Indahnya Berbagi
BABAK I
Adegan I
Budi sedang
berbincang dengan Sinta di kamar.
BUDI : Ma, paskah kan sudah dekat,
kenapa kita tidak merayakan paskah tahun ini dengan hal yang berbeda?
SINTA : Boleh, pa. Apa kira-kira?
BUDI : Papa ingin kita merayakan
paskah tahun ini dengan beramal.
SINTA : Beramal? Sungguan, pa?
Bukannya biasanya kita merayakan paskah dengan makan bersama di rumah?
BUDI : Iya ma, papa serius. Papa
ingin kita melakukan hal yang berbeda di tahun ini.
SINTA : Baiklah, pa. Tapi bagaimana
cara kita beramal?
BUDI : Rencananya sih papa mau
mengadakan acara bakti sosial di panti asuhan belakang rumah.
SINTA : Ide bagus itu, pa.
Sekali-kali kita harus peduli dengan sesama kita di sekitar kita. Pa, mama ngantuk ini. Ayo kita tidur.
Besok kita pikirkan lagi.
BUDI : Iya, ma.
BABAK II
Adegan II
Pagi hari, Budi
menyantap sarapan bersama Sinta di ruang makan.
SINTA : Gimana pa acara bakti
sosialnya? Kira-kira mau diadakan kapan?
BUDI : Papa pinginnya sih sehari
sebelum paskah. Mama setuju tidak?
SINTA : Apa tidak lebih baik diadakan
tepat di hari paskah, pa? Sekalian kita merayakan paskah bersama anak-anak panti.
BUDI : Ide bagus itu, ma. Nanti
papa undang tim pelayanan di gereja papa untuk menghibur anak-anak panti.
SINTA : Ok, pa. Sampai ketemu nanti.
Budi bergegas
berangkat menuju ke kantor. Sore harinya, setelah pekerjaan di kantor selesai,
Budi pergi ke gereja untuk mendiskusikan rencana bakti sosialnya dengan tim
pelayanannya.
BABAK III
Adegan III
Budi sedang
berdiskusi dengan tim pelayanannya di dalam aula gereja.
BUDI : Teman-Teman, paskah kan
sebentar lagi tiba. Gimana kalau paskah tahun ini kita
adakan pelayanan di Panti Asuhan Terang Cemerlang. Kebetulan kan kita selama ini belum pernah mengadakan
pelayanan di panti asuhan.
RINI : Tapi Bud, kita kan sibuk
tahun ini. Perayaan paskah di gereja kita diperbanyak. Apa kalau tidak kita adakan
perayaan paskah khusus anak-anak kecil saja?
ANDI : Betul, Rin. Kita pasti tidak
sempat mengatur acara bakti sosial. Daripada acaranya batal mending kita ganti saja dengan
perayaan paskah khusus anak-anak di gereja kita. Nanti, kita bisa buat
beberapa acara menarik yang berhubungan dengan paskah.
GILANG : Tapi kan selama ini kita juga
mengadakan acara yang sama setiap tahunnya. Kenapa kita tidak mengadakan acara yang
berbeda di tahun ini?
RINI : Tidak bisa, Gil. Ngadakan
acara yang berbeda dari biasanya perlu waktu, sedangkan sekarang paskah tinggal beberapa
hari lagi. Nanti kalau acaranya gagal gimana? Apa tidak kasihan anak-anak
panti yang telanjur senang malah sedih karena acaranya batal?
BUDI : Rin, kita semua kan belum
pernah buat acara bakti sosial di panti asuhan. Coba lah sekali-kali
kita adakan biar tiap tahun acaranya tidak begitu-gitu aja. Nanti kalau
sampai acaranya gagal, aku yang tanggung jawab kok. Tenang
aja.
RINI : Tapi, Bud...
BUDI : Sudah, Rin. Kamu percayakan
aja acara bakti sosialnya sama aku. Kamu tidak usah khawatir, biar aku yang urus
semua. Nanti kalian tinggal melakukan tugas kalian masing-masing.
RINI : Baiklah, Bud. Aku percaya
deh sama kamu. Nanti kalau kamu butuh bantuan, kamu bisa minta tolong kami.
BUDI : Iya, Rin. Terima kasih.
ANDI : Oh ya, Bud. Kira-kira kapan
acara bakti sosialnya?
BUDI : Rencanaku sih tepat hari
paskah, sekalian kita merayakan paskah dengan mereka. Sebentar aja kok acaranya, mungkin 2
jam. Setelah itu, kita bisa kembali ke gereja buat tugas acara paskah di
gereja.
GILANG : Jam berapa, Bud? Acara paskahnya
kan mulai jam 6 malam.
BUDI : Ya mungkin jam dua sampai
jam empat. Kalian setuju kan?
RINI : Setuju, Bud. Yang penting
jadwal acaranya tidak bertabrakan dengan jadwal tugas kita.
BUDI : Baiklah kalau begitu.
Semoga acaranya bisa berjalan dengan lancar ya.
RINI : Amin, Bud. Mudah-mudahan
kita bisa membahagiakan anak-anak panti.
BUDI : Iya, Rin. Wah, tak terasa
ya hari sudah malam, ayo kita pulang.
Budi, Rini,
Andi, dan Gilang meninggalkan gereja dan pulang ke rumah masing-masing.
BABAK IV
Adegan IV
Budi membuka
pintu dan disambut dengan gembira oleh Sinta.
BUDI : Ma, papa pulang.
SINTA : Iya, pa. Ini mama sudah
siapkan makan malam untuk papa. Mama masak makanan kesukaan papa. Coba tebak mama masak
apa?
BUDI : Opor ayam?
SINTA : Betul, pa. Hebat, tebakan
papa benar. Sekarang papa segera mandi dan ganti baju,
pasti papa capek habis kerja seharian.
BUDI
: Iya, ma.
Adegan V
Setelah mandi,
Budi segera menuju meja makan dan menyantap makan malam bersama Sinta. Budi
berbicara dengan Sinta sembari menyantap makan malamnya.
SINTA : Gimana, pa? Tadi kerjaan di
kantor banyak ya kok sampai malam begini pulangnya.
BUDI : Tadi kerjaan papa di kantor
tidak begitu banyak sih, ma. Tadi pulang kantor, papa
mampir ke gereja untuk mendiskusikan acara bakti sosial dengan tim pelayanan papa.
SINTA : Terus gimana hasil
diskusinya, pa? Mereka setuju?
BUDI : Awalnya sih mereka
keberatan. Mereka takut acaranya gagal, tapi lama-kelamaan
mereka setuju karena papa bujuk mereka dengan kata-kata sakti.
SINTA : Ah, papa bisa aja. Mama akui
kok papa pintar membujuk orang. Terus akhirnya gimana rencananya, pa?
BUDI : Jadi, acara bakti sosialnya
akan diadakan besok lusa di panti asuhan belakang rumah kita,
ma. Kira-kira jam dua sampai jam empat. Mama nanti ikut bantu papa ya buat nyusun jadwal acaranya.
SINTA : Iya, pa. Nanti mama bantu
kasi ide sama masukan kok. Papa sudah menghubungi pihak pantinya belum?
BUDI : Oh ya ma, untung mama
ingatkan. Coba sekarang papa telepon pantinya dulu.
Budi mengambil
telepon rumah dan menghubungi Panti Asuhan Terang Cemerlang.
BUDI : Selamat malam, maaf
mengganggu, ini dengan Panti Asuhan Terang Cemerlang?
DEVI
: Iya betul, pak. Ada apa ya?
BUDI : Saya dari Gereja Merpati
Surabaya ingin mengadakan acara bakti sosial di panti
asuhan ibu apa bisa?
DEVI : Bisa, pak. Kira-kira
acaranya kapan?
BUDI : Besok lusa. Jam dua sampai
jam empat sore. Bisa ya, bu?
DEVI
: Bisa, pak. Kebetulan hari
itu panti kita tidak ada acara maupun kunjungan.
BUDI
: Baik, bu. Kira-kira panti
ibu butuh sembako apa saja?
DEVI : Kami di sini kan merawat
anak-anak usia balita hingga sekolah dasar, jadi kami
perlu bantuan bedak dan popok bayi.
BUDI : Baik, bu. Apa ada lagi yang
diperlukan?
DEVI
: Itu aja sih, pak.
BUDI : Ya sudah kalau begitu, ini saya
bicara dengan ibu siapa ya kalau boleh tau?
DEVI
: Saya Devi, pak. Pengurus
panti.
BUDI : Baik, Bu Devi. Makasih ya.
DEVI : Sama-sama, pak. Kami tunggu
kehadiran bapak.
Budi menutup
telepon dan kembali berbincang dengan Sinta.
SINTA
: Gimana, pa? Bisa pantinya?
BUDI : Bisa, ma.
SINTA
: Syukurlah kalau begitu. Papa
sekarang pasti capek ya? Mau mama pijat?
BUDI
: Tidak usah, ma. Papa
istirahat aja cukup kok.
SINTA : Ya, udah. Papa tidur aja
sekarang, besok pagi kita bahas lagi acara bakti sosialnya.
Besok kan papa libur, kita bisa bahas acara bakti sosialnya sama tuntas.
BUDI : Iya, ma. Papa tidur dulu
ya.
SINTA : Iya, pa.
Budi kembali ke
kamarnya dan tidur, sedang Sinta sedang membersihkan piring di dapur. Kemudian,
Sinta menyusul Budi dan mereka tertidur dengan lelap.
BABAK
V
Adegan VI
Pagi hari, Sinta
menyiapkan panekuk untuk Budi. Budi bergegas menuju dapur. Sinta sedang memasak
panekuk di depan kompor, sedangkan Budi menunggu di meja makan.
BUDI
: Wah, mama masak apa ini?
Kok baunya harum sekali sampai papa terbangun.
SINTA : Ini pa, mama lagi masak
panekuk buat makan pagi. Tadi mama tambahkan saus stroberi, makanya baunya bisa harum.
BUDI : Mama memang pintar masak.
Sinta membawa
panekuk yang sudah matang ke Budi.
SINTA
: Ini panekuknya, pa.
BUDI
: Wah, kelihatannya lezat
sekali. Papa coba ya.
Budi memotong
panekuk dan mencobanya.
BUDI : Enak banget panekuknya, ma.
Makasih ya ma.
SINTA : Sama-sama, pa. Mama senang
banget bisa masak makanan enak buat papa biar papa senang. Omong-omong, gimana pa
acara bakti sosialnya? Besok kan sudah paskah, kita harus segera menyusun
jadwal acaranya.
BUDI : Bentar ya, ma. Papa
habiskan dulu panekuknya.
Budi menyantap
panekuknya hingga habis dan pergi ke ruang kerjanya. Sinta mencuci piring dan
menyusul Budi.
Adegan VII
Budi berbicara
dengan Sinta sambil mengetik jadwal acara bakti sosial di laptopnya.
BUDI
: Jadi gini, ma. Rencananya
sih papa ingin ada acara menyanyi bersama, lomba mencari telur paskah, sama membagikan
sembako. Mama mungkin punya usul lain?
SINTA : Tidak, pa. Sudah cukup padat
acaranya. Lagunya apa aja, pa?
BUDI : Lagunya ada 2, Yesus Pokok
dan Ku Daki Gunung yang Tinggi.
SINTA : Wah, bagus itu lagunya, pa.
Pasti anak-anak panti suka. Oh ya pa,
telur paskah sama sembakonya siapa yang bawa?
BUDI : Nanti papa bicarakan dengan
tim pelayanan papa. Sekarang papa mau ke gereja dulu ya buat bahas bakti sosialnya.
SINTA
: Iya, pa.
Budi
meninggalkan Sinta dan pergi menuju gereja.
BABAK VI
Adegan VIII
Budi sedang
berdiskusi dengan tim pelayanannya di pendopo gereja.
BUDI
: Teman-teman, tidak terasa
ya sudah besok acaranya.
RINI : Iya, Bud. Kita harus
buruan menyiapkan semua hal, kalau tidak waktunya pasti
tidak cukup.
BUDI : Iya, Rin. Jadi begini,
rencananya itu besok akan ada acara menyanyi bersama, mencari telur paskah, sama pembagian
sembako. Nah dari kalian yang bisa main gitar siapa?
GILANG : Aku bisa, Bud.
BUDI : Ya udah, berarti Gilang ya
yang main gitar. Lagunya mudah kok, Yesus Pokok sama Ku Daki Gunung yang Tinggi. Nanti
yang mimpin nyanyi Rini ya dibantu Andi.
RINI : Siap, Bud.
BUDI :
Terus yang mau menghias telur paskah siapa? Rini, kamu bisa?
RINI : Boleh, Bud. Cuma telurnya
mau dihias seperti apa?
BUDI : Kamu warnai telurnya pakai
cat. Warnanya terserah yang penting elok dipandang.
RINI : Telurnya mau berapa, Bud?
Nanti coba kucarikan di toko plastik dekat rumahku.
BUDI : Lima saja cukup. Nanti
anak-anak panti yang berhasil menemukan telurnya diberi
hadiah, tapi hadiahnya mau apa?
ANDI : Di dekat rumahku ada toko
cokelat. Nanti sore bisa kubelikan cokelat gambar kelinci untuk mereka. Cokelatnya butuh
berapa?
BUDI
: Lima juga aja. Nanti
sembakonya aku yang beli aja. Sudah jelas ya untuk acara bakti
sosial besok? Ada yang mau bertanya?
GILANG : Besok itu kita langsung ke sana
atau kumpul dulu di sini?
BUDI : Langsung saja, yang penting
jangan lupa bawa barang-barang yang diperlukan. Ada lagi yang mau bertanya?
RINI : Sudah jelas, Bud.
BUDI : Baik kalau begitu. Sampai
jumpa besok.
Budi
meninggalkan Pendopo Gereja dan pergi menuju toko swalayan.
BABAK VII
Adegan IX
Budi sedang
berada di kasir toko swalayan untuk membayar sembako.
FIONA : Totalnya lima ratus lima puluh
empat ribu lima ratus rupiah, pak.
Budi
mengeluarkan dompetnya dan memberikan uangnya ke Fiona.
BUDI : Ini, mbak.
Fiona mencetak
struk belanja.
FIONA : Ini struk belanjaan bapak. Bapak
mau pakai kantong plastik atau kardus?
BUDI : Kardus, mbak.
FIONA : Ditunggu sebentar ya, pak.
Saya ambilkan kardusnya di belakang.
Fiona mengambil
kardus dan memasukkan barang belanjaan Budi ke dalam kardus.
FIONA : Ini barang belanjaan bapak. Terima
kasih telah berbelanja di Swalayan Hemat.
Budi
meninggalkan toko swalayan dan pulang ke rumahnya.
BABAK VIII
Adegan X
Budi membuka
pintu dengan membawa banyak barang belanjaan di tangannya dan disambut dengan
gembira oleh Sinta.
BUDI : Ma, papa pulang.
SINTA : Wah, banyak sekali barang
bawaan papa. Apa aja itu?
Budi menunjukkan
barang belanjaannya ke Sinta.
BUDI : Macam-macam, ma. Ada pasta
gigi, sabun, sikat gigi, bedak, tisu, popok bayi, beras...
SINTA : Cukup, cukup, pa.
Banyak sekali barangnya.
BUDI : Iya, ma. Ini semua buat
anak-anak panti.
SINTA : Pasti anak-anak panti senang
sekali. Papa pasti capek habis berbelanja, mau mama pijat tidak?
BUDI : Tidak usah, ma. Papa masih
belum capek kok, masih ada banyak tenaga. Oh ya ma, malam ini kan malam paskah, papa mau
ajak mama makan malam di restoran kesukaan mama. Selama ini kan kita
merayakan paskah dengan makan bersama, tapi karena besok ada acara
bakti sosial jadi papa majukan acara makannya. Gimana, ma?
SINTA : Boleh, pa. Kebetulan malam
ini mama belum masak apa-apa.
BUDI : Kalau begitu sekarang mama
siap-siap, bentar lagi kita berangkat.
SINTA : Ok, pa. Tunggu bentar ya.
Sinta bergegas
menuju ke kamarnya dan berdandan. Setelah berdandan, Sinta kembali ke Budi.
Adegan XI
BUDI : Wah, mama cantik sekali
malam ini.
SINTA : Ah, papa bisa aja. Mama dari
dulu selalu tampak cantik jelita kok.
BUDI : Ya udah, ma. Kita berangkat
sekarang ya, keburu kemalaman ini.
SINTA : Iya, pa. Mama udah tidak
sabar mau makan di restoran kesukaan mama.
Budi dan Sinta
meninggalkan rumah dan pergi menuju restoran.
BABAK IX
Adegan XII
Budi dan Sinta
duduk saling berhadapan di salah satu sudut ruangan restoran dengan cahaya
lilin menyala di tengah meja. Kirana membawa menu dan memberikannya ke Budi dan
Sinta.
KIRANA : Selamat malam, pak, bu. Selamat
datang di Restoran Yamato. Ini menunya.
Budi dan Sinta
membaca menu.
BUDI : Mas, saya pesan nasi kare
ayam sama jus jeruk ya.
KIRANA : Baik, pa. Kalau ibu?
SINTA : Saya pesan nasi goreng
spesial daging sapi sama jus mangga.
KIRANA : Baik, bu. Ditunggu pesanannya ya
kurang lebih lima belas hingga tiga puluh menit. Apabila bapak atau ibu membutuhkan
bantuan, bisa memanggil saya, Kirana. Terima kasih.
Kirana
meninggalkan Budi dan Sinta. Budi mulai berbincang secara empat mata dengan Sinta.
BUDI : Ma, mama ingat tidak hari
ini hari apa selain malam paskah?
SINTA : Apa ya, pa?
Sinta tampak
bingung.
BUDI : Coba mama pikir dulu. Masa
mama lupa hari ini yang sangat spesial?
SINTA : Sebentar, coba mama pikir...
Hmm... Aha! Hari anniversary
pernikahan kita ya, pa?
BUDI
: Betul, ma. Papa punya
kejutan loh untuk mama.
SINTA : Kejutan apa, pa?
BUDI : Mama coba tutup mata dulu.
Sinta menutup
matanya dengan kedua telapak tangannya.
BUDI : Tiga... Dua... Satu... Buka matanya, mama!
SINTA
: Wah, indah sekali sisirnya,
pa. Berliannya bisa berkilauan begitu.
BUDI : Iya, ma. Papa belikan sisir
ini spesial untuk mama, kan papa tau mama ingin punya
sisir yang eksotis sejak tahun lalu. Sisir itu papa beli langsung di Zimbabwe saat tugas kerja di sana beberapa
bulan yang lalu. Baru sekarang papa bisa berikan sisir ini ke mama, nunggu
momen yang pas.
SINTA
: Wah, makasih ya, pa. Papa
memang perhatian kok. Sekarang gantian mama yang beri kejutan.
Sinta
mencari-cari kotak di dalam tasnya, lalu memberikan kotak itu ke Budi.
SINTA : Ini, pa. Coba papa buka.
Budi membuka
kotak dan terkejut.
BUDI : Ini kan jam tangan yang
papa ingin beli sejak tahun lalu. Mama kok bisa beli?
SINTA : Sebenarnya, selama ini mama
menabung di bank. Hasil tabungannya mama belikan jam tangan ini, pa.
BUDI : Wah, makasih ya ma. Mama
tau aja kesukaan papa.
Budi dan Sinta
meletakan barang kejutan mereka di atas meja. Kemudian, Kirana datang dengan
membawa hidangan makan malam dan memberikannya ke Budi dan Sinta.
KIRANA : Permisi, pak, bu. Ini hidangan
makan malamnya. Ayam kare dan jus jeruk untuk bapak sama nasi goreng spesial daging
sapi dan jus mangga untuk ibu. Selamat menikmati.
Kirana
meninggalkan Budi dan Sinta. Budi berbincang dengan Sinta secara empat mata sembari
menyantap hidangan makan malam.
BUDI
: Ma, sebenarnya papa heran
deh bagaimana kita bisa bertemu. Mama kan asalnya dari Banyuwangi, sedangkan papa dari
Jakarta. Kok bisa ya kita bertemu di Surabaya dan tetap langgeng sampai
sekarang?
SINTA : Mungkin sikap papa yang penuh
perhatian dan setia yang membuat kita bisa langgeng terus sampai sekarang.
BUDI : Benar, ma. Makasih ya mama
sudah mendukung papa terus sampai sekarang.
SINTA : Iya, pa. Tapi... Sebelumnya
maaf ya pa kalau agak menyinggung.
BUDI : Iya, tidak apa-apa, ma.
Emangnya ada apa?
SINTA : Sebenarnya mama juga kepingin
punya anak biar bisa menemani mama di rumah. Kapan ya kita bisa punya anak? Kita
sudah tiga tahun menikah tapi kok masih belum punya anak ya, pa.
Budi tampak
gelisah dan berkeringat. Jantungnya berdebar-debar.
BUDI : Mama jangan marah ya.
Sebenarnya, selama ini papa menutupi satu hal sejak kita
menikah.
SINTA
: Apa, pa?
BUDI
: Sebetulnya papa ini mandul,
ma.
Sinta syok dan
tidak percaya dengan perkataan Budi.
SINTA : Apa!? Papa mandul? Kenapa
papa tidak bilang dari dulu?
BUDI : Papa takut mama marah dan
pergi meninggalkan papa. Papa baru bisa cerita sekarang karena tahun ini papa mau berubah.
Maaf ya, ma. Selama ini papa sudah berbohong. Tolong maafkan papa.
SINTA : Iya, pa. Mama ampuni papa,
apalagi di malam paskah ini kita harus saling mengampuni.
BUDI : Maaf ya, ma. Papa sudah
mengecewakan mama, mungkin Tuhan berkehendak lain.
Budi dan Sinta
saling memaafkan dengan berpelukan, lalu kembali menyantap hidangan makan
malamnya hingga habis dan pergi meninggalkan restoran untuk pulang ke rumah dan
beristirahat.
BABAK X
Adegan XIII
Sinta sedang
asyik memasak tempe goreng di dapur. Budi lekas menuju ke dapur.
BUDI
: Pagi, ma. Selamat paskah.
Semoga di paskah tahun ini, kita semakin bahagia.
SINTA : Amin, pa. Selamat paskah
juga. Ini mama lagi masak tempe pakai bumbu kesukaan papa.
BUDI : Bumbu telur asin ya, ma?
SINTA : Betul, pa. Papa kok tau?
BUDI : Iya dong, ma. Hidung papa
kan tajam, makanya segala bau bisa papa cium. Papa tunggu di meja makan ya, ma.
Sinta membawa
tempe goreng telur asin dan memberikannya ke Budi, lalu Budi memakannya.
SINTA : Ini, pa. Tempenya sudah
matang.
BUDI : Papa cobain ya. Hmm...
Memang top markotop masakan mama. Tiada masakan mama yang tidak enak. Semuanya selalu
nikmat.
SINTA : Iya, pa. Syukurlah kalau
tempenya enak. Tadi mama kebanyakan menambahkan telur asin, tidak keasinan kan,
pa?
BUDI : Tidak kok, ma. Cukup kok,
bumbu telur asinnya sudah pas. Oh ya, ma, hari ini kan hari paskah, kita nanti jam dua ada
acara bakti sosial. Mama masih ingat kan?
SINTA : Pasti ingat dong, pa. Mama
kan belum pikun. Hari ini kan juga hari pertama kalinya
kita akan beramal.
BUDI : Syukurlah kalau mama belum
pikun, berarti mama masih muda.
Sinta tersenyum.
BUDI : Ma, barang sembako bakti
sosialnya ditaruh dimana?
Sinta menunjuk
barang sembako yang diletakkan di atas kursi tamu.
SINTA : Itu, pa. Mama taruh di atas
kursi tamu, aman kok. Tenang aja, pa. Sekarang papa habiskan tempe gorengnya, setelah itu
kita bahas bakti sosialnya.
BUDI
: Iya, ma.
Budi
menghabiskan makan paginya dan pergi ke ruang kerjanya.
Adegan XIV
Budi berbicara
dengan Sinta sambil membuka jadwal acara bakti sosial di laptopnya.
BUDI : Jadi ma, nanti kan acaranya
dua jam. Rencananya papa sih setengah jam dibuat kata sambutan, lalu setengah jam
menyanyi bersama, setengah jam mencari telur paskah, dan setengah jam
membagi sembako dan foto bersama. Gimana, ma? Sudah pas ya jadwalnya?
SINTA : Iya, pa. Sudah pas kok,
mungkin bisa lebih cepat kelihatannya.
BUDI : Iya, tidak apa-apa kalau
kurang dari dua jam. Yang penting acara bakti sosialnya bisa berjalan dengan lancar dan
anak-anak panti merasa gembira.
SINTA : Ya udah, pa. Kan masih nanti
sore acaranya, mending kita sekarang bersih-bersih rumah
biar rapi dan bersih. Papa bantu mama mengepel lantai ya.
BUDI : Siap, ma.
Budi dan Sinta membersihkan
rumah.
Adegan XV
SINTA : Pa, tidak terasa sudah jam
satu, ayo kita siap-siap berangkat ke panti asuhan. Sekarang
papa ganti baju biar anak-anak panti tidak mabuk kena bau keringat papa. Mama dandan dulu di kamar ya, pa.
BUDI : Iya, ma. Mama jangan
terlalu berlebihan ya mekapnya, kita hargai anak-anak panti yang
nasibnya tidak seberuntung kita.
SINTA : Ok deh, pa.
BABAK XI
Adegan XVI
Budi dan Sinta
tiba di panti asuhan dengan membawa barang sembako. Rini, Andi, dan Gilang juga
tiba di panti asuhan dengan membawa barang bawaan mereka masing-masing. Budi
dan Sinta menyapa Rini, Andi, dan Gilang dengan penuh sukacita.
BUDI : Halo, teman-teman. Kenalkan
ini Sinta, istriku.
SINTA : Salam.
Sinta bersalaman
dengan Rini, Andi, dan Gilang di depan pintu panti asuhan.
BUDI : Jadi, teman-teman, pada
acara bakti sosial ini, aku ajak istriku biar merasakan bagaimana indahnya beramal. Tidak
apa-apa kan?
GILANG : Tidak apa-apa sih, Bud. Cuma aku
jadi iri deh sama kamu bisa punya istri secantik Sinta. Aku saja sampai sekarang
belum menemukan jodohku.
BUDI : Kamu doa aja, Gil. Sapa tau
Tuhan memberi kamu jodoh yang lebih cantik lagi dari Sinta.
GILANG : Amin, Bud. Moga-moga aku segera
meninggalkan status lajangku.
BUDI : Oh ya, kalian udah bawa
semua barangnya kan?
RINI : Sudah dong, Bud.Ini
telurnya, cantik kan?
BUDI : Wah cantik, Rin. Kamu
memang ahli melukis. Andi, cokelatnya udah kamu bawa
kan?
ANDI : Tenang, Bud. Ini cokelatnya
sudah aku pegang di tangan. Kata penjaga tokonya sih cokelat ini anti leleh karena
sudah dimasukkan kulkas bersuhu minus 30 derajat celsius selama sebulan.
BUDI : Kelihatannya sih memang
betul, itu cokelatnya masih keras aja padahal udara di sini
panas banget. Ayo semua, kita masuk ke dalam.
SINTA
: Loh, pa. Papa sudah minta
izin belum sama pengurus pantinya?
BUDI
: Oh iya, ma. Untung mama
ingatkan, sampai lupa papa minta izin. Bentar ya semua,
aku minta izin dulu ke pengurus pantinya.
Adegan XVII
Budi mengetuk
pagar panti dan masuk ke dalam.
BUDI
: Permisi!
DEVI : Iya, pak. Sebentar ya.
BUDI : Selamat siang, bu.
DEVI : Siang pak, bapak darimana
ya?
BUDI : Saya dari Gereja Merpati
Surabaya yang kemarin lusa malam telepon, bu.
DEVI : Oh iya, pak. Saya ingat yang
malam-malam telepon itu kan. Masuk aja pak tidak apa-apa. Kebetulan anak-anak habis
makan siang semua ini.
BUDI : Iya, bu. Saya panggilkan
teman-teman saya.
Budi keluar dan
memanggil Sinta, Rini, Andi, dan Gilang. Budi membawa sembako, Rini membawa
telur plastik, Andi membawa cokelat, dan Gilang membawa gitar.
Adegan XVIII
BUDI : Ini bu, teman-teman saya,
kenalkan Rini, Andi, Gilang, sama istri saya Sinta.
Sinta, Rini,
Andi, dan Gilang bersalaman dan berkenalan dengan Devi.
DEVI : Makasih ya, pak, bu, sudah
mau datang berkunjung ke panti kami. Kami sangat senang bisa menyambut bapak ibu di
panti kami.
Devi menyuruh
anak-anak panti untuk duduk secara tertib di aula panti.
DEVI : Ayo, anak-anak, kalian
duduk dengan tertib ya. Jangan ada yang bertengkar.
Devi membantu
anak-anak panti duduk dengan rapi. Budi, Sinta, Rini, Andi, dan Gilang berdiri
di depan aula menghadap ke anak-anak panti.
DEVI : Anak-anak, hari ini kita
kedatangan tamu dari Gereja Merpati Surabaya.
BUDI : Adik-adik, kenalkan saya
Budi. Di sebelah saya ada Sinta, Rini, Andi, dan Gilang.
Kalian bisa memanggil kami dengan sebutan kakak. Jangan takut ya, kami tidak menggigit kok. Kami di sini mau
menghibur kalian semua.
Budi
menyembunyikan telur-telur paskah di sekitar aula panti, Sinta mengambil gambar
dari belakang aula, sedangkan Gilang menyiapkan gitarnya.
RINI : Adik-adik, kalian tau
tidak hari ini hari apa?
DITO : Hari Minggu, kak!
RINI
: Kurang tepat, dik. Ada
lagi yang punya jawaban lain?
YURI : Hari paskah, kak!
RINI
: Wah, betul sekali. Jadi
betul yang dikatakan oleh, maaf dik siapa namamu?
YURI
: Yuri, kak.
RINI : Iya, jadi memang benar
yang dikatakan Yuri, hari ini adalah hari paskah. Adik-adik tau tidak paskah itu memperingati
apa?
NOVA : Hari kebangkitan Tuhan, kak!
RINI : Pintar sekali adik-adik
semua di sini. Biasanya paskah identik dengan apa? Ada
yang tau?
RUTH
: Telur paskah dan
kelinci, kak!
RINI : Ya, tepat sekali. Jadi,
hari ini kita akan bermain mencari telur paskah yang sudah
disebar kak Budi di sekitar ruangan ini. Tapi, sebelum kita bermain mari kita menyanyi terlebih dahulu. Untuk
lagu pertama, kita akan menyanyi lagu Yesus Pokok. Adik-adik tau semua kan
lagunya?
ANAK : Tau!
RINI : Ayo, sekarang adik-adik
menyanyi sambil menirukan gaya kakak ya.
Gilang bermain
gitar dan Rini menyanyi Yesus Pokok sebanyak dua kali.
RINI
: Gimana, adik-adik? Masih
semangat menyanyi?
ANAK
: Masih!
RINI : Kalau begitu sekarang kita
menyanyi lagi Ku Daki Gunung yang Tinggi ya. Adik-adik tolong tirukan gaya kakak ya.
Gilang bermain
gitar dan Rini menyanyi Ku Daki Gunung yang Tinggi sebanyak dua kali.
RINI
: Masih semangat, adik-adik sekalian?
ANAK : Iya, kak!
RINI : Kalau begitu sekarang kita
bermain telur paskah ya.
ANAK : Hore!
Budi berdiri di
depan aula panti menghadap anak-anak panti.
BUDI : Jadi anak-anak, sekarang
kakak sudah menyembunyikan lima buah telur paskah di sekitar aula ini. Nah, kalian kakak
beri waktu 10 menit untuk mencari telur-telur tersebut. Siapa yang
berhasil menemukan telur paskah akan kakak beri hadiah, tapi satu anak cuma
boleh mengambil satu telur ya.
ANAK : Iya, kak!
BUDI : Baik, kalau begitu kita
mulai permainannya ya. Tiga... Dua... Satu... Mulai!
Anak-anak panti
asuhan sibuk mencari telur paskah di sekitar aula panti dengan gembira. Budi
memperhatikan stopwatch. Rini, Andi, Gilang, dan Devi mengamati anak-anak panti,
sementara Sinta mengambil gambar.
BUDI : Lima... Empat... Tiga...
Dua... Satu... Waktu habis!
Devi berteriak
kepada anak-anak panti dengan suara lantang.
DEVI : Ayo, anak-anak! Kembali ke
tengah aula panti! Jangan ada yang bertengkar merebut telur paskah ya.
Budi, Sinta,
Rini, Andi, dan Gilang berdiri di depan aula menghadap ke anak-anak panti.
ANDI : Adik-adik, siapa yang
berhasil menemukan telur paskah? Ayo unjuk jari!
Rani, Intan,
Nova, Dito, dan Fani berteriak dengan suara gembira secara bersamaan.
RANI
: Aku, kak!
INTAN : Aku, kak!
NOVA : Aku, kak!
DITO : Aku, kak!
FANI : Aku, kak!
ANDI : Pakai kata saya ya,
adik-adik, biar sopan. Adik-adik yang berhasil menemukan telur paskah kakak persilakan maju ke depan aula.
Rani, Intan,
Nova, Dito, dan Fani berlarian ke depan aula dengan membawa telur paskah, lalu
berdiri menghadap anak-anak panti. Andi berbicara menghadap Rani, Intan, Nova,
Dito, dan Fani.
ANDI : Nah, adik-adik, selamat ya!
Kalian berhasil menemukan telur paskah yang kak Budi tadi
sembunyikan. Oleh karena itu, kalian boleh membawa telur paskah itu dan berhak mendapat cokelat paskah. Bagi
adik-adik lain yang belum beruntung, jangan bersedih. Pasti Tuhan beri
kesempatan lain.
Andi memberikan
cokelat kepada Rani, Intan, Nova, Dito, dan Fani.
NOVA : Wah, cokelatnya lucu ya, kak.
ANDI : Iya, cokelatnya gambar
kelinci.
RANI : Makasih ya, kak.
ANDI : Sama-sama, dik.
Rani, Intan,
Nova, Dito, dan Fani makan cokelat dan berbagi dengan anak-anak panti yang lain.
RINI
: Adik-adik sekarang masih
gembira kan?
ANAK : Iya, kak.
RINI : Sekarang acaranya adalah
pembagian sembako. Bu Devi kami persilakan maju ke depan.
Devi maju ke
depan aula panti dan menghadap ke anak-anak panti. Budi membawa sembako di kardus
dan memberikannya ke Devi.
BUDI : Ini, bu. Sembako buat
adik-adik panti. Semoga pemberian kami dapat bermanfaat bagi adik-adik sekalian di sini.
DEVI : Makasih banget ya, pak, bu.
Kedatangan bapak ibu sekalian sangat membantu kami. Sekali lagi terima kasih telah
mengunjungi kami.
BUDI : Iya, Bu Devi, sama-sama.
Nah, adik-adik sekalian, akhirnya kita tiba di penghujung acara. Terima kasih ya sudah
menyanyi dan bermain bersama kami.
ANAK
: Iya, kak!
SINTA : Sebelum kakak-kakak semua di
sini berpamitan, ayo kita foto bersama sebagai kenang-kenangan. Adik-adik tolong berdiri di
tengah aula menghadap ke depan.
Anak-anak panti
dengan sigap berbaris menghadap kamera. Devi membantu anak-anak panti mengatur
posisi agar kelihatan di kamera.
SINTA : Tiga... Dua... Satu... Senyum
semua!
Kamera berbunyi.
BUDI : Makasih ya, adik-adik
sekalian. Sekarang kakak pamit dulu ya, nanti kapan-kapan
kita ketemu lagi. Sampai jumpa! Makasih juga ya, bu Devi.
DEVI : Iya, pak. Saya yang
harusnya berterima kasih kepada bapak karena sudah menghibur anak-anak panti di sini.
Budi, Sinta,
Rini, Andi, dan Gilang melambaikan tangan ke anak-anak panti. Ekspresi beberapa
anak panti ada yang sedih, senang, dan sangat gembira.
RINI : Sampai jumpa, adik-adik!
Devi
mengantarkan Budi, Sinta, Rini, Andi, dan Gilang ke depan pagar panti.
DEVI : Sekali lagi, makasih ya,
pak, bu. Saya titip salam untuk anggota tim pelayanan Gereja
Merpati yang lain.
BUDI
: Iya, bu. Makasih juga.
DEVI : Kalau begitu saya tinggal
ke dalam dulu ya, pak, bu.
Devi
meninggalkan Budi, Sinta, Rini, Andi, dan Gilang.
BUDI : Makasih ya, teman-teman,
acara bakti sosial hari ini bisa berjalan dengan lancar dan semua
anak-anak panti gembira.
RINI : Iya, makasih, Bud. Kamu
sudah membantu kami melakukan hal yang berbeda di paskah tahun ini.
BUDI : Iya, sama-sama, Rin. Aku
senang kok kalau kalian senang dengan acara bakti sosialnya.
ANDI : Iya, Bud. Yang paling buat
aku senang itu ketika anak-anak panti semuanya tersenyum dan gembira seakan-akan keadaan
mereka tidak menjadi penghambat bagi mereka untuk menikmati kebahagiaan.
GILANG : Aku setuju dengan yang dikatakan
Andi. Mereka tersenyum saja sudah bagi aku sudah sangat luar biasa.
BUDI : Syukurlah kalau kalian juga
gembira. Wah, tidak terasa ya sudah jam empat sore. Kalian kan habis ini tugas di gereja
untuk perayaan paskah.
RINI
: Oh iya, Bud. Sampai lupa
kita gara-gara keasyikan melihat kegembiraan anak-anak panti.
Kalau begitu aku, Andi, dan Gilang pamit dulu ya. Nanti kita bertemu di gereja ya.
BUDI : Iya, Rin. Sampai ketemu
nanti.
Rini, Andi, dan
Gilang berpamitan dengan Budi dan Sinta di depan pagar panti, lalu pergi
meninggalkan mereka.
BUDI : Ma, seru ya acara bakti
sosialnya.
SINTA : Iya, pa. Anak-anak pantinya
semua bahagia. Ini pa, foto-fotonya bagus ya.
Sinta
menunjukkan hasil fotonya ke Budi.
BUDI : Iya, ma. Hasil foto mama
bagus semua.
Ruth berlari
dari dalam ke depan pagar panti, lalu berbicara dengan Budi dan Sinta sambil
menangis.
RUTH : Kakak, jangan
pulang. Aku kangen kakak.
BUDI : Jangan menangis, dik. Hari
paskah kok kamu menangis, nanti Tuhan juga sedih.
SINTA : Nama kamu siapa, dik?
RUTH : Ruth, kak.
BUDI : Sudah, Ruth, jangan
bersedih terus. Kakak juga ikut sedih kalau kamu menangis terus.
Ruth berhenti
menangis.
BUDI : Ruth, kamu umur berapa?
RUTH : Umur 10, kak.
SINTA : Kamu lahir dimana, kok bisa
di sini bagaimana ceritanya?
RUTH : Aku lahir di
Papua, kak. Dulu waktu aku masih kecil, keluargaku merantau ke Surabaya. Papa mamaku meninggal karena
kecelakaan bus dan yang selamat hanya aku. Terus aku bertemu Bu Devi
saat sedang mengamen di jalan. Bu Devi langsung membawaku ke sini dan aku
pun hidup dengan teman- temanku di sini.
BUDI : Kakak turut berduka cita
ya, Ruth. Semoga papa mamamu diterima Tuhan di sisiNya.
RUTH : Amin, kak.
BUDI : Ruth, kalau misal kamu
menjadi anak kami, kamu senang tidak?
RUTH : Senang, kak.
Sudah lama Ruth ingin mempunyai ayah dan ibu.
SINTA : Pa, kalau begitu kita adopsi
Ruth ya. Sudah lama mama ingin punya anak.
BUDI : Iya, ma. Ini pasti rencana
Tuhan yang mempertemukan kita dengan Ruth. Ruth, sekarang kakak
beri kamu nama Angel ya, yang berarti malaikat kecil dari surga. Kamu boleh memanggil kami dengan
sebutan papa dan mama.
Ruth
sangat gembira. Budi dan Sinta tersenyum. Budi, Sinta, dan Ruth saling
berpelukan erat.
0 komentar:
Post a Comment