dari biasanya perlu waktu, sedangkan sekarang paskah tinggal beberapa hari lagi. Nanti kalau acaranya gagal gimana? Apa tidak kasihan anak-anak panti yang telanjur senang malah sedih karena acaranya batal?
BUDI : Rin, kita semua kan belum pernah buat acara bakti sosial di panti asuhan. Coba lah sekali-kali kita adakan biar tiap tahun acaranya tidak begitu-gitu aja. Nanti kalau sampai acaranya gagal, aku yang tanggung jawab kok. Tenang aja.
RINI : Tapi, Bud...
BUDI : Sudah, Rin. Kamu percayakan aja acara bakti sosialnya sama aku. Kamu tidak usah khawatir, biar aku yang urus semua. Nanti kalian tinggal melakukan tugas kalian masing-masing.
RINI : Baiklah, Bud. Aku percaya deh sama kamu. Nanti kalau kamu butuh bantuan, kamu bisa minta tolong kami.
BUDI : Iya, Rin. Terima kasih.
ANDI : Oh ya, Bud. Kira-kira kapan acara bakti sosialnya?
BUDI : Rencanaku sih tepat hari paskah, sekalian kita merayakan paskah dengan mereka. Sebentar aja kok acaranya, mungkin 2 jam. Setelah itu, kita bisa kembali ke gereja buat tugas acara paskah di gereja.
GILANG : Jam berapa, Bud? Acara paskahnya kan mulai jam 6 malam.
BUDI : Ya mungkin jam dua sampai jam empat. Kalian setuju kan?
RINI : Setuju, Bud. Yang penting jadwal acaranya tidak bertabrakan dengan jadwal tugas kita.
BUDI : Baiklah kalau begitu. Semoga acaranya bisa berjalan dengan lancar ya.
RINI : Amin, Bud. Mudah-mudahan kita bisa membahagiakan anak-anak panti.
BUDI : Iya, Rin. Wah, tak terasa ya hari sudah malam, ayo kita pulang.
Budi, Rini, Andi, dan Gilang meninggalkan gereja dan pulang ke rumah masing-masing.

BABAK IV
Adegan IV
Budi membuka pintu dan disambut dengan gembira oleh Sinta.
BUDI : Ma, papa pulang.
SINTA : Iya, pa. Ini mama sudah siapkan makan malam untuk papa. Mama masak makanan kesukaan papa. Coba tebak mama masak apa?
BUDI : Opor ayam?
SINTA : Betul, pa. Hebat, tebakan papa benar. Sekarang papa segera mandi dan ganti baju, pasti papa capek habis kerja seharian.
BUDI : Iya, ma.

Adegan V
Setelah mandi, Budi segera menuju meja makan dan menyantap makan malam bersama Sinta. Budi berbicara dengan Sinta sembari menyantap makan malamnya.
SINTA : Gimana, pa? Tadi kerjaan di kantor banyak ya kok sampai malam begini                             pulangnya.
BUDI : Tadi kerjaan papa di kantor tidak begitu banyak sih, ma. Tadi pulang kantor, papa mampir ke gereja untuk mendiskusikan acara bakti sosial dengan tim pelayanan papa.
SINTA : Terus gimana hasil diskusinya, pa? Mereka setuju?
BUDI : Awalnya sih mereka keberatan. Mereka takut acaranya gagal, tapi lama-kelamaan mereka setuju karena papa bujuk mereka dengan kata-kata sakti.
SINTA : Ah, papa bisa aja. Mama akui kok papa pintar membujuk orang. Terus akhirnya gimana rencananya, pa?
BUDI : Jadi, acara bakti sosialnya akan diadakan besok lusa di panti asuhan belakang rumah kita, ma. Kira-kira jam dua sampai jam empat. Mama nanti ikut bantu papa ya buat nyusun jadwal acaranya.
SINTA : Iya, pa. Nanti mama bantu kasi ide sama masukan kok. Papa sudah menghubungi pihak pantinya belum?
BUDI : Oh ya ma, untung mama ingatkan. Coba sekarang papa telepon pantinya dulu.
Budi mengambil telepon rumah dan menghubungi Panti Asuhan Terang Cemerlang.
BUDI : Selamat malam, maaf mengganggu, ini dengan Panti Asuhan Terang Cemerlang?
DEVI  : Iya betul, pak. Ada apa ya?
BUDI : Saya dari Gereja Merpati Surabaya ingin mengadakan acara bakti sosial di panti asuhan ibu apa bisa?  
DEVI : Bisa, pak. Kira-kira acaranya kapan?
BUDI : Besok lusa. Jam dua sampai jam empat sore. Bisa ya, bu?
DEVI : Bisa, pak. Kebetulan hari itu panti kita tidak ada acara maupun kunjungan.
BUDI : Baik, bu. Kira-kira panti ibu butuh sembako apa saja?
DEVI : Kami di sini kan merawat anak-anak usia balita hingga sekolah dasar, jadi kami perlu bantuan bedak dan popok bayi.
BUDI : Baik, bu. Apa ada lagi yang diperlukan?
DEVI : Itu aja sih, pak.
BUDI : Ya sudah kalau begitu, ini saya bicara dengan ibu siapa ya kalau boleh tau?
DEVI : Saya Devi, pak. Pengurus panti.
BUDI : Baik, Bu Devi. Makasih ya.
DEVI : Sama-sama, pak. Kami tunggu kehadiran bapak.
Budi menutup telepon dan kembali berbincang dengan Sinta.
SINTA : Gimana, pa? Bisa pantinya?
BUDI : Bisa, ma.
SINTA : Syukurlah kalau begitu. Papa sekarang pasti capek ya? Mau mama pijat?
BUDI : Tidak usah, ma. Papa istirahat aja cukup kok.
SINTA : Ya, udah. Papa tidur aja sekarang, besok pagi kita bahas lagi acara bakti sosialnya. Besok kan papa libur, kita bisa bahas acara bakti sosialnya sama tuntas.
BUDI : Iya, ma. Papa tidur dulu ya.
SINTA : Iya, pa.
Budi kembali ke kamarnya dan tidur, sedang Sinta sedang membersihkan piring di dapur. Kemudian, Sinta menyusul Budi dan mereka tertidur dengan lelap.

BABAK V                                                                     
Adegan VI
Pagi hari, Sinta menyiapkan panekuk untuk Budi. Budi bergegas menuju dapur. Sinta sedang memasak panekuk di depan kompor, sedangkan Budi menunggu di meja makan.
BUDI : Wah, mama masak apa ini? Kok baunya harum sekali sampai papa terbangun.
SINTA : Ini pa, mama lagi masak panekuk buat makan pagi. Tadi mama tambahkan saus stroberi, makanya baunya bisa harum.
BUDI : Mama memang pintar masak.
Sinta membawa panekuk yang sudah matang ke Budi.
SINTA : Ini panekuknya, pa.
BUDI : Wah, kelihatannya lezat sekali. Papa coba ya.
Budi memotong panekuk dan mencobanya.
BUDI : Enak banget panekuknya, ma. Makasih ya ma.
SINTA : Sama-sama, pa. Mama senang banget bisa masak makanan enak buat papa biar papa senang. Omong-omong, gimana pa acara bakti sosialnya? Besok kan sudah paskah, kita harus segera menyusun jadwal acaranya.
BUDI : Bentar ya, ma. Papa habiskan dulu panekuknya.
Budi menyantap panekuknya hingga habis dan pergi ke ruang kerjanya. Sinta mencuci piring dan menyusul Budi.

Adegan VII
Budi berbicara dengan Sinta sambil mengetik jadwal acara bakti sosial di laptopnya.
BUDI              : Jadi gini, ma. Rencananya sih papa ingin ada acara menyanyi bersama,                                lomba mencari telur paskah, sama membagikan sembako. Mama mungkin                punya usul lain?
SINTA : Tidak, pa. Sudah cukup padat acaranya. Lagunya apa aja, pa?
BUDI : Lagunya ada 2, Yesus Pokok dan Ku Daki Gunung yang Tinggi.
SINTA : Wah, bagus itu lagunya, pa. Pasti anak-anak panti suka.  Oh ya pa, telur paskah sama sembakonya siapa yang bawa?
BUDI : Nanti papa bicarakan dengan tim pelayanan papa. Sekarang papa mau ke gereja dulu ya buat bahas bakti sosialnya.
SINTA : Iya, pa.
Budi meninggalkan Sinta dan pergi menuju gereja.

BABAK VI
Adegan VIII
Budi sedang berdiskusi dengan tim pelayanannya di pendopo gereja.
BUDI : Teman-teman, tidak terasa ya sudah besok acaranya.
RINI : Iya, Bud. Kita harus buruan menyiapkan semua hal, kalau tidak waktunya pasti tidak cukup.
BUDI : Iya, Rin. Jadi begini, rencananya itu besok akan ada acara menyanyi bersama, mencari telur paskah, sama pembagian sembako. Nah dari kalian yang bisa main gitar siapa?
GILANG : Aku bisa, Bud.
BUDI : Ya udah, berarti Gilang ya yang main gitar. Lagunya mudah kok, Yesus Pokok sama Ku Daki Gunung yang Tinggi. Nanti yang mimpin nyanyi Rini ya dibantu Andi.
RINI : Siap, Bud.
BUDI : Terus yang mau menghias telur paskah siapa? Rini, kamu bisa?
RINI : Boleh, Bud. Cuma telurnya mau dihias seperti apa?
BUDI : Kamu warnai telurnya pakai cat. Warnanya terserah yang penting elok dipandang.
RINI : Telurnya mau berapa, Bud? Nanti coba kucarikan di toko plastik dekat rumahku.
BUDI : Lima saja cukup. Nanti anak-anak panti yang berhasil menemukan telurnya diberi hadiah, tapi hadiahnya mau apa?
ANDI : Di dekat rumahku ada toko cokelat. Nanti sore bisa kubelikan cokelat gambar kelinci untuk mereka. Cokelatnya butuh berapa?
BUDI : Lima juga aja. Nanti sembakonya aku yang beli aja. Sudah jelas ya untuk acara bakti sosial besok? Ada yang mau bertanya?
GILANG : Besok itu kita langsung ke sana atau kumpul dulu di sini?
BUDI : Langsung saja, yang penting jangan lupa bawa barang-barang yang diperlukan. Ada lagi yang mau bertanya?
RINI : Sudah jelas, Bud.
BUDI : Baik kalau begitu. Sampai jumpa besok.
Budi meninggalkan Pendopo Gereja dan pergi menuju toko swalayan.

BABAK VII
Adegan IX
Budi sedang berada di kasir toko swalayan untuk membayar sembako.
FIONA : Totalnya lima ratus lima puluh empat ribu lima ratus rupiah, pak.
Budi mengeluarkan dompetnya dan memberikan uangnya ke Fiona.
BUDI : Ini, mbak.
Fiona mencetak struk belanja.
FIONA : Ini struk belanjaan bapak. Bapak mau pakai kantong plastik atau kardus?
BUDI : Kardus, mbak.
FIONA : Ditunggu sebentar ya, pak. Saya ambilkan kardusnya di belakang.
Fiona mengambil kardus dan memasukkan barang belanjaan Budi ke dalam kardus.
FIONA : Ini barang belanjaan bapak. Terima kasih telah berbelanja di Swalayan Hemat.
Budi meninggalkan toko swalayan dan pulang ke rumahnya.

BABAK VIII
Adegan X
Budi membuka pintu dengan membawa banyak barang belanjaan di tangannya dan disambut dengan gembira oleh Sinta.
BUDI : Ma, papa pulang.
SINTA : Wah, banyak sekali barang bawaan papa. Apa aja itu?
Budi menunjukkan barang belanjaannya ke Sinta.
BUDI : Macam-macam, ma. Ada pasta gigi, sabun, sikat gigi, bedak, tisu, popok bayi, beras...
SINTA : Cukup, cukup, pa. Banyak sekali barangnya.
BUDI : Iya, ma. Ini semua buat anak-anak panti.
SINTA : Pasti anak-anak panti senang sekali. Papa pasti capek habis berbelanja, mau mama pijat tidak?
BUDI : Tidak usah, ma. Papa masih belum capek kok, masih ada banyak tenaga. Oh ya ma, malam ini kan malam paskah, papa mau ajak mama makan malam di restoran kesukaan mama. Selama ini kan kita merayakan paskah dengan makan bersama, tapi karena besok ada acara bakti sosial jadi papa majukan acara makannya. Gimana, ma?
SINTA : Boleh, pa. Kebetulan malam ini mama belum masak apa-apa.
BUDI : Kalau begitu sekarang mama siap-siap, bentar lagi kita berangkat.
SINTA : Ok, pa. Tunggu bentar ya.
Sinta bergegas menuju ke kamarnya dan berdandan. Setelah berdandan, Sinta kembali ke Budi.

Adegan XI
BUDI : Wah, mama cantik sekali malam ini.
SINTA : Ah, papa bisa aja. Mama dari dulu selalu tampak cantik jelita kok.
BUDI : Ya udah, ma. Kita berangkat sekarang ya, keburu kemalaman ini.
SINTA : Iya, pa. Mama udah tidak sabar mau makan di restoran kesukaan mama.
Budi dan Sinta meninggalkan rumah dan pergi menuju restoran.

BABAK IX
Adegan XII
Budi dan Sinta duduk saling berhadapan di salah satu sudut ruangan restoran dengan cahaya lilin menyala di tengah meja. Kirana membawa menu dan memberikannya ke Budi dan Sinta.
KIRANA : Selamat malam, pak, bu. Selamat datang di Restoran Yamato. Ini menunya.
Budi dan Sinta membaca menu.
BUDI : Mas, saya pesan nasi kare ayam sama jus jeruk ya.
KIRANA : Baik, pa. Kalau ibu?
SINTA : Saya pesan nasi goreng spesial daging sapi sama jus mangga.
KIRANA : Baik, bu. Ditunggu pesanannya ya kurang lebih lima belas hingga tiga puluh menit. Apabila bapak atau ibu membutuhkan bantuan, bisa memanggil saya, Kirana. Terima kasih.
Kirana meninggalkan Budi dan Sinta. Budi mulai berbincang secara empat mata dengan Sinta.
BUDI : Ma, mama ingat tidak hari ini hari apa selain malam paskah?
SINTA : Apa ya, pa?
Sinta tampak bingung.
BUDI : Coba mama pikir dulu. Masa mama lupa hari ini yang sangat spesial?
SINTA : Sebentar, coba mama pikir... Hmm... Aha! Hari anniversary pernikahan kita ya, pa?
BUDI : Betul, ma. Papa punya kejutan loh untuk mama.
SINTA : Kejutan apa, pa?
BUDI : Mama coba tutup mata dulu.
Sinta menutup matanya dengan kedua telapak tangannya.
BUDI :  Tiga... Dua... Satu... Buka matanya, mama!
SINTA : Wah, indah sekali sisirnya, pa. Berliannya bisa berkilauan begitu.
BUDI : Iya, ma. Papa belikan sisir ini spesial untuk mama, kan papa tau mama ingin punya sisir yang eksotis sejak tahun lalu. Sisir itu papa beli langsung di Zimbabwe saat tugas kerja di sana beberapa bulan yang lalu. Baru sekarang papa bisa berikan sisir ini ke mama, nunggu momen yang pas.
SINTA : Wah, makasih ya, pa. Papa memang perhatian kok. Sekarang gantian mama yang beri kejutan.
Sinta mencari-cari kotak di dalam tasnya, lalu memberikan kotak itu ke Budi.
SINTA : Ini, pa. Coba papa buka.
Budi membuka kotak dan terkejut.
BUDI : Ini kan jam tangan yang papa ingin beli sejak tahun lalu. Mama kok bisa beli?
SINTA : Sebenarnya, selama ini mama menabung di bank. Hasil tabungannya mama belikan jam tangan ini, pa.
BUDI : Wah, makasih ya ma. Mama tau aja kesukaan papa.
Budi dan Sinta meletakan barang kejutan mereka di atas meja. Kemudian, Kirana datang dengan membawa hidangan makan malam dan memberikannya ke Budi dan Sinta.
KIRANA : Permisi, pak, bu. Ini hidangan makan malamnya. Ayam kare dan jus jeruk untuk bapak sama nasi goreng spesial daging sapi dan jus mangga untuk ibu. Selamat menikmati.
Kirana meninggalkan Budi dan Sinta. Budi berbincang dengan Sinta secara empat mata sembari menyantap hidangan makan malam.
BUDI : Ma, sebenarnya papa heran deh bagaimana kita bisa bertemu. Mama kan asalnya dari Banyuwangi, sedangkan papa dari Jakarta. Kok bisa ya kita bertemu di Surabaya dan tetap langgeng sampai sekarang?
SINTA : Mungkin sikap papa yang penuh perhatian dan setia yang membuat kita bisa langgeng terus sampai sekarang.
BUDI : Benar, ma. Makasih ya mama sudah mendukung papa terus sampai sekarang.
SINTA  : Iya, pa. Tapi... Sebelumnya maaf ya pa kalau agak menyinggung.
BUDI : Iya, tidak apa-apa, ma. Emangnya ada apa?
SINTA : Sebenarnya mama juga kepingin punya anak biar bisa menemani mama di rumah. Kapan ya kita bisa punya anak? Kita sudah tiga tahun menikah tapi kok masih belum punya anak ya, pa.
Budi tampak gelisah dan berkeringat. Jantungnya berdebar-debar.
BUDI : Mama jangan marah ya. Sebenarnya, selama ini papa menutupi satu hal sejak kita menikah.
SINTA : Apa, pa?
BUDI : Sebetulnya papa ini mandul, ma.
Sinta syok dan tidak percaya dengan perkataan Budi.
SINTA : Apa!? Papa mandul? Kenapa papa tidak bilang dari dulu?
BUDI : Papa takut mama marah dan pergi meninggalkan papa. Papa baru bisa cerita sekarang karena tahun ini papa mau berubah. Maaf ya, ma. Selama ini papa sudah berbohong. Tolong maafkan papa.
SINTA : Iya, pa. Mama ampuni papa, apalagi di malam paskah ini kita harus saling mengampuni.
BUDI : Maaf ya, ma. Papa sudah mengecewakan mama, mungkin Tuhan berkehendak lain.
Budi dan Sinta saling memaafkan dengan berpelukan, lalu kembali menyantap hidangan makan malamnya hingga habis dan pergi meninggalkan restoran untuk pulang ke rumah dan beristirahat.

BABAK X
Adegan XIII
Sinta sedang asyik memasak tempe goreng di dapur. Budi lekas menuju ke dapur.
BUDI : Pagi, ma. Selamat paskah. Semoga di paskah tahun ini, kita semakin bahagia.
SINTA : Amin, pa. Selamat paskah juga. Ini mama lagi masak tempe pakai bumbu kesukaan papa.
BUDI : Bumbu telur asin ya, ma?
SINTA : Betul, pa. Papa kok tau?
BUDI : Iya dong, ma. Hidung papa kan tajam, makanya segala bau bisa papa cium. Papa tunggu di meja makan ya, ma.
Sinta membawa tempe goreng telur asin dan memberikannya ke Budi, lalu Budi memakannya.
SINTA : Ini, pa. Tempenya sudah matang.
BUDI : Papa cobain ya. Hmm... Memang top markotop masakan mama. Tiada masakan mama yang tidak enak. Semuanya selalu nikmat.
SINTA : Iya, pa. Syukurlah kalau tempenya enak. Tadi mama kebanyakan menambahkan telur asin, tidak keasinan kan, pa?
BUDI : Tidak kok, ma. Cukup kok, bumbu telur asinnya sudah pas. Oh ya, ma, hari ini kan hari paskah, kita nanti jam dua ada acara bakti sosial. Mama masih ingat kan?
SINTA : Pasti ingat dong, pa. Mama kan belum pikun. Hari ini kan juga hari pertama kalinya kita akan beramal.
BUDI : Syukurlah kalau mama belum pikun, berarti mama masih muda.
Sinta tersenyum.
BUDI : Ma, barang sembako bakti sosialnya ditaruh dimana?
Sinta menunjuk barang sembako yang diletakkan di atas kursi tamu.
SINTA : Itu, pa. Mama taruh di atas kursi tamu, aman kok. Tenang aja, pa. Sekarang papa habiskan tempe gorengnya, setelah itu kita bahas bakti sosialnya.
BUDI : Iya, ma.
Budi menghabiskan makan paginya dan pergi ke ruang kerjanya.

Adegan XIV
Budi berbicara dengan Sinta sambil membuka jadwal acara bakti sosial di laptopnya.
BUDI : Jadi ma, nanti kan acaranya dua jam. Rencananya papa sih setengah jam dibuat kata sambutan, lalu setengah jam menyanyi bersama, setengah jam mencari telur paskah, dan setengah jam membagi sembako dan foto bersama.  Gimana, ma? Sudah pas ya jadwalnya?
SINTA : Iya, pa. Sudah pas kok, mungkin bisa lebih cepat kelihatannya.
BUDI : Iya, tidak apa-apa kalau kurang dari dua jam. Yang penting acara bakti sosialnya bisa berjalan dengan lancar dan anak-anak panti merasa gembira.
SINTA : Ya udah, pa. Kan masih nanti sore acaranya, mending kita sekarang bersih-bersih rumah biar rapi dan bersih. Papa bantu mama mengepel lantai ya.
BUDI : Siap, ma.
Budi dan Sinta membersihkan rumah.

Adegan XV
SINTA : Pa, tidak terasa sudah jam satu, ayo kita siap-siap berangkat ke panti asuhan. Sekarang papa ganti baju biar anak-anak panti tidak mabuk kena bau keringat papa. Mama dandan dulu di kamar ya, pa.
BUDI : Iya, ma. Mama jangan terlalu berlebihan ya mekapnya, kita hargai anak-anak panti yang nasibnya tidak seberuntung kita.
SINTA : Ok deh, pa.

BABAK XI
Adegan XVI
Budi dan Sinta tiba di panti asuhan dengan membawa barang sembako. Rini, Andi, dan Gilang juga tiba di panti asuhan dengan membawa barang bawaan mereka masing-masing. Budi dan Sinta menyapa Rini, Andi, dan Gilang dengan penuh sukacita.
BUDI : Halo, teman-teman. Kenalkan ini Sinta, istriku.
SINTA : Salam.
Sinta bersalaman dengan Rini, Andi, dan Gilang di depan pintu panti asuhan.
BUDI : Jadi, teman-teman, pada acara bakti sosial ini, aku ajak istriku biar merasakan bagaimana indahnya beramal. Tidak apa-apa kan?
GILANG : Tidak apa-apa sih, Bud. Cuma aku jadi iri deh sama kamu bisa punya istri secantik Sinta. Aku saja sampai sekarang belum menemukan jodohku.
BUDI : Kamu doa aja, Gil. Sapa tau Tuhan memberi kamu jodoh yang lebih cantik lagi dari Sinta.
GILANG : Amin, Bud. Moga-moga aku segera meninggalkan status lajangku.
BUDI : Oh ya, kalian udah bawa semua barangnya kan?
RINI : Sudah dong, Bud.Ini telurnya, cantik kan?
BUDI : Wah cantik, Rin. Kamu memang ahli melukis. Andi, cokelatnya udah kamu bawa kan?
ANDI : Tenang, Bud. Ini cokelatnya sudah aku pegang di tangan. Kata penjaga tokonya sih cokelat ini anti leleh karena sudah dimasukkan kulkas bersuhu minus 30 derajat celsius selama sebulan.
BUDI : Kelihatannya sih memang betul, itu cokelatnya masih keras aja padahal udara                     di sini panas banget. Ayo semua, kita masuk ke dalam.
SINTA : Loh, pa. Papa sudah minta izin belum sama pengurus pantinya?
BUDI : Oh iya, ma. Untung mama ingatkan, sampai lupa papa minta izin. Bentar ya semua, aku minta izin dulu ke pengurus pantinya.

Adegan XVII
Budi mengetuk pagar panti dan masuk ke dalam.
BUDI : Permisi!
DEVI : Iya, pak. Sebentar ya.
BUDI : Selamat siang, bu.
DEVI : Siang pak, bapak darimana ya?
BUDI : Saya dari Gereja Merpati Surabaya yang kemarin lusa malam telepon, bu.
DEVI : Oh iya, pak. Saya ingat yang malam-malam telepon itu kan. Masuk aja pak tidak apa-apa. Kebetulan anak-anak habis makan siang semua ini.
BUDI : Iya, bu. Saya panggilkan teman-teman saya.
Budi keluar dan memanggil Sinta, Rini, Andi, dan Gilang. Budi membawa sembako, Rini membawa telur plastik, Andi membawa cokelat, dan Gilang membawa gitar.

Adegan XVIII
BUDI : Ini bu, teman-teman saya, kenalkan Rini, Andi, Gilang, sama istri saya Sinta.
Sinta, Rini, Andi, dan Gilang bersalaman dan berkenalan dengan Devi.
DEVI : Makasih ya, pak, bu, sudah mau datang berkunjung ke panti kami. Kami sangat senang bisa menyambut bapak ibu di panti kami.
Devi menyuruh anak-anak panti untuk duduk secara tertib di aula panti.
DEVI : Ayo, anak-anak, kalian duduk dengan tertib ya. Jangan ada yang bertengkar.
Devi membantu anak-anak panti duduk dengan rapi. Budi, Sinta, Rini, Andi, dan Gilang berdiri di depan aula menghadap ke anak-anak panti.
DEVI : Anak-anak, hari ini kita kedatangan tamu dari Gereja Merpati Surabaya.
BUDI : Adik-adik, kenalkan saya Budi. Di sebelah saya ada Sinta, Rini, Andi, dan Gilang. Kalian bisa memanggil kami dengan sebutan kakak. Jangan takut ya, kami tidak menggigit kok. Kami di sini mau menghibur kalian semua.
Budi menyembunyikan telur-telur paskah di sekitar aula panti, Sinta mengambil gambar dari belakang aula, sedangkan Gilang menyiapkan gitarnya.
RINI : Adik-adik, kalian tau tidak hari ini hari apa?
DITO : Hari Minggu, kak!
RINI : Kurang tepat, dik. Ada lagi yang punya jawaban lain?
YURI : Hari paskah, kak!
RINI : Wah, betul sekali. Jadi betul yang dikatakan oleh, maaf dik siapa namamu?
YURI : Yuri, kak.
RINI : Iya, jadi memang benar yang dikatakan Yuri, hari ini adalah hari paskah. Adik-adik tau tidak paskah itu memperingati apa?
NOVA : Hari kebangkitan Tuhan, kak!
RINI : Pintar sekali adik-adik semua di sini. Biasanya paskah identik dengan apa? Ada yang tau?
RUTH : Telur paskah dan kelinci, kak!
RINI : Ya, tepat sekali. Jadi, hari ini kita akan bermain mencari telur paskah yang sudah disebar kak Budi di sekitar ruangan ini. Tapi, sebelum kita bermain mari kita menyanyi terlebih dahulu. Untuk lagu pertama, kita akan menyanyi lagu Yesus Pokok. Adik-adik tau semua kan lagunya?
ANAK : Tau!
RINI : Ayo, sekarang adik-adik menyanyi sambil menirukan gaya kakak ya.
Gilang bermain gitar dan Rini menyanyi Yesus Pokok sebanyak dua kali.
RINI : Gimana, adik-adik? Masih semangat menyanyi?
ANAK : Masih!
RINI : Kalau begitu sekarang kita menyanyi lagi Ku Daki Gunung yang Tinggi ya. Adik-adik tolong tirukan gaya kakak ya.
Gilang bermain gitar dan Rini menyanyi Ku Daki Gunung yang Tinggi sebanyak dua kali.
RINI : Masih semangat, adik-adik sekalian?
ANAK : Iya, kak!
RINI : Kalau begitu sekarang kita bermain telur paskah ya.
ANAK : Hore!
Budi berdiri di depan aula panti menghadap anak-anak panti.
BUDI : Jadi anak-anak, sekarang kakak sudah menyembunyikan lima buah telur paskah di sekitar aula ini. Nah, kalian kakak beri waktu 10 menit untuk mencari telur-telur tersebut. Siapa yang berhasil menemukan telur paskah akan kakak beri hadiah, tapi satu anak cuma boleh mengambil satu telur ya.
ANAK : Iya, kak!
BUDI : Baik, kalau begitu kita mulai permainannya ya. Tiga... Dua... Satu... Mulai!
Anak-anak panti asuhan sibuk mencari telur paskah di sekitar aula panti dengan gembira. Budi memperhatikan stopwatch. Rini, Andi, Gilang, dan Devi mengamati anak-anak panti, sementara Sinta mengambil gambar.
BUDI : Lima... Empat... Tiga... Dua... Satu... Waktu habis!
Devi berteriak kepada anak-anak panti dengan suara lantang.
DEVI : Ayo, anak-anak! Kembali ke tengah aula panti! Jangan ada yang bertengkar merebut telur paskah ya.
Budi, Sinta, Rini, Andi, dan Gilang berdiri di depan aula menghadap ke anak-anak panti.
ANDI : Adik-adik, siapa yang berhasil menemukan telur paskah? Ayo unjuk jari!
Rani, Intan, Nova, Dito, dan Fani berteriak dengan suara gembira secara bersamaan.
RANI : Aku, kak!
INTAN : Aku, kak!
NOVA : Aku, kak!
DITO : Aku, kak!
FANI : Aku, kak!
ANDI : Pakai kata saya ya, adik-adik, biar sopan. Adik-adik yang berhasil menemukan telur paskah kakak persilakan maju ke depan aula.
Rani, Intan, Nova, Dito, dan Fani berlarian ke depan aula dengan membawa telur paskah, lalu berdiri menghadap anak-anak panti. Andi berbicara menghadap Rani, Intan, Nova, Dito, dan Fani.
ANDI : Nah, adik-adik, selamat ya! Kalian berhasil menemukan telur paskah yang kak Budi tadi sembunyikan. Oleh karena itu, kalian boleh membawa telur paskah itu dan berhak mendapat cokelat paskah. Bagi adik-adik lain yang belum beruntung, jangan bersedih. Pasti Tuhan beri kesempatan lain.
Andi memberikan cokelat kepada Rani, Intan, Nova, Dito, dan Fani.
NOVA : Wah, cokelatnya lucu ya, kak.
ANDI : Iya, cokelatnya gambar kelinci.
RANI : Makasih ya, kak.
ANDI : Sama-sama, dik.
Rani, Intan, Nova, Dito, dan Fani makan cokelat dan berbagi dengan anak-anak panti yang lain.
RINI : Adik-adik sekarang masih gembira kan?
ANAK : Iya, kak.
RINI : Sekarang acaranya adalah pembagian sembako. Bu Devi kami persilakan maju ke depan.
Devi maju ke depan aula panti dan menghadap ke anak-anak panti. Budi membawa sembako di kardus dan memberikannya ke Devi.
BUDI : Ini, bu. Sembako buat adik-adik panti. Semoga pemberian kami dapat bermanfaat bagi adik-adik sekalian di sini.
DEVI : Makasih banget ya, pak, bu. Kedatangan bapak ibu sekalian sangat membantu kami. Sekali lagi terima kasih telah mengunjungi kami.
BUDI : Iya, Bu Devi, sama-sama. Nah, adik-adik sekalian, akhirnya kita tiba di penghujung acara. Terima kasih ya sudah menyanyi dan bermain bersama kami.
ANAK : Iya, kak!
SINTA : Sebelum kakak-kakak semua di sini berpamitan, ayo kita foto bersama sebagai kenang-kenangan. Adik-adik tolong berdiri di tengah aula menghadap ke depan.
Anak-anak panti dengan sigap berbaris menghadap kamera. Devi membantu anak-anak panti mengatur posisi agar kelihatan di kamera.
SINTA : Tiga... Dua... Satu... Senyum semua!
Kamera berbunyi.
BUDI : Makasih ya, adik-adik sekalian. Sekarang kakak pamit dulu ya, nanti kapan-kapan kita ketemu lagi. Sampai jumpa! Makasih juga ya, bu Devi.
DEVI : Iya, pak. Saya yang harusnya berterima kasih kepada bapak karena sudah menghibur anak-anak panti di sini.
Budi, Sinta, Rini, Andi, dan Gilang melambaikan tangan ke anak-anak panti. Ekspresi beberapa anak panti ada yang sedih, senang, dan sangat gembira.
RINI : Sampai jumpa, adik-adik!
Devi mengantarkan Budi, Sinta, Rini, Andi, dan Gilang ke depan pagar panti.
DEVI : Sekali lagi, makasih ya, pak, bu. Saya titip salam untuk anggota tim pelayanan Gereja Merpati yang lain.
BUDI : Iya, bu. Makasih juga.
DEVI : Kalau begitu saya tinggal ke dalam dulu ya, pak, bu.
Devi meninggalkan Budi, Sinta, Rini, Andi, dan Gilang.
BUDI : Makasih ya, teman-teman, acara bakti sosial hari ini bisa berjalan dengan lancar dan semua anak-anak panti gembira.
RINI : Iya, makasih, Bud. Kamu sudah membantu kami melakukan hal yang berbeda di paskah tahun ini.
BUDI : Iya, sama-sama, Rin. Aku senang kok kalau kalian senang dengan acara bakti sosialnya.
ANDI : Iya, Bud. Yang paling buat aku senang itu ketika anak-anak panti semuanya tersenyum dan gembira seakan-akan keadaan mereka tidak menjadi penghambat bagi mereka untuk menikmati kebahagiaan.
GILANG : Aku setuju dengan yang dikatakan Andi. Mereka tersenyum saja sudah bagi aku sudah sangat luar biasa.
BUDI : Syukurlah kalau kalian juga gembira. Wah, tidak terasa ya sudah jam empat sore. Kalian kan habis ini tugas di gereja untuk perayaan paskah.
RINI : Oh iya, Bud. Sampai lupa kita gara-gara keasyikan melihat kegembiraan anak-anak panti. Kalau begitu aku, Andi, dan Gilang pamit dulu ya. Nanti kita bertemu di gereja ya.
BUDI : Iya, Rin. Sampai ketemu nanti.
Rini, Andi, dan Gilang berpamitan dengan Budi dan Sinta di depan pagar panti, lalu pergi meninggalkan mereka.
BUDI : Ma, seru ya acara bakti sosialnya.
SINTA : Iya, pa. Anak-anak pantinya semua bahagia. Ini pa, foto-fotonya bagus ya.
Sinta menunjukkan hasil fotonya ke Budi.
BUDI : Iya, ma. Hasil foto mama bagus semua.
Ruth berlari dari dalam ke depan pagar panti, lalu berbicara dengan Budi dan Sinta sambil menangis.
RUTH : Kakak, jangan pulang. Aku kangen kakak.
BUDI : Jangan menangis, dik. Hari paskah kok kamu menangis, nanti Tuhan juga sedih.
SINTA : Nama kamu siapa, dik?
RUTH : Ruth, kak.
BUDI : Sudah, Ruth, jangan bersedih terus. Kakak juga ikut sedih kalau kamu menangis terus.
Ruth berhenti menangis.
BUDI : Ruth, kamu umur berapa?
RUTH : Umur 10, kak.
SINTA : Kamu lahir dimana, kok bisa di sini bagaimana ceritanya?
RUTH : Aku lahir di Papua, kak. Dulu waktu aku masih kecil, keluargaku merantau ke Surabaya. Papa mamaku meninggal karena kecelakaan bus dan yang selamat hanya aku. Terus aku bertemu Bu Devi saat sedang mengamen di jalan. Bu Devi langsung membawaku ke sini dan aku pun hidup dengan teman- temanku di sini.
BUDI : Kakak turut berduka cita ya, Ruth. Semoga papa mamamu diterima Tuhan di sisiNya.
RUTH : Amin, kak.
BUDI : Ruth, kalau misal kamu menjadi anak kami, kamu senang tidak?
RUTH : Senang, kak. Sudah lama Ruth ingin mempunyai ayah dan ibu.
SINTA : Pa, kalau begitu kita adopsi Ruth ya. Sudah lama mama ingin punya anak.
BUDI : Iya, ma. Ini pasti rencana Tuhan yang mempertemukan kita dengan Ruth. Ruth, sekarang kakak beri kamu nama Angel ya, yang berarti malaikat kecil dari surga. Kamu boleh memanggil kami dengan sebutan papa dan mama.
Ruth sangat gembira. Budi dan Sinta tersenyum. Budi, Sinta, dan Ruth saling berpelukan erat.     
TAMAT




Share on Google Plus

About -

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar:

Post a Comment