BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam
kehidupan modern, manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga, baik sebagai
media adu prestasi maupun sebagai kebutuhan untuk menjaga kondisi tubuh agar
tetap sehat. Olahraga mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia.
Melalui olahragalah manusia dapat dibentuk menjadi sehat jasmani dan rohani,
serta mempunyai kepribadian, disiplin, dan sportivitas yang tinggi sehingga
pada akhirnya akan terbentuk manusia yang berkualitas.
Lompat
tinggi merupakan salah satu bagian dari cabang olahraga atletik. Lompat tinggi
adalah salah satu keterampilan untuk melewati mistar yang dipasang di kedua
tiang. Tujuan dari lompat tinggi adalah mendapatkan lompatan yang setinggi
mungkin. Ketinggian lompatan yang dicapai oleh pelompat ditentukan oleh
kemampuan dan persiapan bertanding dari masing-masing pelompat. Hingga saat
ini, ada empat gaya yang dikenal dalam lompat tinggi, diantaranya adalah gaya guling
(Straddle) yang merupakan gaya dimana
ketika badan melewati mistar dengan cepat diputar dan dibalikkan, sehingga
sikap badan di atas mistar telungkup.
1.2.
Rumusan Masalah
Adapun
beberapa permasalahan berdasarkan latar belakang di atas yang akan dibahas
adalah sebagai berikut :
1. Sejarah
lompat tinggi
2. Pengertian
lompat tinggi
3. Peraturan
dalam permainan lompat tinggi
4. Teknik-teknik
dalam permainan lompat tinggi
5. Media
dalam permainan lompat tinggi
6. Informasi
lain seputar lompat tinggi
1.3.
Tujuan
Adapun
beberapa tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas yang hendak dicapai adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui
sejarah lompat tinggi
2. Mengetahui
pengertian lompat tinggi
3. Mengetahui
peraturan dalam permainan lompat tinggi
4. Mengetahui
teknik-teknik yang digunakan dalam permainan lompat tinggi
5. Mengetahui
sarana dan prasarana yang digunakan dalam permainan lompat tinggi
6. Mengetahui
informasi lain seputar lompat tinggi
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Sejarah Lompat Tinggi
Lompat
tinggi bermula dari olimpiade pada abad ke-19 di Skotlandia. Pada kala itu,
para peserta lompat tinggi menggunakan gaya gunting dan tercatat lompatan tertinggi
yang dilakukan oleh peserta adalah 1,68 meter. Pada saat itu juga, lompat
tinggi tidak dilakukan secara sembarangan. Ada gaya-gaya tertentu yang harus
dikuasai agar peserta terhindar dari kecelakaan. Pada abad ke-19, peserta
lompat tinggi mendarat dan jatuh di atas tanah yang berumput dengan gaya gunting
(dengan cara membelakangi) yang ternyata banyak meng-akibatkan cedera bagi para
peserta.
Kemudian
pada sekitar abad ke 20, gaya lompat tinggi telah dimodernisasi oleh seorang
warga Irlandia-Amerika bernama Michael Sweeney. Pada tahun 1895, Michael Sweeney
berhasil melakukan lompatan setinggi 1,97 meter gaya eastern cut-off, dimana mengambil off seperti gunting, tapi memperpanjang punggungnya dan mendatar di
atas bar.
Warga
Amerika lainnya bernama George Horine mengembangkan teknik lompat yang lebih efisien
bernama Western Roll. Melalui teknik ini, Horine bisa mencapai lompatan
setinggi 2,01 meter pada tahun 1912. Kemudian pada Olimpiade Berlin tahun 1936,
teknik lompatan ini menjadi dominan dilakukan sehingga Cornelius Johnson
berhasil menang dengan mencapai ketinggian 2.03 m.
Kemudian
pada empat dekade berikutnya, pelompat Amerika dan Soviet telah merintis
evolusi teknik straddle. Charles
Dumas adalah orang pertama yang menggunakan teknik ini mencapai ketinggian 2,13
m pada tahun 1956. Kemudian warga Amerika, John Thomas meningkatkan rekor dunia
dengan ketinggian lompatan 2.23 m pada tahun 1960. Dan akhirnya Valeriy Brumel
mengambil alih pencapaian dalam empat tahun ke depan. Pelompat Soviet ini
mencatat ketinggian lompatan hingga 2,28 m dan berhasil memenangkan medali emas
pada olimpiade tahun 1964, sebelum kecelakaan sepeda motor mengakhiri karirnya.
Dari
Brumel inilah para atlet lompat tinggi mencoba belajar dan mengembangkan
olahraga lompat tinggi hingga saat ini terdapat berbagai gaya dalam olahraga
lompat tinggi di dunia, antara lain gaya gunting (Scissors), gaya guling sisi (Western
Roll), gaya guling (Straddle) dan
gaya fosbury flop. Sementara kini,
lompat tinggi dilakukan dengan mendarat di atas matras sehingga kecelakaan
dapat diminimalisir. Atlet lompat tinggi sekarang banyak menggunakan gaya fosbury flop.
2.2.
Pengertian Lompat Tinggi
Lompat
tinggi adalah olahraga yang menguji ketrampilan melompat melewati tiang mistar.
Lompat tinggi merupakan salah satu bagian dari cabang olahraga atletik. Tujuan
lompat tinggi adalah untuk memperoleh lompatan setinggi-tingginya saat melewati
mistar tersebut dengan ketinggian tertentu. Tinggi tiang mistar yang harus
dilewati pelompat minimal 2,5 meter, sedangkan panjang mistar minimal 3,15
meter. Lompat tinggi dilakukan di arena lapangan atletik dan tanpa bantun alat.
Lompat tinggi termasuk dalam cabang
olahraga atletik. Menurut Aip Syarifuddin, atletik berasal dari bahasa Yunani, Athlon, yang artinya pertandingan,
perlombaan, pergulatan, atau perjuangan.
Dengan demikian dapat diartikan bahwa cabang olahraga meliputi nomor-nomor
jalan, lari, lompat, dan lempar. Atletik
merupakan dasar untuk melakukan bentuk-bentuk
gerakan yang terdapat di dalam
cabang olahraga lainnya. Dengan mengikuti olahraga atletik, akan diperoleh
berbagai pengalaman yang sangat berguna dan bermanfaat bagi kehidupan karena melatih
kekuatan, kecepatan, kelentukan, kelincahan, ketepatan, daya tekan, koordinasi
gerak, keuletan, kedisiplinan, dan percaya diri, serta bertanggung jawab.
2.3.
Peraturan Lompat Tinggi
Sebelum perlombaan dimulai, ketua juri
harus mengumumkan kepada segenap peserta lomba mengenai tinggi mistar permulaan
dan tinggi berikutnya. Mistar lompat akan dinaikkan pada akhir tiap babak/ronde
sampai hanya tersisa satu orang peserta lompat tinggi yang memenangkan
perlombaan, atau terjadi hasil sama untuk kedudukan pertama. Apabila terjadi
hasil sama, pemenang dilihat dari kegagalan terkecil selama perlombaan dan ketinggian
yang terakhir yang dilewatinya.
Dalam pertandingan, mistar akan
dinaikkan setelah pelompat berhasil melewati ketinggian mistar. Pelompat boleh
mulai melompat pada ketinggian permulaan yang disukainya dengan ketinggian
minimal 2,5 m. Lompatan dianggap batal apabila pelompat menyentuh palang atau
tidak melompat. Pelompat yang menjatuhkan palang atau menyentuh tanah termasuk
daerah pendaratan di balik bidang tegak dari sisi dengan lebih dekat tiang
lompat, baik itu diantara atau di luar tiang lompat dengan salah satu bagian
dari tubuhnya, tanpa pertama kali melewati mistar lompat dianggap gagal.
Setiap pelompat akan diberi peluang
sebanyak tiga kali untuk melakukan lompatan. Jika pelompat tidak berhasil
melewati mistar sebanyak tiga kali berturut-turut, dia dinyatakan gagal. Untuk
menentukan kemenangan, para pelompat harus berusaha melompat setinggi mungkin
yang dapat ia lakukan. Pemenang ditentukan dengan lompatan tertinggi yang
dilewati.
2.4.
Teknik Lompat Tinggi
Dalam permainan
lompat tinggi, dibutuhkan penguasaan akan teknik-teknik yang ada guna mencapai
hasil yang maksimal atau hasil yang diharapkan. Ada empat jenis gaya lompat
tinggi yang umumnya digunakan oleh peserta lompat tinggi, antara lain sebagai
berikut.
1. Teknik
Gaya Guling (Straddle)
Gaya guling (Straddle) merupakan gaya dimana badan kita melewati tiang dengan cara
diputar dan dibalikkan lagi sehingga sikap badan kita saat di atas mistar tertelungkup.
Cara untuk melakukan gaya guling adalah pelompat harus mengambil awalan
terlebih dahulu dari samping antara 3, 5, 7, atau 9 langkah. Tumpuan terletak
pada kaki yang paling kuat, kemudian ayunkan ke depan. Setelah kaki diayunkan,
dengan cepat badan kita balikkan untuk
bisa melewati mistar sehingga sikap badan kita di atas mistar telungkup.
Pantat kita usahakan lebih tinggi dari kepala kita, jadi kepala agak menunduk.
Pada waktu mendarat gunakan kaki kanan dan tangan kanan jika tumpuan menggunakan
kaki kiri, begitu pula sebaliknya.
Cara lainnya adalah dengan
mengambil jarak awalan dari samping antara 4, 6, 8, atau 10 langkah tergantung
pada ketinggian target yang ingin dilewati. Jika meng-gunakan kaki kiri sebagai
tumpuan, ayunkan kaki kanan ke belakang menuju depan. Setelah kaki ayunan
melewati mistar, kemudian posisi badan saat di udara atau di atas mistar dalam
keadaan tengkurap. Posisi pinggang usahakan lebih tinggi dibandingkan dengan
posisi kepala. Ketika posisi terjatuh, tumpuan berada di kedua tangan dan kaki
ayunan yang pertama mendarat, lalu dilanjutkan dengan meng-gulingkan badan yang
pertama (bagian punggung tangan) dan berakhir pada bahu.
Teknik awalan yang digunakan untuk
teknik Straddle adalah mengambil
posisi ancang-ancang yang tidak terlalu jauh, berlari dengan kecepatan sedang,
posisi awalan dari samping sekitar 30º atau 40º dengan posisi tiang lompatan,
dan berlari agak serong dari mistar; sedangkan teknik tolakan Straddle adalah menggunakan tumpuan kaki
yang tersekat dengan mistar, posisi badan agak merebah atau sedikit condong ke
belakang ketika akan melakukan tolakan, posisi kaki tumpuan menolak ke atas
hingga kedua lutut kaki lurus dan kedua tangan dan kaki diayunkan dengan tenaga
penuh ke depan. Teknik Straddle saat
di atas mistar adalah posisi badan tengkurap dan posisi kaki harus segera
diluruskan ke belakang ketika badan sudah mulai turun; sedangkan teknik
mendarat Straddle adalah jika
menggunakan tumpuan kaki yang kiri, maka posisi pendaratan memakai kaki kanan
terlebih dahulu yang kemudian dilanjutkan dengan gerakan posisi berguling.
2. Gaya
Fosbury Flop
Gaya ini diciptakan oleh Dick
Ricarod Fosbury yang merupakan seorang pelompat tinggi dari Amerika Serikat.
Keunikan dari gerakan Fosbury adalah tubuh berada di atas mistar dengan posisi
terlentang dan jatuh menggunakan punggung yang masih dalam kondisi terlentang.
Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik Straddle,
yakni punggung yang menghadap ke bagian bawah arah agak serong ke kiri, tidak
lagi tegak lurus pada mistar.
Teknik awalan untuk gaya Flop adalah arahan dari depan, tegak lurus
menghadap mistar. Jika menggunakan kaki kiri sebagai tumpuan, dari depan menuju
tiang sandaran mistar sebelah kanan. Teknik tolakan untuk gaya Flop adalah menggunakan kaki terkuat
pada tumpuan. Bila menggunakan kaki kiri, diangkat dengan lutut kaki ditekuk
bersamaan dengan memutar badan ke arah awalan. Badan harus membelakangi mistar
dan punggung berada di bagian bawah yang dekat dengan mistar dengan posisi
punggung melengkung saat melewati mistar.
Teknik Flop saat di atas mistar adalah bagian kepala harus lebih dahulu
melewati mistar dengan posisi badan yang terlentang dan punggung menghadap ke
bawah arah mistar. Saat mencapai ketinggian yang maksimal dan pinggang melewati
mistar, posisi kedua kaki digerakan atau diayun ke atas agar bisa melewati
mistar dengan sempurna. Untuk pendaratan, bagian tubuh yang mendarat terlebih dahulu
adalah punggung karena sikap tubuh yang terlentang saat melakukan pendaratan
dan hanya boleh dilakukan dengan pendaratan pada bahan berbahan busa.
3. Gaya
Gunting (Scissors)
Gaya ini ditemukan oleh Sweney,
oleh karena itu juga sering disebut dengan Gaya Sweney. Sebelumnya di tahun 1880, Sweney menggunakan gaya jongkok,
namun ia merasa gaya tersebut kurang tepat hingga akhirnya beliau mengubah gaya
tersebut menjadi gaya gunting pada tahun 1896. Cara melakukan gaya gunting
adalah mula-mula pelompat mengambil awalan dari tengah. Bila pelompat pada saat
akan melompat menggunakan kaki kiri sebagai tumpuan lalu memakai kaki kanan
sebagai ayunan, maka ia mendarat (jatuh) dengan kaki kanan juga.
4. Gaya
Guling Sisi (Western Roll)
Gaya ini diciptakan oleh G. Horin
yang berasal dari Amerika pada tahun 1912, namun gaya ini tidak dapat
berkembang karena ada benturan dengan peraturan yang berlaku, dimana lompat
tinggi menggunakan gaya guling sisi membuat posisi kepala cenderung lebih
rendah dari pinggul kita saat kita melewati mistar, sehingga hal ini tidak sah.
Oleh karena itu, gaya ini tidak pernah digunakan dalam lompat tinggi.
2.5.
Sarana dan Prasarana Lompat Tinggi
2.5.1
Tiang dan Mistar Lompat
Tiang dan mistar yang digunakan dalam
permainan lompat tinggi harus memenuhi beberapa ketentuan. Semua bentuk dan
model tiang lompat dapat digunakan asalkan kaku dan kekar. Tiang memiliki
penopang yang kaku dan kokoh untuk mistar, serta haruslah cukup tinggi untuk
melebihi tiang sebenarnya terhadap mana mistar lompat dinaikkan dengan minimum
10cm. Jarak antara tiang lompat harus tidak kurang dari 4 m juga tidak melebihi
dari 4,04 m. Tiang lompat/tiang harus tidak dipindah selama perlombaan
berlangsung kecuali bila wasit memikirkan bahwa apakah tempat bertumpu atau
pendaratan menjadi tidak sesuai lagi.
Mistar dapat dibuat dari metal atau kayu, berbentuk bulat atau segitiga dengan diameter minimum 2,5 cm dan maksimum 3 cm, dengan permukaan yang datar atau rata pada kedua ujung yang berguna untuk meletakkan pada papan penopang. Panjang mistar minimal 3,64 m dan maksimal 4 m, berat maksimal 2 kg. Mistar lompat harus terbuat dari fiberglass atau materi atau bahan lain yang cocok namu bukan dari metal, bagian tengahnya/potongan melintangnya bulat silindris kecuali pada kedua ujung mistar. Garis tengah/diameter pada bagian mistar yang bulat silindris haruslah 30mm. Ujung mistar lompat harus terletak di atas sedemikian rupa sehingga bila mistar disentuh oleh pelompat akan dengan mudah jatuh ke tanah, baik di depan maupun di belakang.
Mistar dapat dibuat dari metal atau kayu, berbentuk bulat atau segitiga dengan diameter minimum 2,5 cm dan maksimum 3 cm, dengan permukaan yang datar atau rata pada kedua ujung yang berguna untuk meletakkan pada papan penopang. Panjang mistar minimal 3,64 m dan maksimal 4 m, berat maksimal 2 kg. Mistar lompat harus terbuat dari fiberglass atau materi atau bahan lain yang cocok namu bukan dari metal, bagian tengahnya/potongan melintangnya bulat silindris kecuali pada kedua ujung mistar. Garis tengah/diameter pada bagian mistar yang bulat silindris haruslah 30mm. Ujung mistar lompat harus terletak di atas sedemikian rupa sehingga bila mistar disentuh oleh pelompat akan dengan mudah jatuh ke tanah, baik di depan maupun di belakang.
2.5.2
Matras (Tempat Pendaratan)
Tempat
pendaratan lompat tinggi harus memenuhi ketentuan, yakni tidak boleh kurang
dari 3 x 5 m yang terbuat dari busa dengan ketinggian 60 cm dan di atasnya
ditutupi oleh matras yang tebalnya 10 – 20 cm dengan warna terserah.
2.5.3
Lapangan Lompat Tinggi
Lapangan lompat tinggi terdiri atas
tiga bagian, yakni jalur ancang-ancang, tempat/area bertolak, dan tempat
pendaratan. Daerah awalan (jalur ancang-ancang) panjangnya tidak terbatas
dengan minimum 15 m, daerah tumpuan (tempat bertolak) harus datar dan tingkat
kemiringanya 1 : 100, sedangkan tempat pendaratan harus dilengkapi dengan
matras agar pelompat tidak cedera.
2.6.
Informasi Lain tentang Lompat Tinggi
2.6.1
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
Ada
beberapa hal yang patut diperhatikan oleh pelompat guna mencapai hasil yang
maksimal (lompatan tertinggi). Beberapa hal yang perlu dihindari antara lain
sebagai berikut.
1.
Lari awalan yang terlalu cepat
2.
Meluruskan kaki penolak terlalu jauh kedepan.
3.
Gerak kombinasi kaki yang tidak sempurna.
4.
Badan condong mendekati mistar.
5.
Posisi tangan pada mistar terlalu tinggi.
6.
Melewati mistar dalam posisi duduk.
7.
Membuat lengkung badan terlalu awal.
8.
Gerak terlambat dari gaerk angkat kaki akhir.
Sedangkan
berapa hal yang perlu diutamakan oleh pelompat adalah sebagai berikut.
1. Lari awalan
dengan kecepatan yang terkontrol.
2. Menghindari
kecondongan tubuh ke belakang terlalu banyak.
3. Mencapai
gerakan yang cepat pada saat bertolak dan mendekati mistar.
4. Mengusahakan
angkat vertikal pada saat take off atau pada saat kaki bertolak meninggalkan
tanah.
5. Mendorong
bahu dan lengan ke atas pada saat take off.
6. Melengkungkan
punggung di atas mistar.
7. Mengusahakan
mengangkat sempurna dengan putaran ke dalam dari ayunan lutut.
8. Mengangkat
kemudian meluruskan kaki segera sesudah membuat lengkungan.
2.6.2 Perbedaan Lompat Tinggi dengan Lompat Jauh dan
Lompat Galah
Lompat tinggi, lompat jauh,
dan lompat galah termasuk dalam cabang olahraga atletik melompat. Perbedaan
antara ketiga cabang olahraga tersebut yang paling tampak adalah pada
tujuannya, dimana tujuan lompat jauh adalah melompat sejauh mungkin, sedangkan
tujuan dari lompat tinggi dan lompat galah adalah lompat setinggi mungkin.
Selain itu, ditinjau dari hal sarana dan prasarana, sarana lompat jauh lebih
sederhana (tidak membutuhkan mistar), sedangkan lompat galah paling rumit
karena harus menggunakan sarana galah (tongkat panjang) sebagai syarat wajib.
Perbedaan lainnya juga terletak pada penentuan pemenang, dimana pemenang lompat
jauh adalah pelompat yang dapat melompat terjauh, sedangkan pemenang lompat
tinggi dan lompat galah adalah pelompat yang mampu melompat paling tinggi.
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa lompat tinggi merupakan olahraga melompat setinggi mungkin
dengan melewati mistar lompat. Permainan lompat tinggi membutuhkan tempat yang
tidak terlalu luas untuk memainkannya dan dapat dilakukan oleh pria maupun wanita.
Dalam permainan lompat tinggi, diperlukan penguasaan berbagai teknik/gaya
melompat guna tercapainya hasil yang maksimal dan sesuai harapan, yakni meraih
lompatan tertinggi. Selain itu, juga terdapat beberapa ketentuan yang harus
dipatuhi dan hal-hal yang perlu diperhatikan agar tidak terdiskualifikasi atau
kalah.
3.2. Saran
Olahraga lompat tinggi harus mulai
diperkenalkan pada anak didik untuk menghasilkan bibit atlet yang berpotensi.
Saat ini, pengenalan akan olahraga lompat tinggi kepada peserta didik di
sekolah masih minim dikarenakan fasilitas yang kurang memadai. Oleh karena itu,
pemerintah dan pihak sekolah perlu menambah fasilitas perolahragaan agar
peserta didik dapat mengenal sekaligus berlatih olahraga lompat tinggi.
Diharapkan akan muncul kader-kader baru dalam olahraga lompat tinggi yang dapat
menorehkan hasil yang bagus di dunia olahraga dan membuat olahraga lompat
tinggi terus berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (2015). Makalah Penjas : Olahraga Lompat Jauh.
Dari http://sepengatahuanku.blogspot.co.id/2015/01/makalah-penjas-olahraga-lompat-jauh.html,
30 Juli 2017
Anonim (2017). Lompat
Tinggi, Sejarah dan Gaya Teknik Lompat Tinggi, History of High Jump.
Dari http://www.berbagaireviews.com/2017/04/lompat-tinggi-sejarah-dan-gaya-teknik.html,
30
Juli 2017
Anonim (2015). Perbedaan Lompat Jauh dan Lompat Tinggi.
Dari http://areaperbedaan.blogspot.co.id/2015/09/perbedaan-lompat-jauh-dan-lompat-tinggi.html,
30 Juli 2017
Ayu, Sarah (2014). Lompat Jauh dan Lompat Tinggi. Dari http://tugas-anak-sekolah.blogspot.co.id
/2014/05/lompat-jauh-dan-lompat-tinggi.html,
30 Juli 2017
Jayus, Zuliaden (2014).
Makalah Lompat Tinggi. Dari http://zuliaden-jayus.blogspot.co.id/2014/08
/makalah-lompat-tinggi.html,
30 Juli 2017
Nur, Siti (2016). Teknik Lompat Tinggi Gaya Gunting (Scissors).
Dari https://aturanpermainan.blogspot.co.id/2016/04/teknik-lompat-tinggi-gaya-gunting-
scissors.html, 30 Juli 2017
Yurissa, Putri Norma
(2009). Peraturan Perlombaan Atletik
Cabang Lompat Tinggi.
Dari https://lupiq.wordpress.com/2009/12/24/peraturan-perlombaan-atletik-cabang-lompat-
tinggi/, 30 Juli 2017
Bagus
ReplyDeleteTENYATA ES BATU TIDAK HANYA BISA MENGHILANGKAN DAHAGA DAN MENYEGARKAN LOH, TERNYATA BISA UNTUK KULIT JUGA MANFAAT ES BATU UNTUK WAJAH
ReplyDelete